Sejatinya Sosok Xi Jinping Setelah Minum Arak (2)

Mao Zedong pernah melontarkan pernyataan yang menggemparkan dunia. Ia mengatakan ingin mengobarkan perang nuklir melawan AS, dengan Uni Soviet sebagai penyedia senjata nuklir, dan RRT bisa mengirimkan 200 divisi, bahkan lebih banyak lagi untuk sebuah ajang perang nuklir melawan AS. Foto: Joseph Stalin pada perayaan ulang tahunnya yang ke-71 bersama (kiri ke kanan) Mao Zedong, Marshal Nikolai Bulganin (Uni Soviet), Walter Ulbricht (pemimpin Jerman Timur) dan Yumjaagiin Tsedenbal (pemimpin Mongolia). (Wikipedia/public domain)


YUAN HONGBING

Seperti diketahui, dalam suatu rapat pemimpin negara komunisme internasional pada 1957, Mao Zedong (dibaca: mao ce tung) pernah melontarkan pernyataan yang menggemparkan dunia. Ia mengatakan ingin mengobarkan perang nuklir melawan AS, dengan Uni Soviet sebagai penyedia senjata nuklir, dan RRT bisa mengirimkan 200 divisi, bahkan lebih banyak lagi untuk sebuah ajang perang nuklir melawan AS, walaupun untuk itu 600 juta jiwa rakyat Tiongkok mati setengah pun, masih tersisa 300 juta jiwa, bahkan 2,7 miliar jiwa penduduk dunia mati setengah, masih tersisa 1,3 miliar jiwa sekalipun, asalkan menyongsong sebuah kemenangan komunisme, menurut Mao ini sangat pantas dilakukan. Inilah pernyataan yang disampaikan secara terbuka oleh Mao, di sebuah forum terbuka. Sedangkan Xi Jinping (dibaca: si cin bing) sendiri sebenarnya adalah seorang pewaris tulen dari kecerdasan emosional (EQ, Emotional Quotient) ala Mao semacam ini. Inilah titik fokus yang fundamental bagi kita dalam hal menilai Xi Jinping, bagaimana ia akan memimpin tirani PKT, apa langkah politik selanjutnya, mengapa disebut titik fokus yang fundamental? Karena kehendak (Bahasa Inggris: willpower) adalah sumber sejarah, dan willpower seorang diktator akan menentukan arah nasib rezim diktator itu di masa mendatang.

Keluarga Diganyang dan Ditekan, Sosok Berbeda Xi Jinping Setelah Minum Arak

Yuan Hongbing: Penampilan Xi Jinping sehari-hari dengan penampilannya setelah minum arak, bisa dikatakan seakan dua sosok yang sangat berbeda. Saat berinteraksi dengan orang lain, biasanya ia terlihat sangat minder, sangat pendiam dan tidak banyak omongan, bahkan terkesan seperti orang yang jujur dan polos, bahkan terkadang akan memberikan kesan bagi orang lain dirinya tampak bodoh. Misalnya, ia membual dirinya memanggul karung seberat 100 kg berjalan kaki sepuluh kilometer tanpa berganti pundak, ia tidak hanya sekali membual soal ini, waktu itu saat kami minum bersama, selain saya dan Xi masih ada seorang teman lainnya bernama Li Shulei, saat kami bertiga minum, ia mulai membual lagi. Ia berkata saya memanggul karung 100 kg berjalan sejauh sepuluh kilometer tanpa harus berganti pundak, ia memamerkan betapa dirinya sangat kuat saat bergabung dalam Barisan Pemuda Intelek, waktu itu saya berkomentar, kau bodoh sekali, mengapa tidak berganti pundak saat memanggul 100 kg? Bukankah lebih baik bila kau berganti pundak? Dia sangat marah, dan merasa saya ini orang aneh. Begitulah dia biasanya, begitu minum arak, langsung berubah menjadi sosok yang berbeda, ia bisa sangat subjektif, manifestasi kehendaknya sangat agresif.

Mengapa bisa terjadi keadaan semacam ini? Kemudian saya juga memikirkannya, mungkin ada kaitannya dengan nasib yang dialaminya. Pada 1959 dia telah terseret akibat kasus hubungan ayahnya dengan Peng Dehuai (seorang pemimpin militer Komunis Tiongkok berpengaruh, dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan Tiongkok dari 1954 sampai 1959. Red.), seluruh keluarganya mengalami dampak yang cukup parah, kemungkinan inilah yang membuatnya agak minder serta pendiam bila tidak minum arak, dan menyembunyikan dalam-dalam pemikirannya yang sesungguhnya. Mengapa bisa berubah sedemikian rupa setelah minum arak? Setelah minum arak, arak yang panas membakar rasionalitas seseorang, maka yang bersangkutan tidak akan menyembunyikan lagi perasaan yang sesungguhnya di bawah penampilan luar akal sehatnya yang palsu itu, ia akan memperlihatkan perasaannya yang sesungguhnya. Jadi saya berpikir pelampiasan Xi Jinping setelah minum arak seperti ini adalah Xi Jinping yang sesungguhnya.

