KP.2 Varian COVID-19 Bermutasi dan Menyebar di Tiongkok
Masyarakat Tiongkok terus melaporkan kasus-kasus yang lebih parah dan kematian mendadak di negara tersebut meskipun rezim yang berkuasa menutupi.
Otoritas kesehatan Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini melaporkan bahwa KP.2, strain COVID-19 dominan yang saat ini menyebar di seluruh dunia, telah bermutasi di Tiongkok.
Sementara itu, anggota masyarakat Tiongkok mengungkapkan kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin bahwa wabah COVID-19 setempat lebih parah daripada yang dikatakan oleh pihak berwenang, karena para pejabat terus menyembunyikan informasi jumlah korban COVID-19.
Pada 14 Mei 2024, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit rezim Tiongkok mengeluarkan sebuah pemberitahuan yang menyatakan varian KP.2 terdeteksi pertama kali pada kasus-kasus setempat di Provinsi Guangdong pada 11 Maret 2024. Menurut pemberitahuan tersebut, per 12 Mei, total 25 rangkaian KP.2 telah dilaporkan di seluruh Tiongkok.
Namun, otoritas kesehatan Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa proporsi KP.2 berada di tingkat yang sangat rendah dan saat ini, tiga strain mutan teratas berada di Tiongkok adalah JN.1, JN.1.16, dan JN.1.4.
Sejak Januari, persentase kasus KP.2 mengalami peningkatan secara global. Pada tanggal 3 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia mendaftarkan KP.2 sebagai varian COVID-19 “dalam pemantauan.”
Pada 13 Mei, Zhao Wei, Direktur Pusat Penelitian Keamanan Hayati di Southern Medical University yang berada Tiongkok, mengatakan kepada media pemerintah Tiongkok bahwa kemunculan strain-strain mutan baru COVID-19 menunjukkan bahwa virus tersebut belum hilang di Tiongkok.
Partai Komunis Tiongkok menghentikan semua pengujian COVID-19 di rumah sakit ketika terjadi secara tiba-tiba meninggalkan kebijakan dan langkah-langkah pengendalian “zero-COVID” yang kejam pada bulan Desember 2022, yang diikuti oleh gelombang besar infeksi dan kematian yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh negeri Tiongkok.
Rezim Tiongkok telah mengaitkan gelombang infeksi saluran pernapasan yang menyerupai gejala COVID-19 di Tiongkok dengan berbagai patogen dan penyebab lainnya, seperti pneumonia mikoplasma, influenza A, dan influenza B, sedangkan dengan sengaja menghindari penyebutan COVID-19.
KP.2 (juga dikenal sebagai FLiRT) adalah varian turunan Omicron JN.1 yang secara independen mengembangkan tiga mutasi tambahan pada spike protein yang dikatakan oleh pakar-pakar kesehatan dapat meningkatkan penularan virus dan kemampuan virus untuk menghindari antibodi-antibodi yang ada dari infeksi atau vaksin-vaksin sebelumnya. KP.2 pertama kali dilaporkan di India pada tanggal 2 Januari.
Anggota masyarakat Tiongkok menanggapi di media sosial mengenai pengumuman varian baru tersebut oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
“Strain mutan ini atau strain mutan itu, menurut dokter-dokter, semuanya adalah strain mutan yang diperlakukan sebagai pilek.” satu postingan dibaca. “Tidak peduli seberapa serius epidemi ini, mereka tidak pernah menguji apakah itu COVID-19.”
Laporan Masyarakat Tiongkok mengenai Wabah yang Sedang Berlangsung
Masyarakat Tiongkok di seluruh negeri telah mengatakan kepada The Epoch Times bahwa COVID-19 tidak pernah hilang dari Tiongkok dan bahwa pihak berwenang terus menyembunyikan kebenaran mengenai hal itu, menyebabkan tingginya insiden kasus yang parah dan kasus kematian mendadak.
Pada 13 Mei, Yan, seorang penduduk desa di Kabupaten Fangzheng, Kota Harbin di timur laut Tiongkok, mengatakan bahwa epidemi COVID-19 setempat adalah sangat serius dan bahwa banyak orang di sekitar Yan yang mengalami demam dan pilek berulang kali, dengan gejala mirip dengan COVID-19. Kematian mendadak karena alasan yang tidak diketahui sering terjadi, kata Yan.
“Saya juga demam dua hari lalu dan pilek. Rumah sakit tidak mengujinya dan memperlakukannya sebagai flu, tetapi tidak dapat disembuhkan. Saat ini, banyak penderita yang menderita paru-parunya berwarna putih. Banyak orang meninggal dalam dua tahun terakhir,” kata Yan kepada The Epoch Times.
“Kami berada di daerah pegunungan, dan sebagian besar berupa lahan penguburan. Ada kuburan baru di mana-mana.”
Yang, seorang penduduk Provinsi Guizhou di barat daya Tiongkok, mengungkapkan bahwa sejak musim dingin, banyak orang di sekitar dia yang berulang kali tertular. Ketika Yang sakit, rumah sakit setempat tidak melakukan uji COVID-19. Tetapi ia mengujinya sendiri dengan menggunakan alat uji di rumah dan hasilnya positif COVID-19. Yang mengatakan dokter-dokter masih mengobatinya seperti yang mereka lakukan untuk flu.
“Hal ini telah menyebabkan kematian banyak orang lanjut usia, dan memang ada banyak kematian mendadak pada orang berusia 60-an dan 70-an,” kata Yang kepada The Epoch Times.
Chen, seorang warga Sanmenxia di Provinsi Henan, mengatakan bahwa sekarang, lebih sedikit orang yang menderita gejala demam dan pilek dibandingkan bulan Maret, namun tetap saja ada banyak penderita yang sakit parah masih menderita “paru-paru putih” setelah menderita infeksi.
Sun, seorang warga Kota Baoding di Provinsi Hebei di utara Tiongkok, menceritakan kepada The Epoch Times bahwa selama setahun terakhir, banyak orang yang ia kenal telah menderita batuk terus-menerus.
“Banyak orang meninggal, namun penyebab kematiannya tidak jelas. Rumah sakit hanya memberitahu keluarganya bahwa mereka meninggal karena penyakit yang mendasarinya,” kata Sun.
Wang, seorang warga Provinsi Jiangxi di tenggara Tiongkok, mengatakan: “Di masa lalu beberapa tahun, banyak orang di sekitar saya menderita pilek dan batuk berulang kali. Banyak teman sekelas dan teman masa kecil saya yang menderita nodul-nodul paru yang abnormal. …Mereka mengatakan bahwa kesehatan mereka sudah tidak bagus lagi.”
“Banyak orang telah meninggal dalam beberapa tahun terakhir, dan bahkan rumah duka tidak mampu mengkremasi mereka semua. Rumah duka setempat tidak dapat menampung mayat sebanyak itu, maka sebuah rumah duka yang baru dibuka tahun lalu.” (ET/Viv/sun)
0 comments