Warga Desa di Zhanjiang, Guangdong, Tiongkok Lanjutkan Aksi Protes dan Beradu “Perang Air” dengan Polisi Militer
Warga Desa Chengwu, Kecamatan Xilian, Kabupaten Xuwen, Kota Zhanjiang, Guangdong, Tiongkok kembali melanjutkan aksi protes selama beberapa hari terakhir, beradu “perang air” dengan sejumlah besar polisi militer dan polisi khusus yang bersenjata lengkap.
Aksi protes ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan larangan total budidaya siput yang diterapkan oleh pihak berwenang. Warga Desa Chengwu memulai aksi mereka pada akhir September, dan hingga kini masih berlanjut.
Pada 3 Desember, video yang diunggah ke media sosial menunjukkan aparat mengerahkan banyak polisi militer dan polisi khusus bersenjata lengkap untuk meredam aksi demonstrasi warga secara paksa. Iring-iringan mobil polisi tampak memanjang tanpa henti. Di lokasi, warga dengan gigih melawan dengan menyemprotkan dan menyiram air kepada aparat.
Warga setempat melaporkan bahwa mereka mengumpulkan seluruh penduduk desa, termasuk memanggil pulang para pemuda yang bekerja di luar daerah untuk bersama-sama melawan tindakan aparat.
Dalam video, tampak polisi militer bersenjata lengkap dikerahkan untuk menekan aksi protes, dengan mobil polisi berjejer panjang di lokasi.
Pada 15 Oktober dini hari, beberapa petugas polisi mencoba menyelinap ke desa untuk menangkap seorang warga yang memimpin aksi, tetapi mereka ketahuan oleh warga. Para warga berhasil menahan polisi dan mobil mereka hingga malam hari, akhirnya memaksa aparat untuk melepaskan orang yang ditahan.
Aksi warga yang melawan tindakan otoritas ini mendapat banyak dukungan dari warganet:
“Hebat!”;
“Hanya dengan bersatu kita bisa melawan mereka.”;
“Di mana lokasi desa ini di Zhanjiang? Warga desa sangat kompak.”;
“Orang Guangdong memang panutan kita, bersatu dan tak tergoyahkan.”
Dua hari sebelumnya, pada 1 Desember, ratusan penyewa di Desa Dadun, Kecamatan Xintang, Distrik Zengcheng, Guangzhou, Guangdong, juga melakukan aksi protes. Mereka memprotes kebijakan pemerintah setempat yang memberlakukan pos pembayaran parkir. Penyewa yang marah bahkan merusak pos tersebut.
Menurut laporan warga, hari itu adalah hari pertama penerapan kebijakan pembayaran parkir di Desa Dadun. Pada malam hari, ratusan penyewa berkumpul di depan pos untuk memprotes kebijakan yang dinilai tidak masuk akal. Selama aksi protes digelar, para penyewa yang marah memecahkan kaca pos pembayaran. Setelah seorang pejabat pemerintah mengumumkan pembatalan kebijakan tersebut, para penyewa akhirnya membubarkan diri, dan kebijakan yang hanya berjalan satu hari itu pun langsung dicabut.
Desa Dadun, Kecamatan Xintang, dikenal sebagai permukiman bagi para pekerja migran. Pada 11 Juni 2011, desa ini sempat menjadi lokasi konflik besar antara ribuan penyewa dan polisi setelah seorang ibu hamil asal Sichuan terlibat perkelahian fisik dengan seorang petugas keamanan. (ET/Hui/sun)
Sumber : NTDTV.com
0 comments