Penilaian Xi Jinping terhadap Kebijakan Deng Xiaoping, Campuran Pujian dan Hinaan

Yuan Hongbing: Xi Jinping pernah dua kali menyinggung soal Deng Xiaoping (seorang pemimpin revolusi dalam PKT yang menjadi pemimpin tertinggi RRT sejak kurun dasawarsa 1970-an sampai dengan awal dasawarsa 1990-an. Ia adalah pemimpin generasi kedua setelah Mao Zedong. Red.), pertama kali setelah minum arak ia menyangkal sepenuhnya. Kedua kalinya ia sebaliknya memuji Deng Xiaoping. Yang pertama menyangkal, ia merasa reformasi keterbukaan sekarang (oleh Deng) bertentangan dengan jalan Mao Zedong, merupakan semacam arus balik revisionisme, ia menilai saat ini termasuk pejabat mencari keuntungan, dan perkembangan perusahaan swasta, termasuk dihapuskannya Komune Rakyat, semua ini adalah akibat dari jalan revisionisme, ini adalah pemikiran dari dirinya.

Pemikirannya yang lain tidak bisa kami ketahui apakah itu benar atau palsu. Hal yang hendak dilakukannya setibanya di Beijing adalah ia berharap saya membawanya untuk menemui Deng Pufang (putra sulung Deng Xiaoping, red.), karena Deng Xiaoping adalah pendukung utama dalam menatar Hu Yaobang. Diserangnya ayah Xi Jinping juga berkaitan langsung dengan sikap Deng Xiaoping. Sementara Xi Jinping sendiri mengaku dirinya juga mengenal Deng Pufang, hanya saja usia keduanya cukup berbeda. Hubungan saya sendiri dengan Deng Pufang waktu itu adalah karena saya menerbitkan sebuah buku filosofi yang berjudul “Rayuan yang Abadi”, itu adalah sebuah buku yang diterbitkan oleh teman akrab Deng Pufang yang saat itu menjabat sebagai pemimpin redaksi, penerbit tersebut bernama “Huaxia Publishing House”, merupakan sebuah penerbit yang didirikan oleh Federasi Difabel Tiongkok. Karena menerbitkan buku ini, pemimpin redaksi beberapa kali mengajak saya untuk bertemu dengan Deng Pufang, terutama membahas penerbitan buku ini, begitulah kami menjalin hubungan, dan saya juga meminta pemimpin redaksi mengenalkan Xi Jinping kepada Deng Pufang. Apa yang mereka bahas dalam pertemuan itu, tidak saya ketahui. Usai pembicaraan, Xi Jinping keluar dan berkata pada saya, apa pun itu, pemikiran Deng Xiaoping dari sisi kebijakan memang ada gunanya, sepertinya bisa membuat pertumbuhan ekonomi kita melejit pesat. Namun waktu itu ia juga berkata, jalur revisionisme semacam ini, pertumbuhan ekonomi ini mungkin akan menimbulkan dua dampak bagi Tiongkok, yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi, dan yang kedua adalah politik terjerumus ke dalam krisis, ia menjelaskan teorinya, tentu saja perkataan yang dipakai sangat umum dan biasa, saya hanya menyimpulkan perkataannya saja.

Perkembangan Pemikiran Xi Jinping yang Tidak Normal, Perang Selat Taiwan Tak Terhindarkan

Yuan Hongbing: Buku keluaran terbaru saya yakni “Duel Maut Selat Taiwan 2025”, menggunakan metode narasi untuk menjelaskan bagaimana perang Selat Taiwan akan terjadi, dan bagaimana perang tersebut akan berakhir. Walaupun buku “Duel Maut Selat Taiwan 2025” adalah sebuah karya sastra dan membawa unsur prediksi, tetapi setiap orang yang tertulis di dalamnya adalah orang yang nyata eksis, deskripsi terhadap orang-orang ini adalah hasil komprehensif informasi yang kami peroleh dari berbagai jalur yang berbeda, oleh sebab itu buku ini bukan semacam imajinasi, tapi dalam taraf tertentu merupakan semacam penilaian terhadap informasi nyata.

Bagi PKT, dengan situasi internasional yang parah seperti ini, apakah Xi Jinping akan mengobarkan pe-rang di Selat Taiwan? Banyak orang, komentator, bahkan sejumlah pakar militer, seperti Jenderal Mark Milley dari AS juga telah membuat banyak penilaian, misalnya RRT baru akan memiliki kemampuan menyerang Taiwan pada 2027, dan lain-lain. Lalu semua penilaian ini, di mata saya ada suatu kesalahan yang sama, yakni pada saat membuat penilaian semacam ini, mereka tidak menganalisa dan meneliti dari sudut pandang psikologis si diktator bersangkutan, mereka pada umumnya menilai masalah dari logika pemikiran orang normal, orang yang biasa. Jadi berbagai kesimpulan yang mereka peroleh, padahal kesimpulan itu sangat jauh berbeda dengan psikologis sang diktator.

