Warga Beijing Berusaha Menimbun Makanan, Pejabat Sibuk Menyangkal Rencana Lockdown

Seorang petugas kesehatan mengambil sampel swab dari seorang wanita untuk diuji virus corona COVID-19 di tempat pengujian darurat di Beijing pada 27 April 2022. (Jade Gao/AFP via Getty Images)


Pada 12 Mei, berita tentang rencana penutupan kota Beijing tersebar luas di kalangan masyarakat Beijing. Pihak berwenang segera membantah rumor tersebut, tetapi masyarakat justru meningkatkan persediaan makanan dan sayuran.


QIAO An

Pada 12 Mei, banyak komunitas di Beijing mengeluarkan pemberitahuan yang meminta warga untuk berdiam diri dalam rumah selama 3 hari. Sejumlah netizen yang telah memperoleh informasi tidak resmi langsung memberitakan bahwa otoritas Beijing telah memutuskan untuk menerapkan “pembatasan pergerakan” di Kota Beijing selama 3 hingga 7 hari.

Setelah itu, warga Beijing berbondong-bondong mendatangi supermarket untuk membeli makanan dan sayuran, antrian masuk yang panjang sampai di luar bangunan supermarket, dan banyak rak yang kosong.

Yang lebih aneh lagi, setelah warga mengambil barang dari rak, mereka tidak terburu-buru pergi ke kasir untuk membayar, malahan mengeluarkan ponsel dan mendengarkan pengumuman resmi. Tetapi begitu mendengar pihak berwenang membantah rumor itu, mereka justru langsung membayarnya. Mengapa begitu? Karena rumor di Tiongkok itu biasanya menjadi kenyataan, jadi semakin pemerintah berusaha menyangkal berarti rumor itu adalah ramalan yang bakal terjadi.

Beberapa netizen malahan bergegas pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan pangan dan sayuran, setelah menerima pesan teks ponsel dari otoritas yang menyebutkan bahwa persediaan pangan di Kota Beijing dalam kondisi aman, warga masyarakat tidak perlu khawatir.

Benar saja, sejak sore pada hari yang sama, media corong partai dan situs portal PKT semua mempublikasikan bantahan rumor yang isinya nyaris seragam, yakni Beijing akan melakukan penutupan kota, menerapkan “pembatasan pergerakan” adalah rumor yang tidak berdasar, warga dihimbau untuk tidak melakukan pembelian makanan dan sayuran secara panik dari supermarket.

Namun, postingan netizen di Weibo tidak memberi muka kepada pemerintah, tulisan mereka antara lain menyebutkan: “Himbauan kepada warga agar tidak memborong makanan itu juga didengungkan di sejumlah kota, tapi warga masyarakat di sana tetap saja memilih cari amannya dengan menyediakan makanan”. “Lihat saja Shanghai, awalnya juga mengeluarkan himbauan yang sama, tetapi akhirnya adalah mereka yang tidak memborong makanan tidak bisa makan”….(ET/sin/sun)

0 comments