Sudah 1 Bulan Lebih Nasabah Bank Desa di Henan, Tiongkok, Gagal Menarik Dana Simpanan Mereka

Dari 18 hingga 21 Mei, para deposan bank desa berunjuk rasa di depan gedung pemerintah provinsi dan Biro Regulator Perbankan dan Asuransi Tiongkok di Kota Zhengzhou untuk menuntut perbankan mengembalikan uang simpanan mereka. (disediakan peserta demo)

LI XINFA dan GU XIAOHUA

Sudah lebih dari sebulan 4 perusahaan bank desa di Provinsi Henan gagal membayar secara penuh dana simpanan nasabahnya, tetapi berita dari pihak berwenang setelah para deposan menunggu-nunggu selama lebih dari 1 bulan adalah, bahwa ‘Xincaifu Group’ yang menjadi pemegang saham utama bank diduga melakukan penghimpunan dana masyarakat secara ilegal. Data yang relevan menunjukkan bahwa beberapa bank yang gagal membayar kembali dana simpanan nasabahnya ini, memiliki hampir satu juta orang pemegang rekening dengan dana simpanan yang terkumpul mencapai puluhan miliar renminbi.

Pada 18 April tahun ini, para nasabah yang memiliki simpanan dana di keempat bank desa di Henan itu, tiba-tiba tidak dapat menarik uang simpanan mereka secara normal.

Pada 18 dan 19 April, Yuzhou Xinminsheng Rural Bank dan bank-bank lainnya, mengeluarkan pemberitahuan yang ditempelkan di tempat umum bertuliskan: ‘Bank sedang melakukan peningkatan dan pemeliharaan sistem layanan’.

Tulisan pemberitahuan di bank lain berbunyi: ‘Layanan mobile banking dan Internet banking untuk sementara waktu dihentikan’.

Pada 25 April, situs resmi Pemerintah Kota Xuchang dalam menanggapi kasus tersebut menyebutkan, sistem layanan bank sedang mengalami penyempurnaan dan pemeliharaan demi mencegah upaya penipuan penjahat yang meningkat belakangan ini. Sedangkan bank sentral menanggapi dengan tulisan bahwa pihaknya akan memperhatikan masalah ini, dan departemen terkait telah meluncurkan penyelidikan.
Pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Yuzhou Xinminsheng Rural Bank. (foto Internet)

Para nasabah mengeluh: “Sudah cukup lama mereka melakukan pemeliharaan dan penyempurnaan sistem manajemen keuangan”. “Siapa lagi yang dapat menyelamatkan uang simpanan kita !?? Itu adalah uang hasil jerih payah”. “Bohong kalau digembar-gemborkan bebas penarikan. Modal paling dasar dari perbankan (kepercayaan) itu saja sudah tidak ada lagi, bagaimana masyarakat dapat menaruh kepercayaan terhadap sistem keuangan nasional ?” “Yang diperoleh dari menyimpan dana di bank adalah malapetaka. Dalam 34 hari bank di Henan gagal membayar simpanan nasabah, departemen pemerintah yang layak dihubungi semua sudah kami datangi, tetapi hasilnya adalah mengecewakan….”. “Jarak antara bank lain dengan bank desa ini paling-paling hanya sekitar 100 dan 50 langkah kaki….”

Mr. Cheng, seorang nasabah yang menjadi korban mengatakan kepada wartawan, bahwa dirinya melakukan setoran dana simpanan berjangka ke bank desa melalui prosedur face-sweeping yang mendapatkan bunga sedikit lebih tinggi daripada suku bunga bank-bank besar umumnya, tetapi masih memenuhi persyaratan tingkat bunga nasional.

Menurut laporan, beberapa bank ini telah melakukan publisitas ke seluruh negeri secara online, dan sebaran informasi dari mulut ke mulut di antara teman-teman, sehingga ada banyak nasabah simpanan dari daerah lain. Warga sipil dalam negeri dimana pun berada dapat menyimpan dananya secara online melalui aplikasi keuangan seperti Du Xiaoman dan Wacaibao.

“Sebagai orang awam lokal atau pun dari luar daerah, mungkin mereka tidak merasa takut untuk menyimpan uangnya di bank yang dianggap tidak ada bedanya dengan mempercayai negara. Itulah sikap warga masyarakat. Apa mungkin uang simpanan di bank tidak bisa diambil ? Namun, itu justru yang terjadi sekarang”, kata Mr. Cheng.

“Angka dari bunganya memang terlihat dalam saldo rekening, tetapi nominal dan bunganya yang belum atau tidak bisa diambil secara tunai. Dan mereka terus saja mengulur-ulur pembayarannya”.

