Otoritas Tiongkok Merekrut Pemuda untuk Kegiatan Spionase dengan Berkedok Perusahaan Teknologi
ZHANG TING
Peretas yang terkait dengan badan intelijen Tiongkok masih memasang iklan untuk merekrut anggota baru yang akan dipekerjakan dalam kegiatan spionase dunia maya. Setelah terbongkarnya isu perusahaan Hainan Xiandun, perusahaan teknologi Tiongkok lainnya, Hainan Tengyuan, juga telah dikedepankan oleh kelompok peretas dukungan PKT sebagai perusahaan kedok, mereka merekrut karyawan baru yang dipekerjakan dalam kegiatan spionase. Namun kasihan sebenarnya karena karyawan baru ini tidak tahu sifat sebenarnya dari pekerjaan yang ia terima.
Menurut iklan perekrutan karyawan yang dilihat oleh reporter Financial Times, cukup gencar perusahaan teknologi Tiongkok Hainan Tengyuan mencari penterjemah bahasa Inggris pada Maret tahun ini.
Hainan Tengyuan adalah bagian dari jaringan perusahaan lebih luas yang memiliki hubungan, termasuk kontak umum dan karyawan dengan perusahaan teknologi lain, yakni Hainan Xiandun.
Surat dakwaan federal AS tahun 2021 menunjukkan bahwa Hainan Xiandun adalah perusahaan kedok untuk kelompok peretasan PKT yakni APT40. Badan intelijen Barat menuduh APT40 menyusup ke badan pemerintah, perusahaan, dan universitas di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan Timur Tengah atas arahan Kementerian Keamanan Negara Tiongkok.
APT40 menargetkan penelitian penyakit menular yang terkait dengan Ebola, MERS (Middle East Respiratory Syndrome,), HIV/AIDS, Marburg dan tularemia, ia juga melakukan spionase dunia maya terhadap industri maritim dan kontraktor pertahanan angkatan laut Amerika Serikat dan Eropa.
Perekrutan dengan menggunaan perusahaan kedok berdampak pada pribadi
Financial Times melaporkan bahwa adalah hal biasa badan-badan intelijen seperti US Central Intelligence Agency (CIA) atau intelijen Inggris dan badan keamanan nasional lewat Kantor Pusat Komunikasi Pemerintah (GCHQ) untuk secara aktif merekrut calon perwira intelijen melalui iklan pekerjaan terbuka di beberapa universitas. Tetapi, berbeda dengan PKT yang menggunakan perusahaan kedok untuk menutupi pekerjaan yang bakal diterima para pelamar, karena hal ini membuat para pekerja baru ini tanpa sadar harus terlibat dalam kehidupan sebagai agen mata-mata.
Dengan mengutip informasi dari Nicholas Eftimiades, seorang ahli operasi intelijen Tiongkok yang juga mantan agen FBI, Financial Times memberitakan bahwa cara merekrut dengan menggunakan perusahaan kedok telah memberikan lapisan perlindungan ekstra bagi Kementerian Keamanan Negara Tiongkok, selain itu juga menyediakan aliran tenaga kerja murah yang stabil, tidak butuh pemeriksaan keamanan berlebihan.
Investigasi yang dilakukan oleh Financial Times minggu ini mengungkapkan bahwa perusahaan Hainan Xiandun mencoba untuk merekrut mahasiswa bahasa asing dari universitas negeri di seluruh Tiongkok untuk membantu mengidentifikasi target intelijen dan melakukan penterjemahan artikel yang sensitif.
Banyak mahasiswa bahasa asing lulusan dari berbagai universitas di Hainan yang sedang mencari pekerjaan mengatakan bahwa perusahaan Hainan Xiandun sedang merekrut pekerja murah dengan prioritas kemampuan dalam berbahasa asing. tetapi iklannya tidak mengungkapkan sifat pekerjaan juga hubungannya dengan Kementerian Keamanan Negara Tiongkok. Tulis laporan tersebut.