Dalam psikologi seorang diktator ada dua keunikan, yang pertama adalah subjektivitas yang absolut. Ini bukan analisa yang objektif dan rasional, melainkan semacam pelampiasan kecerdasan emosional (EQ) yang subjektif, ini adalah salah satu keistimewaan/keunikan yang penting. Keunikan yang kedua adalah saat melakukan keputusan strategis, acapkali adalah tidak rasional, kadang kala bahkan cenderung merupakan semacam ketidakrasionalan yang gila. Contoh seperti ini sudah sangat banyak, seperti Hitler, dan Mao Zedong kala itu juga demikian.

Pada PD-II, banyak pakar militer dan ahli politik internasional menilai bahwa bagi Hitler melakukan perang dua front adalah suatu kebodohan, tapi faktanya Hitler telah mengobarkan perang dua front, yakni invasi terhadap Uni Soviet, dan pada akhirnya menyebabkan kegagalannya. Seperti juga Mao Zedong pada Perang Korea, seorang jenderal AS yang sangat terkenal pada masa PD-II sekaligus seorang ahli strategi, Jenderal MacArthur, ia menilai PKT tidak mungkin mengirim pasukan ke Korea, alasannya adalah RRT tidak memiliki AU dan juga AL yang modern, bahkan AD-nya RRT merupakan pasukan yang sangat ketinggalan dari segi perlengkapan, oleh sebab itu sama sekali tidak mampu melakukan duel perang modern melawan AS. Jadi ia menilai Mao Zedong tidak akan masuk ke Korea. Namun faktanya, Mao Zedong tidak hanya mengirim pasukan ke Korea Utara, bahkan dikirimnya jutaan pasukan masuk ke Korea Utara untuk berperang.

Kedua contoh ini sebenarnya dengan sangat nyata menjelaskan, di saat seorang diktator membuat keputusan strategis, ia sangat tidak rasional, ia melampaui akal sehat manusia biasa. Lalu bicara soal Xi Jinping, jika diungkapkan dengan perkataan saya, dia adalah seorang Mao Zedong versi kecil, terbukti dari penampilannya sejak ia mulai memegang kekuasaan tertinggi negara. Mao Zedong versi kecil ini, diungkapkan dengan perkataan saya, perkembangan emosionalnya yang tidak normal, membuat akal sehatnya yang normal menjadi cenderung negatif, hal ini sebenarnya telah sangat dipahami semua orang. Selama masa pemerintahan belasan tahun ini, hampir pada setiap orientasi pemerintahannya, Xi selalu melakukan keputusan yang sifatnya bunuh diri, dari lockdown tiga tahun Zero-COVID sampai totalitas kebijakan memajukan negara dengan memiskinkan rakyat dan lain sebagainya, dalam setiap orientasi pemerintahannya, ia selalu membuat pilihan yang paling bodoh, jadi akal sehatnya yang normal adalah cenderung negatif.

Namun di sisi lain, pikirannya adalah pertumbuhan yang abnormal, yaitu dengan dalih yang mengatasnamakan kebangkitan kebudayaan Tiongkok, yang sejatinya adalah demi membangkitkan komunisme. Selain itu cara-caranya membangkitkan gerakan komunisme, adalah mendorong paham totalitarian komunis untuk menyebarkannya ke seluruh dunia, dan Taiwan tepat berada pada jalur berbahaya ekspansi global totalitarian komunisme Xi Jinping ini, oleh sebab itu, tidak dapat dihindari Xi akan mengobarkan perang Selat Taiwan.

Pikiran Xi Jinping semacam ini, sebenarnya merupakan pemimpin dominan dalam willpower bernegara PKT, kita ketahui willpower adalah sumber sejarah umat manusia, jadi dengan Xi Jinping di bawah kecerdasan emosional (EQ) seperti yang diuraikan di atas, maka tidak terelakkan Beijing akan mengobarkan perang Selat Taiwan. Mark Milley sebagai Ketua Badan Staf Gabungan AS bahkan menilai RRT baru memiliki kemampuan menyerang Taiwan pada 2027. Penilaiannya tak lain adalah melihat dari berapa banyak armada laut yang dimiliki, berapa banyak rudal, berapa banyak perlengkapan pendaratan, dan lain sebagainya, dia memikirkannya dari sudut pandang mekanisme militer, ia tidak memahami psikologi kediktatoran Partai Komunis Tiongkok semacam ini, jadi dia tidak mungkin bisa membuat penilaian yang tepat. (ET/sud/sun)

TAMAT


0 comments