Taiwan Tanggapi Tarif Balasan AS, IHSG Taiwan Anjlok 2.000 Poin, Pakar Beri Saran untuk Negosiasi

 

Presiden AS Donald Trump berlakukan tarif masuk barang impor ke AS

The Truth Media — Presiden Republik Tiongkok (Taiwan), Lai Ching-te, secara resmi mengumumkan langkah-langkah strategis dalam menanggapi kebijakan tarif balasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Berbeda dengan pendekatan konfrontatif pemerintah Tiongkok, Taiwan memilih jalur diplomatik dan kooperatif, termasuk membuka opsi negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Langkah ini muncul setelah Presiden AS, Donald Trump memberlakukan tarif khusus sebesar 32% terhadap sejumlah produk asal Taiwan sebagai bagian dari kebijakan "tarif balasan". Dalam pidato video pada 6 April, Presiden Lai menyampaikan bahwa Taiwan tidak akan melakukan aksi balasan tarif, namun akan membuka diskusi dari nol tarif, memperluas pembelian barang AS, serta meningkatkan investasi ke AS yang menguntungkan kedua pihak.

Pemerintah Taiwan juga berkomitmen untuk menyelesaikan berbagai isu non-tarif seperti hambatan perdagangan, ekspor teknologi tinggi, dan dugaan manipulasi asal negara produk. Delegasi negosiasi Taiwan dipimpin langsung oleh Wakil Perdana Menteri Cheng Li-chun.

Ong Lü-chung, dosen ilmu politik dari Sam Houston State University di Texas, menyebut strategi Taiwan sebagai langkah realistis dan satu-satunya pilihan saat ini. Ia menekankan pentingnya menjangkau lingkaran dalam Trump, serta membangun konsensus lintas partai di Taiwan untuk meningkatkan kredibilitas negosiasi di mata AS.

Dalam wawancara dengan CNBC pada 7 April, Peter Navarro, mantan penasihat perdagangan Trump, mengatakan bahwa penghapusan tarif tidak cukup jika hanya menurunkan tarif impor menjadi nol. Menurutnya, isu utama AS adalah perilaku perdagangan tidak adil yang bersifat non-tarif.

Menariknya, dalam dokumen kebijakan tarif (Annex III, Pasal 9903.01.34), terdapat klausul "American Value Clause" yang membuka celah pembebasan tarif tambahan jika lebih dari 20% nilai produk berasal dari komponen AS. Ini bisa mencakup bahan baku, desain, hingga teknologi.

Ong menyarankan Taiwan untuk mengusulkan pengakuan nilai kandungan AS dalam produk Taiwan agar bisa lolos dari tarif tambahan, serta menargetkan penurunan tarif agar sejajar dengan negara pesaing seperti Jepang dan Korea Selatan.

Namun, gejolak ekonomi langsung terasa. Pada 7 April, Indeks Saham Gabungan Taiwan (TAIEX) anjlok 2.065 poin atau 9,7%, menjadi rekor penurunan harian terbesar dalam sejarah. Hampir 1.000 saham mengalami limit down.

Analis pasar dan komentator ekonomi-politik Taiwan, Chiu Min-kuan, memperingatkan bahwa ketidakpastian masih membayangi. "Kebijakan ini sudah seperti peluru yang masih melayang. Dampaknya terhadap ekonomi global dan masa depan iklim bisnis sangat besar," ujarnya.

Li Lan, NTDTV, New York berkontribusi dalam laporan ini.

0 comments