Penduduk Komunitas Shanghai Kehabisan Makanan Hingga Tidak Ada yang Peduli Memicu Aksi Protes
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri berjalan di lingkungan selama lockdown COVID-19 di distrik Jing'an di Shanghai pada 8 April 2022. (Hector Retamal/AFP via Getty Images) |
Situasi epidemi di Shanghai menjadi lebih parah. Pihak berwenang memperpanjang tindakan penutupan. Penimbunan makanan oleh banyak orang telah mencapai titik terendah. Sedangkan pasokan bantuan dari pihak berwenang masih tertunda. Beredar video kondisi di sebuah komunitas dan aksi protes massal meletus.
Liu, penduduk Kota Dachang, Distrik Baoshan, Shanghai yang tinggal di asrama perusahaan bersama tujuh rekannya. Dia dikurung selama lebih dari sebulan dan tidak menerima bantuan apapun. Ia belum makan selama dua hari karena tidak mampu membeli kotak makan siang seharga 28 yuan.
“Sudah lebih dari sebulan sejak penguncian, dan unit kami memberi kami beberapa kardus mie instan. Sedangkan mie instan sudah habis sejak lama, dan kami sudah menelpon meminta bantuan. Tidak ada yang menjawab telepon, dan tidak ada yang membantu kami. Ada yang menjual kotak makan siang seharga 28 yuan per kotak. Makan tiga kali sehari terlalu mahal, tidak sanggup lagi membeli. Ada platform untuk merebut membeli makanan pada pukul 6 pagi setiap pagi, tetapi kami tidak dapat mendapatkan apa pun,” ujarnya.
Sementara itu, Tan, penduduk Distrik Yangpu Shanghai, yang tinggal di sana hampir semua orang-orang terdiri dari lansia. Tidak ada kelompok masyarakat di mana pembelian kelompok dapat dilakukan. Sejak penguncian pada 1 April, dia hanya menerima sebungkus sayur, dan keluarganya terdiri dari empat orang. Mereka sudah dua hari tidak makan.
“Semua persediaan sudah habis dimakan. Waktu itu perbekalan yang kami beli hanya bisa bertahan sampai 5 April. Sekarang sudah 7 April. Di Kulkas kami sekarang hanya tersisa setengah wortel. Kami hanya bisa minum air keran, dan setelah minum maag saya sakit, saya telah menelepon komite lingkungan, nomor telepon 110, 12345 dan tidak berhasil, tidak ada yang menjawab,” katanya.
Chen, seorang penduduk Distrik Xuhui di Shanghai juga mengatakan bahwa sebelum penutupan Puxi No. 1, dia telah menimbun makanan selama seminggu. Akan tetapi, tak disangka pemblokiran diperpanjang. Pada 7 April, rumahnya sudah kehabisan makanan, dan tidak ada cara lagi untuk meminta bantuan.
“Makanan sudah habis, sudah tidak ada beras, makanan pokok saya habis, dan tidak bisa membeli apa-apa, dan tidak ada pembelian kelompok. Kami sekeluarga empat orang, tiga orang dewasa dan seorang anak kecil, dan anak kecil sudah tidak ada makanan,” ujarnya.
Penduduk Shanghai tidak bisa membeli apa pun untuk dimakan, tetapi ada video yang menunjukkan bahwa daging, telur, dan sayuran yang mendukung Shanghai dibuang.
Karena kekurangan makanan, warga sebuah komunitas di Shanghai baru-baru ini memprotes secara kolektif dan bentrok dengan polisi yang mengenakan pakaian hazmat.
Penduduk setempat berujar: “Kami kelaparan! Kami kelaparan!”. (ET/Hui/sun)
0 comments