Varian Baru Omicron BQ.1 Kasusnya Telah Bermunculan di 9 Provinsi Tiongkok
Gambar ilustrasi varian baru Omicron. (Shutterstock) |
Baru-baru ini, strain mutan baru dari virus Wuhan alias COVID-19 yakni Omicron BQ.1 telah muncul dan menyebar di 9 provinsi Tiongkok.
Stasiun resmi Tiongkok CCTV pada 14 Desember menyebutkan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menyatakan bahwa BQ.1 adalah sub-cabang generasi keenam dari strain mutan baru dari COVID-19 Omicron BA.5 yang dihasilkan melalui mutasi virus selama penyebaran populasi. BQ.1.1 adalah sub-cabang generasi pertama dari BQ.1.
Patogenisitas sub-cabang evolusioner ini melemah secara signifikan, sehingga proporsi penyakit parah dan kematian menjadi jauh lebih rendah daripada virus mutan terdahulu.
Menurut laporan, sudah ada 49 kasus BQ.1 yang telah terdeteksi menyebar di 9 provinsi Tiongkok. Strain yang menyebar di Tiongkok saat ini masih merupakan strain mutan Omicron BA.5.2 dan BF.7.
Jaringan Internet di daratan Tiongkok menamai strain mutan BQ.1 ini “Kerberos”. Lin Xiaoxu, ahli virologi Amerika Serikat dan mantan direktur Departemen Virologi di Institut Riset Angkatan Darat AS mengatakan kepada The Epoch Times pada 14 Desember, bahwa dirinya tidak tahu siapa yang memberikan nama sensasional “Kerberos”. Namun, baik Eropa maupun AS belum menemukan tanda-tanda tentang peningkatan patogenisitas dan penularan BQ.1. Jadi klaim ini mungkin hanya rumor di Internet, atau seseorang dengan tujuan untuk menyebarkan pernyataan sensasional.
Setelah pelonggaran pembatasan baru-baru ini, situasi epidemi di Tiongkok semakin memburuk. Lin Xiaoxu mengatakan bahwa banyak warga sipil di Tiongkok mengalami gejala seperti demam dan batuk, selain karena terinfeksi virus varian Omicron, mungkin ada faktor lain seperti influenza. Jadi diperlukan angka yang transparansi mengenai berapa orang yang sekarang menderita penyakit pernapasan parah, berapa yang butuh perawatan rumah sakit, berapa yang penyakitnya menjadi kritis dan kematian. Angka-angka ini yang tidak diberikan oleh pihak berwenang Tiongkok selama 3 tahun terakhir epidemi.
Berita terbaru adalah bahwa Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menyatakan pada 14 Desember bahwa banyak infeksi tanpa gejala tidak lagi berpartisipasi dalam pengujian asam nukleat (PCR), karena itu tidak diketahui secara akurat berapa sebenarnya jumlah infeksi tanpa gejala. Mulai 14 Desember, jumlah infeksi tanpa gejala ini tidak akan diumumkan lagi oleh pihak berwenang.
Situasi Epidemi di Beijing Terus Memburuk
Jumlah pasien positif COVID-19 di Beijing meningkat tajam, dan pernah dilaporkan di Internet bahwa kasus positif COVID-19 di Beijing lebih serius daripada di Guangzhou.
Media resmi PKT “Renmin Rebao” mengutip hasil wawancara dengan pakar virologi Tiongkok pada 12 Desember melaporkan bahwa BA.5.2 yang menyebar di Guangzhou memiliki proporsi pasien tanpa gejala yang tinggi, tetapi kondisi klinisnya lebih ringan daripada BF.7 di Beijing.
Gejala setelah orang terinfeksi strain varian BF.7 terutama adalah demam tinggi, batuk terus-menerus, nyeri tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan, perubahan indra penciuman, dan kehilangan nafsu makan.
Seorang wanita warga Beijing bermarga Zhang kepada reporter Epoch Times mengatakan pada 14 Desember bahwa sewa ambulans sulit didapat karena memang banyak orang yang sakit. Dia mengatakan bahwa dirinya mendengar berita ada siswa di sekolah kedokteran yang sudah 3 hari mengalami demam, tetapi ditolak untuk menemui dokter, akibatnya ia meninggal dunia. Ia juga mendengar bahwa ada dosen perguruan tinggi yang meninggal secara tiba-tiba.
“Tidak ada lagi orang yang mau peduli dengan Anda. Jika Anda (karena positif terinfeksi) tidak masuk kerja, atau tidak masuk kerja tanpa alasan selama 3 hari berturut-turut, maka Anda akan dipecat”. “Sekarang tes harus bayar sendiri, tidak ada lagi yang peduli”, kata Mrs. Zhang.
Dia mengatakan bahwa untuk mengeluarkan surat cuti / absen kerja pun ada aturannya, karyawan yang terinfeksi lalu perlu cuti kerja harus demamnya mencapai 38 derajat atau lebih. Di bawah itu tidak diberikan izin.
Selain itu, Mrs. Zhang juga menyinggung soal kurir paket kiriman di Beijing. Ia mengatakan: “(Paket) sudah menumpuk tinggal, dan kurir tidak ada yang mau melakukannya padahal dibayar RMB. 400,-.” (ET/sin/sun)
0 comments