Identitas Pejuang yang Menggantung Spanduk Anti-Komunis di Chengdu Terungkap, Orang Dalam Buka Suara
![]() |
Screenshot video |
Baru-baru ini, beredar video dan foto di internet yang menunjukkan adanya spanduk anti-Komunis tergantung di jembatan layang di Chengdu, Sichuan. Pada 25 April, identitas sang pejuang yang menggantung spanduk itu akhirnya terungkap, dan ia dijuluki netizen sebagai "Peng Lifa dari Sichuan."
Pada 15 April, beredar sebuah foto yang memperlihatkan tiga spanduk besar berwarna putih bertuliskan huruf merah, tergantung di jembatan layang dekat Terminal Bus Chadianzi di Chengdu. Tulisan pada spanduk itu berbunyi:
"Tanpa reformasi sistem politik, tidak ada kebangkitan bangsa."
"Rakyat tidak membutuhkan partai yang kekuasaannya tanpa batas."
"China tidak perlu siapa pun untuk menunjukkan arah — demokrasi adalah arahnya."
Pakar hukum asal Tiongkok yang kini tinggal di Australia, Yuan Hongbing, mengungkapkan kepada Epoch Times bahwa spanduk tersebut sempat tergantung selama hampir tiga jam. Awalnya, setelah ditemukan, polisi patroli hanya melaporkan ke atasan, namun tidak ada perintah langsung untuk mencopotnya. Sebaliknya, mereka diperintahkan untuk menjaga lokasi.
Pada 25 April, aktivis pengasingan Du Wen menjadi orang pertama yang mengungkapkan identitas pejuang itu: Mei Shilin, berusia 27 tahun, berasal dari Kecamatan Yongfu, Kabupaten Muchuan, Sichuan.
Du Wen mengatakan kepada Epoch Times bahwa setelah menggantung spanduk, Mei Shilin mengirimkan rekaman video berdurasi 13 detik, beberapa foto, serta salinan kartu identitasnya kepadanya. Mei Shilin mengaku bahwa ia telah mempersiapkan aksi ini selama lebih dari setahun, merasa sebagai warga Tiongkok hidup dalam ketidakadilan, dan ingin bersuara meski harus menghadapi bahaya besar.
"Rakyat tidak membutuhkan partai yang kekuasaannya tanpa batas."
"China tidak perlu siapa pun untuk menunjukkan arah — demokrasi adalah arahnya."
Pakar hukum asal Tiongkok yang kini tinggal di Australia, Yuan Hongbing, mengungkapkan kepada Epoch Times bahwa spanduk tersebut sempat tergantung selama hampir tiga jam. Awalnya, setelah ditemukan, polisi patroli hanya melaporkan ke atasan, namun tidak ada perintah langsung untuk mencopotnya. Sebaliknya, mereka diperintahkan untuk menjaga lokasi.
Pada 25 April, aktivis pengasingan Du Wen menjadi orang pertama yang mengungkapkan identitas pejuang itu: Mei Shilin, berusia 27 tahun, berasal dari Kecamatan Yongfu, Kabupaten Muchuan, Sichuan.
Du Wen mengatakan kepada Epoch Times bahwa setelah menggantung spanduk, Mei Shilin mengirimkan rekaman video berdurasi 13 detik, beberapa foto, serta salinan kartu identitasnya kepadanya. Mei Shilin mengaku bahwa ia telah mempersiapkan aksi ini selama lebih dari setahun, merasa sebagai warga Tiongkok hidup dalam ketidakadilan, dan ingin bersuara meski harus menghadapi bahaya besar.
Du Wen sempat membujuk Mei Shilin untuk segera meninggalkan Tiongkok, namun Mei memilih tetap tinggal.
Du Wen, yang kini tinggal di Eropa, dulunya adalah kepala Kantor Konsultan Hukum Pemerintah Daerah Mongolia Dalam, dan pernah dipenjara hampir 13 tahun oleh rezim Komunis Tiongkok.
Karena pertimbangan keamanan, Du Wen tidak langsung mengungkapkan identitas Mei.
Saat ini, Mei Shilin telah hilang kontak selama lebih dari sepuluh hari. Du Wen menduga kuat bahwa Mei kemungkinan besar telah ditangkap, dan mengimbau masyarakat internasional untuk segera memberi perhatian.
![]() |
Screenshot video |
Mei Shilin kini dijuluki netizen sebagai "Peng Lifa dari Sichuan," merujuk pada Peng Lifa, aktivis yang pada Oktober 2022 pernah membentangkan spanduk di Jembatan Sitong, Zhongguancun, Beijing, dengan seruan:
"Tidak mau tes PCR, mau makan!
Tidak mau lockdown, mau kebebasan!
Tidak mau kebohongan, mau martabat!"
Aksi Peng Lifa kala itu menginspirasi banyak tuntutan kebebasan dan demokrasi di berbagai daerah di Tiongkok, yang berkembang seperti "api kecil yang bisa membakar seluruh padang".
Li Qingyi dan Liu Fang dari NTD Television berkontribusi dalam laporan ini.
0 comments