Warga Guangzhou Memilih ‘Savety First’ Borong Makanan di Supermarket daripada Menggubris ‘Bantah Isu’-nya Pemerintah
Pekerja dengan alat pelindung mengawasi warga yang antre untuk tes COVID-19 di sebuah blok perumahan di Guangzhou, Tiongkok, pada 11 April 2022. (Chinatopix via AP) |
MENG XINQI, YI RU
- Sebagian besar warga sipil Kota Guangzhou yang sekarang juga sedang menghadapi kenaikan jumlah positif COVID-19 menjadi panik setelah melihat dan mendengar sendiri kegagalan kota terbesar kedua Tiongkok, Shanghai gagal dalam mengendalikan penyebaran virus meskipun sudah menerapkan lockdown ketat sampai warga menghadapi krisis makanan dan minuman. Takut hal serupa terjadi di Guangzhou yang pemerintahnya juga ingin menerapkan uji asam nukleat bagi seluruh warga.
- Warga sipil Guangzhou berbondong-bondong memborong barang-barang kebutuhan tanpa menggubris pernyataan pemerintah yang membantah isu tentang kecukupan persediaan pangan. Hal serupa terjadi juga di Suzhou, kota yang dekat dengan Shanghai.
Menurut laporan dari Komisi Kesehatan Tiongkok, ada 23 kasus yang dikonfirmasi sebagai transmisi lokal terjadi dari 8 hingga 10 April di Guangzhou.
Menurut pengumuman resmi, mulai 11 April, seluruh sekolah dasar dan menengah di Kota Guangzhou diliburkan.
Pemerintah setempat telah menerapkan langkah pencegahan dan pengendalian bertingkat dan berklasifikasi di beberapa wilayah Guangzhou, dan melakukan pengujian asam nukleat untuk semua karyawan di 11 distrik kota.
Seorang warga pria Distrik Baiyun, Guangzhou bermarga Liang mengatakan: “Di sana-sini ditutup lagi. Jalan-jalan diblokir dan mobil tidak bisa lewat. Sekarang muncul lagi barisan orang yang mengantre tes asam nukleat. Walau komunitas dimana kami tinggal belum diblokir, tetapi beberapa komunitas di sekelilingnya sudah tertutup, termasuk jalan-jalannya”.
Saat ini, Distrik Baiyun, Distrik Tianhe, Distrik Yuexiu dan daerah lainnya di Guangzhou telah ditutup, dan beberapa persimpangan Jalan tol menuju Bandara juga telah ditutup.
Seorang pejabat dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Guangzhou mengakui pada konferensi pers pada 9 April, bahwa situasi penularan epidemi di Guangzhou saat ini lebih parah daripada tahun lalu.
Mr. Ma, seorang warga Guangzhou mengatakan: “Pusat konvensi dan pameran di Guangzhou yang sangat besar dan dapat menampung puluhan ribu orang, saat ini telah dijadikan rumah sakit penampungan darurat. Revolusi Kebudayaan telah kembali terjadi di sini sekarang. Jadi saya tidak berani membicarakannya di Internet. Sensor sangat ketat. Begitu Anda memposting fakta yang terjadi, akun Anda pasti diblokir. Akun saya saja sudah banyak yang diblokir”.
Satu malam sebelumnya, meskipun hanya 2 kasus yang dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 di Distrik Baiyun, tetapi pemerintah setempat memaksa semua orang yang tinggal di daerah itu bangun di tengah malam untuk menjalani tes asam nukleat.
Dari video yang diunggah warganet, terlihat antrean yang menunggu tes di tengah malam itu panjangnya sampai beberapa kilometer, dan masyarakat sangat tidak berdaya.
Mr. Liang mengatakan: “Karena tekanannya yang tinggi, (warga) jadi panik, Anda tidak dapat pergi bekerja tanpa tes asam nukleat, bepergian pun tidak diperkenankan. Kode saya di rumah semua berwarna kuning, saya biarkan saja, toh saya tidak berencana pergi ke luar. Saya tidak peduli dengan dia, bagaimanapun, mereka mengandalkan pekerjaan paruh waktu untuk makan, dan para pedagang kaki lima juga perlu keluar untuk menjajakkan dagangannya. Dagangan sangat sepi karena warga takut keluar rumah”.
