Beijing Siap Hadapi Perang Panas: Xi Jinping Dinilai Tak Segan Konfrontasi Langsung dengan AS
![]() |
New York, 12 April 2025 — Ketegangan perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat terus meningkat, menyusul kebijakan balasan agresif dari pemerintah Beijing. Menurut The Wall Street Journal, kondisi ini telah mengarah pada konfrontasi berisiko tinggi antara dua kekuatan besar dunia.
Mantan pejabat dalam sistem Partai Komunis Tiongkok, Du Wen, menyampaikan analisis tajam: pemerintahan Xi Jinping lebih mengutamakan kepentingan politik dibanding ekonomi — bahkan tidak segan berperang dengan AS jika diperlukan.
Perang tarif yang terus berubah setiap hari mencapai puncaknya pada 10 April 2025, ketika Amerika menaikkan tarif impor atas produk Tiongkok hingga 145%, sementara Tiongkok mengenakan tarif 84% atas produk dari AS.
Tak hanya itu, pemerintah Tiongkok juga melakukan penjualan besar-besaran atas surat utang negara AS, yang nilainya kini menurun dari puncaknya sebesar 1,31 triliun dolar menjadi hanya 760,8 miliar dolar pada bulan ini. Beijing juga membatasi jumlah film Hollywood yang masuk, sebagai upaya menekan surplus ekspor jasa AS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, mengunggah video pernyataan Mao Zedong era Perang Korea di platform X (Twitter), yang menyiratkan kesediaan Tiongkok untuk “berperang sampai kemenangan akhir,” jika diperlukan.
“Inti pemikiran Xi Jinping adalah mencari kerja sama lewat konfrontasi,” jelas komentator politik Du Wen.The Wall Street Journal menyebut bahwa perang tarif ini telah membawa AS dan Tiongkok dalam sebuah “konfrontasi berisiko tinggi.”
“Dia tidak memilih duduk bersama untuk berdialog, melainkan memilih bertarung — baik melalui perang maupun diplomasi. Ia yakin kekuasaan harus dipertahankan melalui perjuangan.”
Du Wen menambahkan bahwa Xi Jinping sudah sejak 2023 memiliki niat untuk bersiap menghadapi perang dengan Amerika, dan kini ide tersebut telah ditanamkan secara luas ke dalam militer Tiongkok.
“Saat ini banyak unit militer Tiongkok secara langsung melakukan pelatihan dengan simulasi melawan kekuatan militer Amerika. Xi sudah membuat keputusan ini. Ia tidak akan mengorbankan kepentingan politik demi keuntungan ekonomi.”Menteri Keuangan AS, Janet Bassent, baru-baru ini menyatakan bahwa pemerintah menunda pemberlakuan tarif balasan terhadap negara-negara lain selama 90 hari untuk memberi ruang diplomasi dan pembentukan aliansi melawan Tiongkok yang dinilai sebagai “aktor jahat”. Ia juga memperingatkan bahwa semua opsi terbuka di meja Presiden — termasuk kemungkinan mencoret perusahaan Tiongkok dari bursa saham AS.
Sementara itu, kolumnis CNN, Stephen Collinson, menyebut bahwa perang tarif ini menunjukkan kegagalan upaya panjang AS untuk mencegah konfrontasi perdagangan besar-besaran, bahkan konflik berskala lebih luas, dengan Tiongkok.
“Jika kita bicara batas terakhir dari konfrontasi ini,” lanjut Du Wen, “sebuah perang panas tampaknya semakin sulit dihindari.”Menurut informasi yang diperoleh Du Wen, militer Tiongkok baru-baru ini mewajibkan setiap perwira mengunduh aplikasi bernama Peta Musuh Kuat — aplikasi ini berisi informasi detail tentang semua unit militer AS, pangkalan, wilayah operasi, lambang satuan, dan nama pejabat militer terkait. Mereka diperintahkan untuk tidak takut perang, dan bersiap total untuk menghadapi Amerika.
Sementara itu, lembaga keuangan global seperti Goldman Sachs telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok akibat ketegangan dagang. Estimasi pertumbuhan PDB Tiongkok untuk 2025 dipangkas dari 4,5% menjadi 4,0%, dan untuk 2026 dari 4,0% menjadi 3,5%.
0 comments