Setelah Banjir Surut, Guilin, Tiongkok Menjadi Reruntuhan, Warga Mengeluh Sudah Tidak Punya Apa-apa Lagi

Pada 20 Juni 2024, terjadi banjir besar di Guilin, dan stasiun kereta api pun terendam banjir. (STR/AFP melalui Getty Images)

Luo Tingting/ Xia He
_________________


Setelah banjir surut pada 21 Juni, jalanan di Guilin, Provinsi Guangxi berantakan, jalanan berlumpur, jalanan penuh dengan barang-barang yang terendam air, dan kendaraan-kendaraan penuh dengan lumpur. Banyak orang mengeluh bahwa banjir yang datang tiba-tiba membuat mereka tidak memiliki apa-apa dan mereka tidak tahu bagaimana harus hidup di masa depan.

“Baru satu setengah bulan sejak B&B dibuka. Segera setelah bisnis mulai berkembang, lantai pertama benar-benar terendam banjir,” ujar Li, pemilik B&B Guilin, mengatakan kepada Jimu News dengan kecewa.

B&B Li terletak di Fulongyuan, Distrik Qixing, Guilin, tepat di sebelah Sungai Li, di sepanjang jalan banyak B&B. Sejak 19 Juni, Guilin dilanda banjir besar, dan lantai pertama B&B ini hampir semuanya terendam air. Setelah banjir surut, kasur, sofa, selimut, dan barang-barang lainnya yang terendam air menumpuk di pinggir jalan.

Pada April lalu, Li dan temannya Zhao mengambil alih B&B ini dalam kemitraan dan secara resmi dibuka pada 1 Mei.

Zhao mengenang kejadian saat itu dengan mengatakan bahwa pada 19 Juni sore, air di sekitar B&B setinggi lututnya. Pada malam hari air mengalir ke lantai pertama. Air kemudian sudah naik pada 20 Juni pagi. Akhirnya genangan air menutupi papan nama setinggi dua meter di pintu. Kemudian sekitar 20 juni pukul 18.00, banjir surut, meninggalkan lumpur setinggi 20 hingga 30 sentimeter di sekitar lantai pertama B&B. Zhao menyewa forklift untuk membersihkan lumpur.

Deng dari Guilin, lima tahun lalu mengubah villa miliknya menjadi B&B, dengan lantai pertama sebagai resepsionis dan kamar tamu, dan lantai dua serta tiga sebagai suite tamu. Dalam banjir kali ini, lantai pertama B&B-nya juga terendam.

Pada 19 Juni, saat sedang berlibur di Shaanxi, Deng terus menerima peringatan banjir. Melalui pengawasan B&B, dia melihat bahwa pada pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi, banjir sudah menutupi pinggir jalan, dan sekitar pukul 10.00 banjir sudah mencapai tangga setinggi lebih dari satu meter.

Setelah listrik di B&B terputus, dia tidak bisa lagi memantau situasi. Pada sore hari, dia menerima video dari staf di toko, menunjukkan bahwa banjir sudah melewati tangga setinggi lebih dari satu meter dan masuk ke lobi lantai pertama.

Dengan hati yang gelisah, Deng mengakhiri perjalanannya lebih awal dan kembali ke Guilin pada 20 Juni. Ketika melihat lumpur setebal lebih dari 20 cm di dalam dan luar B&B, serta lantai dan tempat pengunjung yang terendam air, perasaannya campur aduk.


“B&B ini diinvestasikan lebih dari 3 juta yuan, telah beroperasi selama lima tahun, dan bisnis baru mulai meningkat tahun lalu,” kata Deng dalam wawancara, suaranya bergetar beberapa kali.

Dia mengatakan, “Ketika membeli vila ini, mereka bilang bahwa desain tangga di depan bisa menahan banjir, tetapi ternyata banjir kali ini tidak bisa ditahan, begitu juga banjir tahun 1998.”

