Rusia Dikeluarkan dari Dewan HAM PBB, Beijing Memilih Menentangnya
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 7 April memutuskan apakah Rusia akan didiskualifikasi sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Hasilnya adalah 93 suara mendukung dan resolusi disahkan. Keanggotaannya resmi ditangguhkan.
“Pemungutan suara adalah sebagai berikut: 93 mendukung; 24 menentang; 58 abstain. Rancangan resolusi A/ES-11/L4 disahkan,” kata Modest Jonathan Mero, Perwakilan Tetap Tanzania untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Di antara mereka, Tiongkok memilih menentangnya, dan negara-negara lain yang menentangnya termasuk Suriah, Iran, Kazakhstan, Kuba, dan negara-negara lain.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan pada Rabu 6 April, bahwa “fase pertama” tentara Rusia, yang telah menderita kerugian besar, akan dipersenjatai kembali untuk mendapatkan sejumlah besar bala bantuan dan persenjataan. Tak lain, untuk mencapai tujuan pengepungan yang sangat terkonsentrasi. Pertempuran berdarah di Wilayah Donbas sudah dekat.
“Ini adalah fase perang kritis,” ujar Stoltenberg.
Wakil perdana menteri Ukraina, Olga Stefanishyna juga menyerukan segera dievakuasi warga Ukraina, jika tidak akan ada “nyawa akan terancam” dalam beberapa hari ke depan.
Walikota Mariupol, yang telah dikepung oleh tentara Rusia selama lebih dari sebulan, mengatakan bahwa diperkirakan secara konservatif lebih dari 5.000 warga tewas. Untuk menghindari terulangnya insiden kota Bucha, tentara Rusia telah membuka “Krematorium keliling” yang terkenal kejam ke Mariupol. Krematorium tersebut beroperasi untuk menghancurkan mayat dan menghancurkan bukti.
“Tentara Rusia mencegah organisasi internasional memasuki Mariupol,” ujar Walikota Mariupol, Vadim Boychenko.
Polisi Ukraina terus menyelidiki pembantaian Bucha, tetapi tentara Rusia mungkin tidak akan membiarkan para pembunuh di kota Bucha diadili.
Menurut laporan intelijen militer Ukraina, Brigade Independen 64 Motor Infanteri Rusia, yang dikenal sebagai “penjagal di Bucha”, akan “dilempar kembali” ke garis depan Ukraina. Diduga tujuan Rusia adalah membiarkan mereka mati di medan perang dan tutup mulut selamanya. (ET/hui/sun)
0 comments