Warga juga khawatir Kota Guangzhou akan ditutup seperti Shanghai lalu kelaparan terjadi. Meskipun pihak berwenang mengklaim bahwa kebutuhan sehari-hari bagi warga Guangzhou cukup tersedia tanpa perlu khawatir, minta masyarakat agar tidak panik.
Namun, Mr. Liang kepada reporter NTD (New Tang Dynasty) TV mengatakan bahwa warga sipil tidak percaya dengan apa yang dikatakan pemerintah.
“Biarlah mereka berkoar, kita melakukan apa yang perlu kita lakukan, betul bukan ? Itu kan apa yang pemerintah katakan, tetapi kami tidak mengikutinya. Apakah Anda percaya ? Betul bukan ? Itu cara mereka, cara pemerintah, mereka menggunakan slogan-slogan tingkat tinggi yang tampaknya seperti masuk akal, membuat Anda tidak berkutik, dan tidak bisa melawan, tetapi sebenarnya tidak begitu, selain tidak masuk akal juga tidak manusiawi,” kata Mr. Liang.
Dari rekaman video yang diunggah di Internet juga bisa dilihat bahwa warga Guangzhou bergegas ke supermarket dan pasar-pasar tradisional, untuk memborong bahan persediaan terutama makanan, sehingga banyak rak yang terlihat kosong melompong.
Mr. Ma, seorang warga Guangzhou mengatakan: “Masih untung, sekarang Anda bisa membelinya sendiri. Lihat saja, jalan-jalan raya sudah ditutup. Seberapa besar dampaknya terhadap rantai pasokan nasional? Beberapa jenis buah dan sayuran harus diangkut melalui jalan raya bebas hambatan. Habislah sudah begitu jalan diblokir. Sayur mayur dan buah-buahan itu akan membusuk di jalan.”
Seorang wanita warga Guangzhou bermarga Gong, mengungkapkan kepada reporter NTD bahwa pemerintah sepanjang hari terus melakukan propaganda palsu untuk menipu warga pendatang yang tidak memahami keadaan.
“Situasi sudah semakin kacau, tetapi yang digembar-gemborkan di sini adalah para relawan datang ke tempat tinggal warga untuk mengirim barang yang dibutuhkan, sampai diletakkan di depan pintu karena warga tidak mau membuka walau sudah berulang kali diketuk pintunya…. Pokok isinya yang digambarkan adalah para relawan itu datang dengan tujuan untuk memberikan pelayanan, tetapi warga tidak bersedia menyambutnya,” kata Mrs. Gong.
Situasi di Kota Suzhou yang berjarak tidak jauh dari Shanghai juga tidak kondusif. Menurut laporan resmi, ada 14 kasus COVID-19 baru yang dikonfirmasi di Suzhou pada 10 April. Meskipun kota tersebut belum mengumumkan penutupan total, tetapi rekaman video telah memperlihatkan bahwa sejumlah besar militer Tiongkok telah memasuki Kota Suzhou.
Kepanikan di antara warga sipil Suzhou juga semakin parah. Video dan foto yang diunggah online menunjukkan banyak warga yang berbondong-bondong ke supermarket untuk memborong persediaan untuk pangan.
Sejumlah warga menyatakan bahwa apa pun rumor yang disangkal oleh pemerintah selalu menjadi kenyataan. Jika Anda hanya sekali tertipu, mungkin saja Anda mengatakan karena tidak tahu, kedua kalinya mungkin masih kurang paham. Tetapi kebohongan tidak akan melewati ketiga. Rakyat Tiongkok bukan orang-orang bodoh. Pada akhirnya, tidak satu pun rakyat yang mau percaya kepada Partai Komunis Tiongkok (PKT). (ET/sin/et)
0 comments