Tiongkok Selatan Alami Cuaca Panas yang Parah, Suhu Tinggi Terus Berlanjut, Air Sungai Kering

Sebuah rantai yang menahan dermaga perahu terbentang di dasar sungai kering dari sungai Jialing, anak sungai Yangtze, yang mendekati level air terendah di Chongqing, Tiongkok, pada 18 Agustus 2022. (Thomas Peter/ Reuters)

LUO YA

Sejak Juli tahun ini, gelombang panas terus melanda wilayah selatan Tiongkok. Pusat Observatorium Meteorologi Tiongkok sampai berulang kali mengeluarkan peringatan cuaca panas berwarna merah. Wilayah sekitar aliran Sungai Yangtze adalah yang paling parah menghadapi serangan suhu udara panas sehingga tanaman mengalami kerusakan yang serius. Pusat Observatorium Meteorologi memperkirakan bahwa serangan gelombang panas belum berakhir dan intensitasnya masih dapat meningkat.

Wilayah selatan Tiongkok sekarang sedang menghadapi suhu tertinggi sejak tahun 1961. Gelombang panas telah membuat Kota Chongqing dan Provinsi Sichuan seperti di atas panggangan sate.

Menurut perkiraan Biro Meteorologi Kota Chongqing bahwa pada 17, 18 dan 19 Agustus, suhu tertinggi di Chongqing dapat mencapai 44°C. Karena udara panas tinggi, permukaan air Sungai Yangtze telah turun tajam membuat patung-patung batu di tebing sungai yang sudah tergenang hampir 600 tahun muncul kembali dari air. Dan, Sungai Jialing di Chongqing airnya telah mengering.

Mr. Mo, seorang penduduk Kota Chongqing mengatakan: “Sangat panas, suhu udara sudah di atas 40°C, panas selama lebih dari sebulan. Permukaan air sungai turun tajam meskipun aliran airnya belum sepenuhnya terputus. Beberapa cabang sungai yang kecil dan waduk kecil sudah mengering, kecuali yang besar, tetapi ketinggian airnya telah turun tajam.”

Warga Chongqing memposting di Weibo yang berisi permintaan bantuan. Bunyinya: Chongqing telah 8 hari berturut-turut mengalami suhu udara di atas 40°C, dan sudah beberapa hari terakhir ini juga demikian. Kekeringan parah terjadi di daerah aliran Sungai Yangtze, 51 sungai di Chongqing berhenti mengalir, dan 24 waduk mengering. Stasiun meteorologi segera mengeluarkan peringatan suhu panas berwarna merah yang meliputi seluruh kota di Provinsi Sichuan.

Mr. Mo mengatakan: “Udara panas di atas 40°C sudah melanda provinsi sejak pertengahan bulan lalu. Hampir tidak terlihat ada orang berjalan di luar rumah karena terlalu panas. Daun pohon pun sudah menguning. Yang ia ingat, kira-kira 20 tahun yang lalu kalau tidak salah, Sichuan juga mengalami serangan suhu panas ekstrem, menyebabkan semua dahan pohon dan daun menguning.”

Pusat Meteorologi dan Geofisika Tiongkok menyatakan bahwa insiden gelombang panas ekstrem yang melanda beberapa daerah sejak 13 Juni tahun ini, telah mencapai tingkat terkuat sejak catatan pengamatan meteorologi lengkap dimulai pada tahun 1961. Diperkirakan durasi gelombang panas suhu tinggi regional ini masih akan terus berlanjut, bahkan dapat meningkat.

“Walau sekarang aliran air di sungai belum sampai terputus, tapi sulit untuk memperkirakan situasinya di waktu mendatang. Itu tergantung pada berapa lama suhu tinggi akan bertahan. Bisakah bertahan selama 2 minggu lagi?” Kata Mr. Mo.

Pencarian panas di Internet Tiongkok untuk topik “40℃” sudah tidak dapat diakses. Sekarang bahkan provinsi dan kota dengan suhu di bawah 43℃ tidak masuk dalam sepuluh besar peringkat suhu tinggi.

Mr. Liu, penduduk Yichang, Provinsi Hubei mengatakan: “Ada pekerja di proyek konstruksi kami yang meninggal karena udara panas. Karena bekerja di lapangan terbuka, dan ia adalah pengawas proyek, sekarang lokasi konstruksi mengharuskan pekerja di lapangan terbuka mulai bekerja pukul 16:00. Dan setelah pukul 10 pagi hari pekerjaan di lapangan terbuka harus dihentikan untuk menghindari pekerja meninggal karena serangan heat stroke.”

Menurut data resmi Pusat Meteorologi dan Geofisika Tiongkok, tercatat hingga 15 Agustus, terdapat 1.680 stasiun pemantau yang suhu panasnya berada di atas 35°C, dan 1.426 stasiun berada di atas 37°C, tetapi area cakupan stasiun yang suhu panasnya di atas 40°C adalah yang terluas sejak tahun 1961. Bahkan 262 stasiun yang mencakup luas wilayah sebesar 1,07 juta km persegi menghadapi suhu panas ekstrem tinggi.

Pusat Meteorologi dan Geofisika Tiongkok menyatakan bahwa dengan intensifikasi suhu udara panas di hari-hari mendatang, suhu tinggi yang ekstrem dan peristiwa curah hujan yang tinggi akan muncul berlipat ganda, manusia akan menghadapi risiko dan dampak yang lebih besar dari perubahan iklim.

Mr. Liu mengatakan: “Sekarang banyak orang pergi bekerja dari sore sampai malam hari, seperti mulai bekerja pada pukul 17:00 sampai pukul 22:00. Banyak warga Tiongkok masih beranggapan bahwa semua ini adalah bencana alam. Mereka belum sadar kalau itu jelas bencana buatan manusia, bencana akibat perbuatan yang salah dari manusia yang dampaknya lebih besar daripada bencana alam ini secara keseluruhan dilimpahkan ke alam sebagai bencana alam.”

Sejak Juli lalu, udara panas yang terus menerus dan sedikit hujan telah terjadi di sebagian besar Wilayah Sungai Yangtze, mengakibatkan berbagai tingkat kekeringan di beberapa wilayah provinsi yang dialiri Sungai Yangtze.

Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok dalam sebuah pemberitahuan pada 17 Agustus menyebutkan bahwa, kekeringan di Sungai Yangtze telah secara serius mempengaruhi keamanan air minum bagi manusia dan hewan di daerah pedesaan, dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman pangan. (ET/sin/sun)

0 comments