4 Warga Tiongkok Terlibat Penipuan Identitas di AS, Akan Dideportasi Setelah Jalani Hukuman


Empat warga negara Tiongkok dijatuhi hukuman penjara di Amerika Serikat atas kasus pencurian identitas dan penipuan di berbagai toko ritel. Setelah menyelesaikan masa hukuman, mereka akan dideportasi ke Tiongkok.

Penipuan Identitas oleh Warga Tiongkok di AS

Otoritas Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) mengumumkan bahwa empat warga negara Tiongkok telah dijatuhi hukuman penjara antara 12 hingga 42 bulan. Mereka adalah penduduk California:
  • Zhang Jiaqi (36 tahun)
  • Guo Qian (37 tahun)
  • Wang Chongming (28 tahun)
  • Yan Jiaozhu (30 tahun)

Menurut pernyataan resmi ICE, keempatnya masuk ke AS dengan identitas palsu dan mencuri informasi pribadi ratusan warga AS, termasuk nomor jaminan sosial, tanggal lahir, dan alamat. Mereka memalsukan SIM dan mengajukan kartu kredit ritel atas nama korban untuk berbelanja dan menarik uang secara ilegal.

Kerugian Besar Bagi Toko Ritel

Para pelaku menggunakan identitas palsu untuk menipu sejumlah toko ritel ternama di AS. Korban penipuan termasuk merek kosmetik terkenal seperti Sephora, Ulta, serta peritel besar seperti Nordstrom. Total kerugian diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta dolar AS.

Hukuman Tambahan untuk Rekan Pelaku

Selain empat orang tersebut, satu rekan mereka telah lebih dahulu dijatuhi hukuman lebih dari 4 tahun penjara, sementara satu rekan lainnya telah mengaku bersalah dan sedang menunggu vonis.

Deportasi Setelah Masa Hukuman

ICE menyatakan bahwa keempat warga Tiongkok itu akan dideportasi setelah menyelesaikan masa hukuman penjara mereka. Sejak Mei tahun lalu, Tiongkok telah menyetujui untuk menerima kembali warganya yang dideportasi dari AS. Hingga saat ini, lima pesawat carteran telah mengangkut ratusan warga Tiongkok kembali ke negara asal.

Kebijakan Ketat di Era Kepemimpinan Trump

Kembalinya Presiden Trump ke tampuk kekuasaan membawa kebijakan imigrasi yang lebih ketat, termasuk himbauan kepada imigran ilegal untuk meninggalkan AS secara sukarela. Kebijakan ini disebut sebagai peluang untuk tetap bisa kembali secara legal di masa depan.



0 comments