Wanita bermarga He yang juga sebagai korban bank desa berkata kepada wartawan bahwa sudah lebih dari 30 hari, banyak nasabah penyimpan uang yang tidak berhasil mengambil uangnya, padahal mereka ada yang mau digunakan untuk berobat, untuk kebutuhan hidup warga pensiunan dan sebagainya. Pihak bank terus memberikan alasan yang plintat-plintut, sebentar bilang ada penipuan, kemudian mengatakan ada kejahatan ekonomi, sekarang entah apa lagi …

Sejak 2 atau 3 tahun lalu, Ms. He ini menyimpan uangnya di bank desa melalui platform online. Selama kurun waktu itu ia tidak bermasalah dalam menarik dananya secara tahunan atau bulanan, tetapi dananya tidak dapat lagi ditarik sejak 18 April tahun ini.

“Masalah manajemen internal bank tetapi melimpahkan kesalahan kepada nasabah. Saya telah berulang kali memposting masalah ini di Weibo tetapi terus diblokir otoritas”, katanya.

“Kami ini adalah nasabah simpanan yang legal. Bank berusaha untuk mengabaikan tanggung jawabnya dan membiarkan nasabah yang menanggung kerugian mereka”.

Dari dokumen penjelasan ‘Binhai Finance’ yang diberikan kepada Ms. He, tentang kesulitan menarik uang tunai dari lima bank, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut adalah salah satu platform pihak ketiga yang bekerja sama dengan bank desa, menyediakan pintu masuk bagi nasabah untuk menggunakan layanan perbankan. Nasabah membuka rekening bank dan ingin menyimpan dana semua terjadi langsung di platform bank. “Saya dapat menunjukkan slip penyimpanan dana saya yang dicetak di loket bank sebagai pembuktian”.

Pada tahun 2021, kebijakan pengawasan keuangan disosialisasikan. Kebijakan itu melarang bank mengumpulkan dana simpanan di tempat lain melalui Internet. Karena itu, bank-bank mulai menggunakan aplikasi bank yang mereka operasikan sendiri untuk melayani nasabahnya.

Nasabah penyimpan dari luar daerah tidak diizinkan menarik dana

Perusahaan ‘Junzheng Zhida Technology Co., Ltd.,’ yang menyediakan teknis operasi dan pemeliharaan untuk keempat bank desa bermasalah itu menyatakan dalam surat yang ditujukan kepada atasannya, menyebutkan bahwa keempat bank desa tersebut telah menutup paksa layanan pembayaran online. Sejak itu muncul keluhan dari sejumlah besar nasabah baik secara online dan offline. Menurut laporan, keempat bank desa bermasalah itu diduga telah memiliki nasabah berjumlah total hampir satu juta orang dengan dana yang berhasil mereka kumpulkan mencapai puluhan miliar renminbi.


Channel keuangan dan ekonomi China Central TV Tiongkok mengutip informasi dari pejabat regulator perbankan dan asuransi pada 18 Mei memberitakan, bahwa kasus tersebut bermula dari ‘Xincaifu Group’ Henan yang menyerap dana masyarakat secara ilegal dengan memanfaatkan platform pihak ketiga. Saat ini, pihak berwenang sedang melakukan pengusutan terhadap yang bersangkutan, dan keempat bank desa tersebut masih beroperasi secara normal.

Kepada wartawan Ms. He mengatakan bahwa apa yang disebut bank operasi secara normal hanyalah demi menutupi masalah, “Faktanya, warga luar daerah tidak diizinkan untuk menarik dananya, dan mereka tidak mungkin bisa berunjuk rasa karena terhalang oleh epidemi, kecuali warga lokal”.

Menurut kebijakan pencegahan epidemi lokal, warga sipil yang datang dari provinsi lain dapat dibawa paksa oleh petugas untuk menjalani karantina selama 7 hari.

Seorang deposan yang mengutip penjelasan dari petugas layanan pelanggan Yuzhou Xinminsheng Rural Bank lewat sambungan telepon mengatakan bahwa, dana yang setorannya diproses secara offline hanya dapat diurus secara offline, dan jika setoran tidak diproses secara offline, itu tidak dapat diproses di bank.

Faktanya, nasabah yang membuka rekening simpanan secara offline juga tidak beruntung. Ada nasabah jenis ini yang mengatakan kepada reporter media ‘Qilu Evening News’, bahwa sejak 19 Mei, bagian layanan pelanggan keempat bank desa itu hanya menerbitkan 50 nomor untuk nasabah yang hendak berurusan dengan bank.

