Trump Ancam Tambah Tarif 50%, China Terancam Hadapi 104% Tarif Ekspor


Washington, D.C. – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump mengeluarkan ultimatum keras: Jika Beijing tidak mencabut tarif balasan sebesar 34% terhadap produk impor AS, maka mulai 9 April, Washington akan menaikkan tarif tambahan sebesar 50%. Bila kebijakan ini dijalankan, maka total tarif terhadap produk ekspor Tiongkok ke AS bisa menembus angka 104%.

Langkah ini merupakan kelanjutan dari strategi “tarif setara” (reciprocal tariff) yang diperkenalkan Trump untuk menekan negara-negara dengan neraca perdagangan surplus terhadap AS.


📌 Latar Belakang Konflik Tarif AS–Tiongkok

Sejak masa kepresidenan Trump, Amerika Serikat mulai meninjau ulang kebijakan dagangnya. Tiongkok menjadi target utama karena dinilai mengambil keuntungan besar dari surplus perdagangan yang terus meningkat.

Menurut data ekonomi terbaru, surplus perdagangan global Tiongkok mencapai lebih dari USD 1 triliun, dengan sekitar USD 300–400 miliar berasal dari hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat.


🎯 Reaksi Keras Trump: Ultimatum Lewat Truth Social

Dalam unggahannya di platform Truth Social pada 7 April, Trump menegaskan:

“Jika tarif 34% itu tidak dicabut sebelum pukul 12 siang besok, maka kami akan menambahkan 50% tarif di atas tarif yang sudah berlaku saat ini.”

Tak hanya itu, Trump juga mengancam akan membatalkan seluruh pertemuan bilateral yang sebelumnya diminta oleh pihak Tiongkok.


🇨🇳 Tiongkok Menolak Mundur: Apa Risikonya?

Sebagai tanggapan, Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan bahwa mereka akan “mengambil tindakan balasan secara tegas” dan menyebut kebijakan tarif AS tidak berdasar.

Namun, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa langkah Beijing bisa menjadi bumerang. Prof. Xie Tian dari University of South Carolina Aiken menyebut bahwa ekonomi Tiongkok sangat bergantung pada ekspor, dan hilangnya pasar AS dapat menyebabkan efek domino.

“Jika total tarif mencapai 104%, ekspor ke AS bisa lumpuh total. Banyak perusahaan akan tutup, pengangguran melonjak, dan PKT kesulitan menopang ekonomi nasional.”


🌍 Eropa Waspada, Negara Lain Mulai Negosiasi

Menariknya, hampir 70 negara lainnya dilaporkan sudah menyatakan minat untuk menjajaki kesepakatan tarif setara dengan AS. Mereka melihat peluang kerja sama baru di tengah perang dagang AS–Tiongkok.

Sementara itu, Uni Eropa turut bersiaga. Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengumumkan pembentukan satuan tugas khusus untuk mengantisipasi limpahan produk murah asal Tiongkok ke pasar Eropa sebagai akibat dari blokade pasar AS.


🔍 Mengapa Tiongkok Menolak Berunding?

Menurut kolumnis The Epoch Times, Wang He, ada beberapa alasan strategis di balik sikap keras Tiongkok:

  1. PKT melihat AS sebagai musuh utama.
  2. Tiongkok ingin memanfaatkan situasi politik dalam negeri AS.
  3. Ambisi menjadi pemimpin global anti-Barat.
  4. Sistem ekonomi Tiongkok yang sangat bergantung pada surplus perdagangan.

“Menerima syarat AS seperti ‘tarif setara’ bisa diartikan sebagai bunuh diri ekonomi bagi para elite Partai, karena itu akan menghancurkan sumber devisa utama negara.”


✍️ Kesimpulan

Ketegangan dagang AS–Tiongkok kembali mendidih. Dengan kemungkinan tarif mencapai 104%, masa depan ekspor Tiongkok ke Amerika terlihat suram. Sementara itu, dunia bersiap menghadapi dampaknya — dari peralihan kerja sama dagang hingga ancaman resesi regional.

0 comments