Seorang Ibu di Tiongkok: Putra Saya Sengaja Divonis Alami Mati Otak oleh Rumah Sakit Wuhan untuk Diambil Organnya



Li Yun, Qiu Yue dan Wang Yanqiao
___________________________________


Seorang ibu di Wuhan, Tiongkok baru-baru ini mengunggah rekaman video, menuduh dokter di sebuah rumah sakit Kota Wuhan yang tanpa melakukan tes apa pun memvonis putranya mengalami mati otak, bahkan rumah sakit mendesak ibunya agar menyumbangkan organ putranya.

Pada 22 Juli, Rumah Sakit Tongji Wuhan mengeluarkan pernyataan yang membantah rumor tersebut, namun masih gagal menghilangkan keraguan masyarakat. Mrs. Li dari Wuhan mengatakan: “Mengapa Anda memvonis anak saya mati otak? Apakah Anda sudah melakukan tes napas? Kematian otak adalah standar untuk donasi organ hidup. Ini adalah perbuatan yang sangat kejam!”

Mrs. Li dari Wuhan mengatakan bahwa anaknya yang berusia 28 tahun menderita cedera otak traumatis lalu dibawa ke Rumah Sakit Tongji Wuhan untuk berobat. Tanpa tes apa pun, direktur bedah, Li Zhanfei langsung mengatakan bahwa anaknya mengalami mati otak dan menasehatinya untuk menyumbangkan organ anak tersebut, tetapi ditolak oleh Mrs. Li.

Pada 22 Juli, Rumah Sakit Tongji Wuhan mengeluarkan pernyataan yang menyangkal bahwa rumah sakit tersebut mendorong donasi organ pasien. Namun hal itu masih gagal meredam keraguan netizen Tiongkok.

Zhao Lanjian, mantan awak media Tiongkok mengatakan: “Saya yakin semua materi yang diberikan oleh Mrs. Li ini adalah benar karena dia adalah pribadi yang mengalaminya sendiri kejadian, bukan melalui penuturan orang lain. Melalui video ini, kita juga bisa merasakan bahwa pembuktiannya itu benar adanya.”

Dalam beberapa tahun terakhir, PKT telah mendirikan pusat transplantasi organ di berbagai tempat, sehingga membutuhkan donor organ dalam jumlah besar. Transplantasi organ telah menjadi rantai industri ekonomi Tiongkok.

“Kejadian ini sangat mengerikan. Seluruh masyarakat Tiongkok berada dalam suasana mengerikan. Sudah sampai pada titik di mana dokter atau rumah sakit menciptakan alasan kematian demi pengambilan organ pasien, atau dengan sengaja menciptakan insiden yang menyebabkan kematian alias pembunuhan. Ini bahkan suatu perbuatan yang lebih mengerikan daripada fasisme,” kata Zhao Lanjian.

Pada awal 2006, kejahatan PKT mengambil paksa organ dari praktisi Falun Gong yang masih hidup terungkap secara internasional.

Tang Jingyuan, seorang komentator politik yang tinggal di Amerika Serikat mengatakan: “Jika pengambilan organ oleh PKT pada awalnya terutama menargetkan penjarahan dan pembunuhan terhadap praktisi Falun Gong sebagai cara untuk menindas Falun Gong, maka sekarang seluruh pengambilan organ sudah dijadikan sebagai rantai pasokan penghasil keuntungan besar yang kejahatannya dilakukan secara kolektif melalui aksi nasional. Kini sudah berubah menjadi mesin pembunuh yang sangat besar.”

Para analis mengatakan bahwa Li Zhanfei dan Rumah Sakit Tongji Wuhan hanyalah salah satu mata rantai dalam rantai kepentingan yang sangat besar ini di Tiongkok.

Tang Jingyuan mengatakan: “Dengan kata lain, ini bukanlah kasus yang terisolasi, yang dilakukan pribadi dokter, atau rumah sakit tertentu, tetapi ini adalah tindakan kriminal nasional yang didukung oleh kekuatan politik Partai Komunis Tiongkok.”

Sudah menjadi hal yang lumrah bagi rumah sakit untuk membujuk anggota keluarga pasiennya untuk mendonorkan organnya. Media Tiongkok Daratan juga sering melaporkan kasus donasi organ dari orang-orang yang sengaja didiagnosis alami “mati otak”, mengklaim bahwa “kehidupan muda… kematian otak mendadak… (membiarkan) kehidupan orang lain bisa berlanjut dengan cara lain (transplantasi)…” dan banyak lagi rayuan gombal agar keluarga bersedia mendonorkan organ pasien. (ET/sin/sun)

0 comments