Cuci Otak Gencar Dilakukan kepada Mahasiswa Hingga Latihan Militer, Mengungkapkan Ketakutan Terbesar PKT


TANG RUI - NTD

Baru-baru ini beredar video latihan militer di sebuah perguruan tinggi di provinsi Yunnan, di mana para mahasiswa menirukan militer Partai Komunis Tiongkok yang sedang melakukan penindasan terhadap para pekerja migran yang menuntut gaji, sehingga memicu perdebatan sengit.

Pada 29 September, selama latihan militer di Chuxiong Normal College, Yunnan, sekelompok mahasiswa memainkan peran sebagai “pekerja migran yang menuntut gaji” dan bergegas masuk ke dalam taman bermain, sambil memegang papan bertuliskan “bayarlah uang yang kamu hutangkan” dan meneriakkan “bayarlah”. Mereka digambarkan sebagai “preman” yang menyerang polisi bersenjata Partai Komunis Tiongkok.

Kelompok mahasiswa lainnya berperan sebagai “polisi bersenjata”, memegang perisai dan siap menyerang.

Ketika “penerima upah” bergegas menuju “polisi bersenjata”, bentrokan terjadi antara kedua belah pihak dan “bom asap” beterbangan di tempat kejadian, menyebabkan kekacauan.

Pada akhirnya, “polisi bersenjata” menangkap semua “pekerja migran yang menuntut gaji” dan mengawal mereka keluar dari tempat kejadian.

Harus Dikatakan, ini adalah skenario yang sesuai dengan kehidupan nyata, kaya akan karakteristik zamannya. Namun, niat di baliknya sungguh mengerikan.

Jie Lijian, Direktur Eksekutif Departemen Pemuda Partai Demokratik Tiongkok, mengatakan, “Ini adalah semacam pencucian otak dan intimidasi yang terselubung, menanamkan sel-sel teror PKT ke dalam tubuh dan pikiran Anda sejak Anda masih mahasiswa.

Jie Lijian menambahkan bahwa PKT telah menggunakan segala cara untuk menjaga stabilitas dan masyarakat Tiongkok secara paksa diindoktrinasi ke dalam model kekuasaan ini sejak mereka masih pelajar.

Jie Lijian: “Dari lingkungan latihan ini, biarlah siswa-siswa ini mengerti “di masa depan, jika Anda berani meminta penjelasan kepada pemerintah, atau meminta hak dan kepentingan Anda dilindungi dari bahaya, maka Anda juga akan ditangkap, kamu akan ditindas dengan kejam.”

Komentator isu terkini Lan Shu berkata: “Hal ini memungkinkan mahasiswa menumbuhkan di alam bawah sadar mereka logika yang mendasari bahwa rezim PKT berada di atas hukum.”

Orang-orang juga mengecam PKT di Internet. “Para mahasiswa telah dilatih untuk menganiaya rakyat sejak kuliah. Ini hanya sebuah pertunjukan yang menentang kemanusiaan “Musuh Partai Komunis adalah rakyat biasa.”

Beberapa netizen bertanya, “Bukankah para pekerja migran itu yang memegang papan permintaan gaji adalah orang tua mahasiswa tersebut?”

Banyak netizen yang berpendapat bahwa tujuan cuci otak yang dilakukan aparat adalah agar para mahasiswa ini paham bahwa selama masih ada perlawanan, maka harus diberantas.

Jie Lijian menambahkan: “Sifat PKT adalah jahat, dan selalu bertentangan dengan hak asasi manusia dan kebebasan rakyat.”

Seorang komentator, Lan Shu berkata: “Dengan kemerosotan perekonomian Tiongkok dan kebangkrutan model pembangunan ekonomi Tiongkok yang dikendalikan oleh PKT, skala dan jumlah pembela hak asasi manusia, serta kelompok pembela hak asasi manusia, pasti akan menjadi semakin besar.”

Pada 2 September, pemerintah Xuchang, Provinsi Henan, gagal membayar gaji lebih dari 80 pekerja migran, yang dipaksa untuk menulis di mikroblog untuk menuntut gaji mereka dengan menggunakan nama asli.

Analisis menunjukkan bahwa ketika ketidakpuasan rakyat Tiongkok terhadap PKT terus meningkat, akan ada lebih banyak aksi protes di masa depan yang mana pada akhirnya membahayakan rezim PKT.

Jie Lijian juga berkata: “Jadi mahasiswa, anak muda dan mereka yang tidak memiliki keluarga saat ini, semuanya berdarah panas dan PKT paling takut kepada mereka. Kini mereka menargetkan mahasiswa sebagai kelompok terbesar yang menentang partai politik mereka. Itu sebabnya PKT sangat takut kepada mereka.” (ET/Hui/sun)


0 comments