“Pelanggan luar kota tidak diizinkan menarik dana. Bahkan yang bersangkutan sudah berada di sini selama 3 atau 4 hari, tetap tidak berhasil mengambil sepeser pun. Nasabah lokal yang datang untuk menarik dana dapat mengambil dananya dengan menggunakan nomor antrean layanan pelanggan. Namun begitu ketahuan yang bersangkutan adalah penduduk luar kota, Habislah ! Urusan apapun tidak akan dilayani”.

“Orangnya masih hidup, tetapi dananya sudah lenyap“

Seorang dosen wanita perguruan tinggi melapor kepada polisi Yuzhou, yang intinya meminta untuk melaporkan kepada atasannya bahwa pemegang saham utamalah yang berkolusi di dalam dan di luar bank untuk mentransfer aset bank secara ilegal, tetapi bukan karena bank menerima simpanan masyarakat secara ilegal. Dan, Komisi Regulasi Perbankan Tiongkok akan segera mengurangi pernyataan yang “menyalahkan” para nasabah. Hal ini jelas ada unsur ingin mengalihkan perhatian dari permasalahan utamanya.

Dosen tersebut mengatakan: “Sebagai nasabah, kita berhubungan langsung dengan petugas bank, kita tidak pernah tahu apa lagi berhubungan dengan ‘Xincaifu’ Group. Nasabah yang jumlahnya 2 juta itu, tidak akan menerima jika mereka yang dituduh melakukan kesalahan. Karena para nasabah menabung secara wajar dan legal pada bank yang terdaftar di negara”.

“Jika kami yang dituduh ikut dalam usaha penipuan, bagaimana itu bisa berlangsung sekian tahun lamanya, lalu kalian sebagai regulator dan bank sentral Tiongkok coba memberitahu kita apa yang kalian lakukan selama ini ? Mengapa kalian membiarkan bank semacam ini menipu kami selama dua atau tiga tahun ? Kalian mewakili kredibilitas negara !”

Ia menunjukkan bahwa negara telah memperkenalkan Undang-Undang Perbankan pada tahun 2015, yang mensyaratkan pemberian kompensasi kepada nasabah yang jumlah simpanannya kurang dari RMB. 500.000,-. “Begitu tuduhan nasabah terlibat dalam kasus ikut menghimpun dana ilegal disahkan, maka dana simpanan nasabah itu akan lenyap. Sama halnya seperti kasus P2P yang tidak ada dana yang bisa ditarik kembali oleh nasabahnya”.

Dia meminta negara untuk mengakui status simpanan para nasabah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan rakyat biasa tidak boleh ditindas seperti ini. Sambil menangis dia berkata: “Orangnya masih hidup, tetapi dananya sudah lenyap, tidak ada artinya untuk terus hidup. “Masyarakat sipil telah menyimpan di bank-bank yang terdaftar di Tiongkok tetapi dituduh sebagai penggalangan dana ilegal. Pengaruh buruk apa yang akan terjadi pada dunia ? Betapa besar guncangannya terhadap kredibilitas perbankan Tiongkok”.

Ms. He juga mengatakan kepada wartawan: “Sekarang mereka berusaha untuk mengulur-ulur waktu dan tidak ingin mempailitkan bank desa itu agar pihak berwenang terhindar dari pembayaran ganti rugi sesuai perundangan, jadi ingin mengalihkan kasus menjadi nasabah sendiri yang ingin investasikan dananya ke bank, tetapi bukan menyimpan dananya di bank. Dan melalui tuduhan nasabah ikut melakukan kejahatan dengan menghimpun dana ilegal, maka mereka bebas memberikan ganti rugi”.

Nasabah yang membela haknya ditangkap, dan disemprot air cabai

Selama 4 hari berturut-turut dari 18 hingga 21 Mei, para nasabah pergi ke pemerintah provinsi Zhengzhou dan Biro Regulasi Perbankan dan Asuransi Tiongkok untuk berunjuk rasa demi mempertahankan hak mereka. Mereka menuntut bank desa Henan mengembalikan dana simpanan, dan memastikan adanya jaminan keamanan simpanan. Namun para nasabah tersebut diusir, dipukuli, disemprot dengan air cabai oleh polisi, dan banyak yang ditangkap.

