Norovirus Menyebar di Daratan Tiongkok, Keterlambatan PKT dalam Pencegahan dan Pengendalian Menimbulkan Pertanyaan


Baru-baru ini, wabah norovirus menyebar luas di Tiongkok, menginfeksi banyak warga. Sebenarnya, virus ini telah mulai menyebar sejak empat bulan lalu, tetapi pihak berwenang baru mulai memberikan peringatan setelah virus menyebar luas.

Seorang warganet dari Sichuan mengatakan: “Saya beritahu kalian, norovirus ini jauh lebih parah dari COVID-19! Saya tiba-tiba terserang semalam, muntah sampai rasanya seperti usus saya mau putus.”

Seorang warganet dari Beijing mengungkapkan: “Norovirus ini benar-benar bukan main-main! Sejak dua hari lalu saya muntah dan diare terus, tidak bisa makan apa pun, bahkan demam. Sudah minum obat tapi tidak membaik. Tidak tahan lagi, jadi saya ke rumah sakit untuk infus. Seluruh keluarga saya terkena, istri dan anak saya juga demam.”

Dalam beberapa waktu terakhir, wabah norovirus terjadi di berbagai kota besar seperti Beijing dan Shanghai. Banyak pengguna media sosial membagikan video dan postingan yang menggambarkan kondisi mereka setelah terinfeksi serta mengingatkan orang lain untuk berhati-hati.

Pada Oktober tahun lalu, Shenzhen News melaporkan bahwa kota Shenzhen berada dalam periode puncak infeksi norovirus, dengan satu orang yang terinfeksi dapat menyebarkan miliaran virus.

Pada 30 November, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok mengeluarkan “Panduan Teknis Desinfeksi untuk Pengendalian Infeksi Norovirus di Sekolah dan Tempat-Tempat Penting”, yang mewajibkan penerapan kebijakan tersebut di seluruh wilayah.

Namun, hingga norovirus menyebar luas, pusat pengendalian penyakit di kota seperti Shanghai baru mulai memberikan peringatan secara terbuka, sementara media massa baru mulai menekankan perlunya isolasi serta larangan bekerja atau bersekolah bagi yang terinfeksi.

Reaksi lambat pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam menangani penyakit menular kembali memicu kritik dari berbagai pihak.

Li Hengqing, seorang akademisi Tiongkok yang tinggal di AS, mengatakan: “Pemerintah (PKT) saat ini berusaha menciptakan kesan stabilitas dan persatuan, sehingga banyak tindakan yang diambil berdasarkan pertimbangan politik, bukan kesehatan masyarakat. Bagi para pemimpin, yang paling penting bukan kesehatan rakyat, tetapi stabilitas politik dan keamanan rezim.”

Li juga mengungkapkan bahwa seorang pejabat dari CDC Tiongkok yang telah berimigrasi ke AS pernah memberitahunya bahwa saat wabah COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, CDC sebenarnya telah menyiapkan sistem tanggap darurat.

“Sejak awal wabah COVID-19 di Wuhan, sistem mereka sebenarnya masih bekerja. Tidak ada yang tidak tahu atau tidak bisa melaporkan situasi. Faktanya, semua laporan telah disampaikan,” katanya.

Namun, menurut Li, otoritas tertinggi di Tiongkok menekan informasi terkait wabah demi mempertahankan citra stabilitas selama perayaan Tahun Baru, yang akhirnya menyebabkan penyebaran virus ke seluruh dunia dan menelan jutaan korban jiwa.

Setelah pandemi COVID-19 yang melanda dunia, kepercayaan komunitas internasional terhadap pernyataan pemerintah PKT mengenai pengendalian pandemi telah menurun drastis. (ET/Hui/sun)

Sumber : NTDTV.com

0 comments