Sebaliknya, iklan yang dipasang perusahaan Hainan Tengyuan melalui halaman situs lowongan kerja Indeed pada bulan Maret tahun ini adalah mencari pekerja yang lebih berpengalaman, Karena syarat yang diminta adalah pelamar setidaknya sudah memiliki pengalaman di bidang alih bahasa selama 5 tahun dengan gaji bulanan yang ditawarkan sekitar USD. 2.000,-. Besarnya gaji yang ditawarkan ini merupakan dua kali lipat dari yang ditawarkan perusahaan Hainan Xiandun kepada pelamar lulusan baru. Hanya keterlibatannya dalam kegiatan peretasan juga tidak disebutkan secara eksplisit.
Financial Times mengutip ucapan seorang pejabat keamanan di wilayah itu melaporkan bahwa ada banyak kelompok peretas Tiongkok merekrut pekerja lulusan baru dari universitas, tidak hanya mahasiswa bahasa asing tetapi juga mahasiswa ilmu komputer.
Pejabat keamanan tersebut mengatakan, kelompok peretas ini menggunakan perusahaan kedok untuk memasang iklan di universitas lokal dan mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi dalam intrusi ofensif yang dikenal sebagai hackathon. Pejabat itu menambahkan bahwa sifat berkelanjutan dari rekrutmen demikian ini akan berdampak pada pribadi siswa bersangkutan.
Financial Times mengatakan bahwa mahasiswa yang terlibat tanpa disadari dapat menghadapi konsekuensi yang mengancam dirinya seumur hidup, karena individu yang diidentifikasi bekerja dengan Kementerian Keamanan Negara Tiongkok dengan bekerja di perusahaan Hainan Xiandun mungkin akan menghadapi tidak diizinkan bepergian ke negara-negara Barat untuk tinggal atau bekerja di kemudian hari. Padahal pergi ke luar negeri adalah tujuan utama dari banyak siswa bahasa asing.
AS telah menjatuhkan sanksi kepada peretas yang terkait dengan perusahaan Hainan Xiandun
Pada Juli 2021, Kementerian Kehakiman AS menuduh pemerintah Tiongkok mendirikan perusahaan seperti “Hainan Xiandun” sebagai perusahaan kedok untuk melakukan kegiatan spionase terhadap Barat. Kementerian Kehakiman kemudian mendakwa 4 orang warga negara Tiongkok pelaku peretasan yang menargetkan kekayaan intelektual dan rahasia dagang dari lusinan perusahaan, universitas dan lembaga pemerintah AS dan negara lain untuk kepentingan PKT dan perusahaan Tiongkok antara 2011 hingga 2018.
Ketiga terdakwa adalah karyawan Kementerian Keamanan Negara Provinsi Hainan (HSSD), kata dakwaan tersebut.
Kementerian Kehakiman AS mencatat bahwa para terdakwa dan rekan konspirator Badan Keamanan Nasional Hainan berusaha untuk mengaburkan peran pemerintah Tiongkok dalam pencurian semacam itu dengan mendirikan perusahaan kedok seperti Hainan Xiandun Technology Development Co., Ltd. Sedangkan 3 orang anggota Kementerian Keamanan Negara Hainan itu bertanggung jawab untuk mengoordinasikan, memajukan, dan mengelola peretas komputer dan ahli bahasa dari Hainan Xiandun dan perusahaan kedok lainnya yang dimiliki oleh Kementerian Keamanan Negara untuk melakukan serangan peretasan yang menguntungkan Partai Komunis Tiongkok serta institusi yang dimiliki serta didukung oleh pemerintah.
Terdakwa keempat yang disebutkan dalam dakwaan diyakini sebagai peretas yang bertindak sebagai pengawas terhadap karyawan Hainan Xiandun.
Para terdakwa masing-masing didakwa dengan satu tuduhan konspirasi untuk melakukan penipuan lewat jaringan komputer, yang membawa hukuman maksimum lima tahun penjara, dan satu tuduhan konspirasi untuk melakukan spionase ekonomi, yang membawa hukuman maksimum 15 tahun penjara. Kementerian Kehakiman mengatakan hukuman maksimum yang mungkin dalam kasus ini ditetapkan oleh Kongres dan bahwa hukumannya hanya bersifat referensi, karena hukuman terhadap terdakwa akan ditentukan oleh hakim yang ditunjuk.
Kementerian Keamanan Negara Tiongkok tidak menanggapi permintaan Financial Times untuk memberikan komentar, dan media tersebut juga gagal untuk menghubungi telepon perusahaan Hainan Tengyuan untuk mendapatkan tanggapannya. (ET/sin/sun)
0 comments