Deng berkata bahwa saat banjir tahun 1998, lantai pertama vila juga kemasukan air, tetapi saat itu airnya belum sampai ke lutut. Tidak disangka kali ini airnya lebih tinggi dari tahun 1998.

Staf B&B, Huang, menceritakan saat banjir datang, “Banjir datang dengan sangat cepat, seorang kakek ragu-ragu di depan toko selama beberapa menit, air sudah terlalu dalam baginya untuk bisa berjalan melewatinya.”

Melihat situasi ini, Huang segera mengajak kakek tersebut untuk berlindung di dalam toko. Kakek tersebut membantu mengangkat barang-barang di B&B dan beristirahat semalam sebelum pergi.

Pada 20 Juni pagi, banjir mulai surut, Huang segera membangunkan rekan kerjanya untuk mulai membersihkan lumpur, “Selama dua hari hanya tidur beberapa jam, seluruh tubuh sudah lelah.”

Saat ini, lumpur di lantai pertama B&B telah dibersihkan, tetapi masih ada bekas banjir di dinding, dengan garis batas air setinggi lebih dari 1,5 meter. Lantai kayu di lantai pertama semuanya rusak akibat banjir.

Banjir di Guilin kali ini sangat jarang terjadi, bahkan stasiun kereta api terendam dan ditutup sementara . Seorang netizen dari Guilin, Li, merekam video dari udara yang menunjukkan bahwa kedua tepi Sungai Li di Guilin yang kini menjadi hamparan lautan yang luas.

Pada 20 Juni 2024, Guilin mengalami banjir besar dan seluruh kota terendam banjir. (Tangkapan layar video)

Pada 20 Juni 2024, Guilin mengalami banjir besar dan seluruh kota terendam banjir. (Tangkapan layar video)

Li berkata, “Air tiba-tiba naik lebih dari satu meter dalam waktu beberapa belas menit. Jalan raya terendam sepenuhnya, kedua tepi Sungai Li terendam, beberapa rumah sudah terendam hingga lantai dua. Karena pemadaman listrik yang meluas, warga tidak memiliki tempat untuk pergi, hotel-hotel penuh sesak.”

Banyak warga Guilin mengatakan bahwa kota ini jarang terkena banjir. Pada 19 Juni sore, hujan sudah berhenti, tetapi tiba-tiba permukaan air Sungai Li naik, menyebabkan air sungai meluap dan membanjiri kota.

Warga mencurigai bahwa banjir besar di Guilin kali ini disebabkan oleh pembukaan bendungan di hulu, yang membuat warga tidak siap. Diketahui bahwa ada empat bendungan besar di hulu Sungai Li, yaitu Bendungan Fuzikou, Bendungan Chuanjiang, Bendungan Xiaorongjiang, dan Bendungan Qingshitan.

Zhou Yunkui, Wakil Direktur Kantor Komando Pengendalian Banjir dan Kekeringan Guangxi dan Wakil Direktur Departemen Manajemen Darurat, beralasan, “Penyebab utamanya adalah karena bendungan di hulu sudah penuh, sehingga air yang datang dari hulu harus dibuang secara pasif.”

Seorang netizen dari daratan Tiongkok berpendapat bahwa penjelasan ini secara tidak langsung mengakui bahwa banjir disebabkan oleh pembukaan bendungan.

Setelah banjir, banyak netizen dari Guilin mengeluh di platform media sosial. Banjir besar yang tiba-tiba ini menghancurkan rumah mereka, sehingga mereka kehilangan segalanya.

“Saya datang ke Guilin untuk bekerja di bidang periklanan dengan susah payah selama 7 tahun, baru berhasil mendirikan dua pabrik pengolahan, sekarang tidak ada yang tersisa, mesin-mesin masih dalam tahap cicilan, saya terlilit utang, sekarang benar-benar tidak tahu harus bagaimana,” keluh seorang warga. (ET/hui/sun)

0 comments