Ms. He mengatakan bahwa banyak orang yang ikut berunjuk rasa menuntut haknya dengan mengambil risiko terinfeksi COVID-19. Menurut yang ia jelaskan bahwa pada 20 Mei, seorang wanita berusia sekitar 70 tahun dibawa paksa oleh polisi dengan alasan tidak memakai masker saat minum dan makan. Beberapa orang nasabah yang berada di sekitar sana bermaksud untuk meredakan permasalahan agar polisi menghentikan penangkapan. Tetapi satu orang di antaranya telah mendapat serangan kekerasan dari polisi bernomor seragam 080519. Ia juga menggunakan air cabai dan serangan lainnya terhadap warga sipil, dan mengenakan borgol kepada mereka. Beberapa orang nasabah lainnya dijatuhkan ke tanah oleh polisi lalu dibawa paksa.
Beberapa nasabah yang berunjuk rasa di depan gedung pemerintahan provinsi dan regulator perbankan di Zhenzhou pada 19 Mei ditangkap polisi. (foto penyajian peserta unjuk rasa)

“Meskipun para nasabah yang ditangkap itu sudah dibebaskan dan dipulangkan, tetapi unjuk rasa hari ini tetap berlangsung”, kata Mr. Cheng kepada wartawan pada 21 Mei. Mereka di sana meneriakkan slogan: “Bank Henan, kembalikan simpanan kami”. Mereka meminta pemerintah bertindak demi membela hak rakyat, agar citra nasabah bebas kapan saja mengambil uang simpannya bisa tetap langgeng.

“Kami adalah nasabah penabung biasa, sama sekali berbeda dengan investasi, atau ikut fasilitas pengelolaan keuangan lainnya. Bank tidak punya alasan untuk tidak mengizinkan kami menarik dana. Tapi jika kami tidak datang untuk memperjuangkan hak kami, mungkin ceritanya akan berbeda”, kata Mr. Cheng.

Pemegang saham utama bank desa yang bermasalah adalah ‘Xuchang Rural Commercial Bank’

Selama periode itu, situasi yang sama juga menimpa dua bank desa termasuk ‘Xinhuaihe Rural Bank’ di Guzhen, Provinsi Anhui dan ‘Xinhuaihe Rural Bank’ di Yixian County. Informasi dari media ‘Qichacha’ menunjukkan bahwa dalam struktur kepemilikan saham dari keempat bank desa yang bermasalah di Henan dan ‘Xinhuaihe Rural Bank’ di Guzhen, Anhui, tercatat ‘Xuchang Rural Commercial Bank’ adalah pemegang saham utama.

Esensi dari bank desa adalah bank masyarakat pedesaan. Komisi Regulasi Perbankan Tiongkok pada Januari 2007 menetapkan: Pemegang saham terbesar atau satu-satunya dari bank desa haruslah lembaga keuangan perbankan. Langkah-langkah baru pada tahun 2013 menetapkan bahwa pemegang saham inti setidaknya harus ada satu orang yang memiliki lembaga keuangan perbankan.

Reuters melaporkan bahwa bank desa telah menjadi saluran penting bagi modal swasta untuk berinvestasi di industri perbankan, dan pemegang saham bank desa dengan modal swasta secara langsung atau tidak telah mencapai 70%.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemegang saham ‘Xuchang Rural Commercial Bank’ terus menimbulkan masalah, sampai-sampai karyawan mereka bersama-sama mengekspos kejahatan boss mereka bernama Xing Jinjun yang bersekongkong dengan mantan ketua dewan bank Zhang Jinbao, dan Lu Yi ketua dewan ‘Xincaifu’ Group untuk mengalihkan secara ilegal dana sebesar lebih dari RMB. 10 miliar. Sedangkan group tersebut sudah dilikuidasi sejak bulan Februari 2022.

Pada Maret tahun ini, Biro Keamanan Umum Kota Xuchang mengeluarkan pengumuman penawaran hadiah sebasar RMB. 100.000,- bagi siapa saja yang dapat memberikan informasi dan menangkap Sun Zhenfu, mantan Wakil Presiden ‘Xuchang Rural Commercial Bank’ yang terbukti telah melakukan kejahatan ekonomi serius.

Berita terbaru menunjukkan bahwa kepala departemen terkait dari Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi Tiongkok mengatakan dalam sebuah pertemuan pengarahan pada 20 Mei, bahwa langkah selanjutnya adalah mendorong diadakannya reformasi untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh bisnis perbankan berskop menengah dan kecil di daerah pedesaan, dan mendorong bank berkualitas tinggi, perusahaan asuransi dan lembaga lain yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam merger, akuisisi. Termasuk mendesak restrukturisasi bank-bank desa agar mencapai manajemen yang lebih sehat.

Dalam hal ini, Ms. He berpendapat bahwa ini adalah cara departemen terkait melepas tanggung jawab mereka, dengan memberikan janji-janji kosong yang indah, tetapi tidak menyelesaikan masalah, Karena itu kami sangat-sangat kecewa !” (ET/sin/sun)

0 comments