Mengkhawatirkan! Hasil Penelitian: Ditemukan Lebih dari 100 Jenis Virus Baru di Peternakan Hewan Penghasil Bulu di Tiongkok

Pada 6 Agustus 2015, di Kebun Binatang Chapultepec, Mexico City, tampak sekelompok rakun atau anjing rakun (Nyctereutes procyonoides). (Sumber gambar: ALFREDO ESTRELLA/AFP via Getty Images)


Pada Sabtu (7/9/2024), menurut laporan dari media sains IFLScience, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa peternakan hewan penghasil bulu di Tiongkok dipenuhi dengan virus yang dapat menular ke manusia, dan virus-virus tersebut telah menyebar dengan cepat di wilayah tersebut. Tim peneliti menemukan lebih dari 100 jenis virus di tubuh hewan-hewan seperti musang, marmot, dan tikus kesturi, serta memperingatkan bahwa peternakan ini telah menjadi sarang penyakit menular. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature


Secretchina.com
__________________  

Sejak pandemi COVID-19 terkait dengan hewan hidup di pasar Tiongkok, para ilmuwan mulai mengamati secara cermat penyebaran virus lintas spesies antara hewan dan manusia.

Sebuah tim peneliti internasional menggunakan teknik pengurutan genom untuk menganalisis jaringan paru-paru dan usus dari 461 hewan yang berasal dari Tiongkok, di mana semua hewan tersebut mati karena penyakit menular. Sebanyak 412 hewan berasal dari peternakan bulu, sementara 49 lainnya dari alam liar atau kawasan konservasi. Penelitian ini mencakup hampir 30 spesies yang berbeda.

Dari sampel tersebut, terdeteksi 125 jenis virus, termasuk virus korona, virus influenza tipe A, dan paramyxovirus yang menyebabkan campak dan gondok. Tim peneliti juga menemukan 36 virus yang baru dikenal oleh sains dan 39 virus dengan risiko penularan lintas spesies, di mana 11 virus diketahui pernah menginfeksi manusia.

John Pettersson, profesor dari Universitas Uppsala, Swedia, yang memimpin penelitian ini, menyatakan bahwa penyebaran virus di berbagai wilayah geografis yang luas melalui banyak jenis hewan menimbulkan ancaman besar terhadap kesehatan masyarakat. Yang paling menonjol adalah bahwa musang dan anjing rakun (hewan yang mirip dengan rubah daripada rakun) membawa banyak virus berisiko tinggi.

Tim peneliti juga menyoroti bahwa pada dua musang yang mati di sebuah peternakan, ditemukan virus korona yang mirip dengan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

Virus ini berasal dari kelelawar. Menurut peneliti ini menunjukkan adanya penularan lintas spesies antara hewan liar dan hewan ternak, yang juga memiliki kontak erat dengan manusia. Oleh karena itu, mereka menyerukan pengawasan yang lebih ketat terhadap peternakan hewan penghasil bulu untuk melacak potensi wabah penyakit menular secara lebih efektif.

Saat ini, peternakan hewan penghasil bulu sering dikritik karena standar kesejahteraan hewan yang buruk. Lebih dari 20 negara di Eropa telah melarang atau berencana menutup secara bertahap peternakan jenis ini.

Dalam wawancaranya dengan Newsweek, Pettersson menyatakan bahwa bagi virus, peternakan bulu menyediakan lingkungan yang baik untuk berkembang biak karena adanya banyak spesies inang yang memungkinkan virus melakukan penularan lintas spesies, yang pada akhirnya dapat menular ke manusia.

Organisasi Perlindungan Hewan: Peternakan Hewan Penghasil Bulu di Tiongkok Berpotensi Menjadi Sarang Virus

Menurut penyelidikan oleh Humane Society International (HSI) pada akhir 2023, lima peternakan hewan penghasil bulu di Tiongkok yang memelihara rubah, anjing rakun, dan musang menyediakan “kondisi sempurna” untuk penyebaran penyakit zoonosis, dan ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Menurut laporan Reuters, peternakan yang diselidiki berada di Hebei dan Liaoning, dengan masing-masing peternakan memelihara sekitar 2.000 hingga 4.000 hewan dalam kondisi padat dan lingkungan yang buruk, serta berdekatan dengan unggas. Rekaman yang diambil oleh penyelidik menunjukkan hewan-hewan dikurung dalam kandang logam yang membatasi gerakan mereka, banyak dari mereka melompat-lompat dengan gelisah, menunjukkan tekanan mental yang besar.

Profesor tamu dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Surrey, Alastair MacMillan, mengatakan bahwa cara pemeliharaan ekstrim padat ini menyebabkan virus menyebar dengan cepat di antara hewan-hewan dan dapat bercampur menjadi strain baru, yang meningkatkan risiko infeksi pada manusia.

MacMillan juga menekankan bahwa hewan bulu rentan terhadap infeksi virus pernapasan yang juga berbahaya bagi manusia, sehingga kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Peter Li, pakar kebijakan HSI di Tiongkok, mengatakan bahwa kandang sempit, hewan yang gelisah, dan kondisi tidak higienis menjadi kontras dengan citra industri bulu yang tampak glamor. (ET/jhon/sun)

0 comments