300 Juta Penduduk akan Pensiun dalam 10 Tahun Mendatang, Krisis Pensiun di Tiongkok Mulai Muncul
Sekelompok penduduk lanjut usia berkumpul di pinggir jalan Kota Shanghai. (Hu Chengwei/Getty Images) |
HE YATING
Grey rhino (badak abu-abu) yang mengacu pada risiko dari penuaan populasi Tiongkok semakin mendekat dari hari ke hari. Konsekuensi dari kebijakan satu anak yang telah diterapkan selama lebih dari 40 tahun, telah menghancurkan struktur kependudukan Tiongkok yang dampaknya semakin nyata terlihat sekarang. Sekitar 300 juta penduduk Tiongkok akan pensiun dalam 10 tahun mendatang. 4 tahun silam, Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok telah memberikan peringatan bahwa dana pensiun Tiongkok akan habis terpakai setelah 2035.
Situs web “BBC” berbahasa Mandarin menerbitkan laporan mengenai populasi menua di Tiongkok pada 5 April. Artikel tersebut secara blak-blakan menyebutkan bahwa kebijakan satu anak yang diterapkan Tiongkok selama puluhan tahun, ditambah dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan menyusutnya keuangan pemerintah, telah menyebabkan rezim Beijing saat ini menghadapi krisis demografi yang semakin serius.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa dalam sepuluh tahun mendatang, akan ada sekitar 300 juta orang penduduk Tiongkok memasuki masa pensiun. Ketika ratusan juta orang tersebut meninggalkan angkatan kerja, maka jumlah dana pensiun Tiongkok akan terus menyusut. Pada saat itu pemerintah “tidak lagi mempunyai cukup waktu untuk membentuk dana guna merawat peningkatan jumlah penduduk lansia yang terus bertambah”. Laporan tersebut juga mempertanyakan: Lalu siapa yang akan merawat para lansia tersebut?
Baru-baru ini, pemerintah Tiongkok di semua tingkatan terus memberikan tekanan pada perusahaan swasta untuk membangun pusat penitipan anak, panti jompo atau infrastruktur perawatan lansia lainnya guna mengisi kesenjangan yang ditinggalkan oleh pemerintah daerah yang terlilit utang. Mengenai pendekatan ini, penulis laporan di BBC mempertanyakan: Jika perusahaan swasta mendapati bahwa proyek-proyek ini “tidak menguntungkan” bagi mereka, apakah perusahaan-perusahaan tersebut akan terus berinvestasi dengan mematuhi persyaratan resmi?
Disebutkan juga dalam laporan tersebut, bahwa tanpa kekuatan ekonomi yang memadai untuk memberikan bantalan, penuaan sedang berlangsung dengan kecepatan tinggi, sehingga banyak penduduk lanjut usia yang masih terpaksa “bergantung pada diri mereka sendiri”, bahkan ketika mereka mencapai usia yang seharusnya menjalani pensiun.
Cao Huanchun, seorang petani berusia 72 tahun di Liaoning, mengakui dalam sebuah wawancara dengan reporter BBC, bahwa dia dan istrinya tidak memiliki dana pensiun. Seperti halnya para pekerja migran lainnya yang pergi bekerja ke luar desa, dia hanya bisa terus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Dia mengatakan bahwa mungkin saja dirinya masih bisa terus bekerja selama 4 atau 5 tahun lagi. Ia mengatakan, Jika kondisi fisiknya masih menunjang 5 tahun mendatang, ia mungkin masih bisa berjalan sendiri. Tapi jika fisik tidak lagi menunjang atau sakit, maka ia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Itu saja, Tidak ada jalan lain.
Rezim komunis Tiongkok telah menerapkan kebijakan satu anak lebih dari 40 tahun yang lalu. “Anak tunggal’ yang lahir selama periode itu kini menghadapi tekanan yang sangat besar untuk menghidupi orang tua mereka yang memasuki usia lanjut.
Menurut “Laporan Aktuaria Pensiunan Tiongkok Tahun 2019 – 2050” yang dirilis oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok pada 10 April 2019, bahwa tingkat dukungan dari institusional Tiongkok akan berlipat ganda dalam 30 tahun ke depan, dan tekanan untuk membayar asuransi pensiun dasar bagi karyawan perusahaan perkotaan di Tiongkok terus meningkat. Sederhananya, pada tahun 2019, dibutuhkan hampir dua orang kontributor untuk mendukung satu orang pensiunan. Tetapi pada 2050 nanti, hampir satu orang kontributor untuk mendukung satu orang pensiunan.
Pada saat yang sama, ekspektasi terhadap situasi keuangan dana pensiun sosial Tiongkok di masa depan juga sangat mengkhawatirkan.
Menurut laporan di atas yang dirilis oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok pada 2019, saldo dana asuransi pensiun dasar nasional bagi pegawai perusahaan perkotaan saat ini akan semakin cepat penurunannya mulai 2023, bahkan defisitnya akan semakin besar. Diperkirakan saldo yang masih dapat dipertahankan positif saat ini akan menjadi negatif untuk pertama kalinya (diperkirakan minus RMB.118,13 miliar) pada 2028. Dan pada tahun 2035 nanti, dana pensiun Tiongkok mungkin akan habis sepenuhnya. Pada 2050, defisit dana pensiun tersebut bisa mencapai RMB. 16,73 triliun.
Pada saat itu, ada media Tiongkok yang menyampaikan melalui pemberitaan yang relevan bahwa 2035 mungkin tampak masih jauh, namun kenyataannya tidak. Bahkan orang tertua yang lahir pada tahun 1980-an masih belum melampaui usia pensiun pada saat itu.
Selain itu, data yang dirilis oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok juga menunjukkan bahwa dalam hal cadangan aset pensiun, pada akhir 2017, saldo cadangan pensiun Tiongkok berjumlah RMB.8,5 triliun, atau hanya menyumbang 10,3% dari PDB Tiongkok. Sebagai referensi saja, bahwa pada periode yang sama, cadangan pensiun Amerika Serikat menyumbang 160% dari PDB negara itu.
Perlu dicatat bahwa angka-angka di atas merupakan perkiraan Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok pada 2019. Setelah merebaknya virus komunis Tiongkok (COVID-19), perekonomian Tiongkok mengalami pukulan berat dan menurun dengan cepat. Oleh sebab itu, krisis pensiun bisa jadi lebih buruk dari perkiraan semula. (ET/sin/sun)
0 comments