Bagaimana Tiongkok Menggunakan Pagar Penghalang Besi untuk Melawan COVID-19

Seorang pekerja pengiriman mengobrol dengan seorang penjaga keamanan bermasker di pagar barikade kompleks perumahan yang di-lockdown di Beijing pada 29 April 2022. (Andy Wong/AP Photo)

THE ASSOCIATED PRESS

Baru-baru ini sejumlah distrik di Shanghai, Tiongkok memasang pagar penghalang besi sebagai langkah pertempuran melawan wabah COVID-19, sebuah langkah yang memicu protes dan kemarahan warga.

Para pekerja dengan perlengkapan kostum putih pelindung diri dari kepala-sampai-kaki mendirikan pagar kawat dan besi untuk memblokir jalan, komunitas perumahan dan bahkan pintu masuk beberapa gedung apartemen. Mayoritas dari 25 juta penduduk dicegah meninggalkan rumah mereka selama lockdown yang berlangsung sebulan, meskipun beberapa lingkungan telah dibuka.

Penghalang dikerahkan untuk memastikan kontrol atas pergerakan orang-orang dan sering kali hanya meninggalkan pintu masuk kecil dengan mudah dijaga.

Apakah penggunaan pagar atau penghalang adalah hal baru?

Model hambatan baru di Shanghai telah diterapkan selama pandemi di kota-kota lainnya di seluruh daratan Tiongkok. Misalnya, pada awal tahun 2020, beberapa komite lingkungan—tingkat terendah dari otoritas lokal—mendirikan lembaran besi dan pagar di beberapa bagian Beijing untuk mengontrol titik akses ke rumah-rumah. Wuhan, tempat kasus pertama COVID-19 dilaporkan pada Desember 2019, juga mendirikan penghalang besi di seluruh kota.

Bagaimana pagar besi dipasang, kadang-kadang bervariasi. Terkadang pihak berwenang memasang pagar di seluruh blok lingkungan, hanya menyisakan satu atau dua pintu masuk. Dalam kasus lainnya, mereka membangun pagar di depan kompleks perumahan.

Pagar juga telah banyak dipasang di daerah perbatasan, termasuk di Suifenhe, sebuah kota di timur laut yang berbatasan dengan Rusia. Pagar besi di sana menghalangi seluruh jalan.

Mengapa Warga Shanghai Memprotesnya?

Shanghai belum mendirikan penghalang besi dalam skala luas selama dua tahun terakhir pandemi, membanggakan diri terhadap kebijakan yang dinilai lebih bertarget serta tidak bergantung pada lockdown. Hal demikian berubah dalam putaran wabah terbaru, yang didorong oleh varian Omicron BA.2 yang sangat menular. Pihak berwenang pusat memberlakukan lockdown untuk seluruh kota yang mencegah orang-orang bahkan “dengan satu kaki keluar dari pintu,” menurut slogan yang disebarkan secara luas.

Banyak penduduk Shanghai kesal dengan pagar besi yang menghalangi pintu masuk ke gedung apartemen mereka dan beberapa warga yang marah mengedarkan video online yang menunjukkan protes.

Dalam sebuah video yang diverifikasi oleh Associated Press, warga yang meninggalkan sebuah bangunan di Distrik Xuhui Shanghai mendobrak barikade pagar besi di pintu masuk depan dan dengan marah mencari penjaga keamanan yang mereka yakini bertanggung jawab untuk memasangnya.

Shanghai menggunakan sistem berjenjang di mana lingkungan dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan risiko penularan. Warga yang berada di kategori pertama berurusan kontrol COVID-19 paling ketat dan menjadi target utama dari hambatan tersebut.

Namun demikian, beberapa pejabat lingkungan di Shanghai memasang penghalang di area yang bukan bagian dari kategori paling ketat. Seorang warga menelepon polisi untuk memprotes penutupan jalan di dekat gedung apartemennya. Ia mengatakan tempat tinggalnya bukan bagian dari kategori pertama. Dia dan dua warga lainnya di kompleks gedungnya mencoba menghentikan para pekerja dari mendirikan penghalang besi tetapi mereka dihentikan oleh seorang pekerja di komite lingkungan. Petugas polisi mengatakan kepada warga bahwa mereka tidak punya hak untuk meninggalkan apartemen, menurut pria itu, yang dia posting di WeChat.

“Perasaan ketidakberdayaan yang mendalam. Siapa yang bisa memberitahu saya: Apakah ada harapan untuk tempat ini?” dia menulis. Dia menolak disebutkan namanya.

Apakah Pagar Penghalang Akan Disingkirkan?

Dalam beberapa kasus, warga berhasil mewujudkan protes mereka.

Di satu kompleks apartemen di Distrik Putuo Shanghai, warga memprotes dengan keras setelah komite perumahan memasang kunci U di pintu gedung mereka pada 16 April.

“Dilakukan secara mendadak, tanpa pemberitahuan. Bukan hanya gedungnya. Setiap tempat diblokir. Bahkan memblokir jalan keluar apa pun,” kata seorang warga Shanghai yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya, Zhang.

“Jika ada kecelakaan atau kebakaran, semua orang pasti mati,” tambahnya.

Warga di gedung tersebut menelepon polisi dan juga hotline kota. Komite perumahan mengalah dan menempelkan selotip di pintu sebagai gantinya, tetapi memperingatkan penduduk bahwa penghancuran pita tersebut akan mendatangkan konsekuensi hukum, menurut pemberitahuan yang dikirim komite kepada penduduk yang ditunjukkan Zhang kepada Associated Press.

Di Beijing, banyak penghalang disingkirkan setelah kota tersebut tanpa laporan tentang wabah besar apapun selama dua tahun terakhir. Namun demikian, kini kompleks perumahan yang ditemukan dengan kasus positif COVID-19 kembali dibarikade. (ET/asr/sun)

0 comments