Kebenaran Mengenai Varian Siluman dan Mengapa Tak perlu Khawatir Setiap Muncul Varian Baru

(Naeblys/Shutterstock)

HEALTH 1+1 dan DR. YUHONG DONG

Para pejabat Amerika Serikat telah memperkirakan bahwa Omicron akan menjadi varian untuk mengakhiri pandemi. Namun demikian, berbagai tingkat tindakan karantina pandemi masih dilakukan dalam beberapa minggu terakhir, sedangkan varian baru di BA.2 famili-Omicron–– terus menyebar ke lebih dari 110 negara berdasarkan data dari outbreak.info. Untuk membedakannya dengan lebih baik, BA.1 digunakan sebagai nama untuk menggambarkan aslinya Omicron.

Apa patogenisitas dan penularan BA.2, dan bagaimana vaksin-vaksin Covid dan kekebalan alami tahan terhadap subvarian ini?

Untuk memperjelas jawaban itu, kami beralih ke Dr. Yuhong Dong, ahli penyakit menular dan pengembangan obat anti-virus.

Di Mana BA.2?

Kasus Covid mulai menurun pada awal bulan Februari, dan naik lagi sedikit pada 14 Maret. Gelombang infeksi ini sebagian besar terjadi di Asia, Eropa, dan Pasifik. Di Eropa, tidak ada lonjakan besar, tetapi meningkat terutama di Prancis, Inggris, dan Italia. Wabah terbesar terjadi di Tiongkok, Hong Kong, Korea Selatan, dan Selandia Baru—–tempat-tempat ini mengalami peningkatan kasus infeksi dan kematian, dan sebagian besar kasusnya adalah subvarian Omicron BA.2.

Di Amerika Serikat, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit -CDC- menyatakan pada minggu ini bahwa mayoritas kasus Covid sekarang disebabkan oleh subvarian Omicron BA.2, yang minggu-minggu ini menggantikan varian-varian virus lainnya.

BA.2 berbeda secara signifikan dari subvarian Omikron BA.1, sedemikian rupa sehingga para ahli virologi Jepang menganjurkannya untuk sepenuhnya diperlakukan sebagai varian baru yang mengkhawatirkan.

Ada tiga perbedaan utama antara kedua subvarian BA.1 dan BA.2, Dr. Yuhong Dong menjelaskan, mengenai ketertelusuran, penularan, dan perlindungan subvarian BA.1 dan BA.2 yang ditawarkan oleh kekebalan alami dan vaksin.

“The New England Journal of Medicine menerbitkan sebuah studi dari Universitas Harvard (bagan di sini) yang menunjukkan bahwa BA.2 memiliki delapan mutasi baru di protein lonjakan dibandingkan dengan BA.1,” kata Dr. Yuhong Dong.

“Mutasi di BA.2 adalah apa yang membuatnya sulit untuk dideteksi, dan itulah mengapa BA.2 disebut sebagai ‘varian siluman.’

‘Tidak Terlihat’

“Subvarian BA.1 termasuk sebuah mutasi spesifik, sebuah mutasi penghapusan di posisi 69-70. Hal ini dapat menyebabkan negatif palsu saat menggunakan uji PCR, yang menguji protein lonjakan virus tersebut,” jelas Dr. YuhongDong. Jadi banyakorang akan menganggap hasil tes PCR negatif sebagai positif Omicron BA.1.

“Sebaliknya, BA.2 tidak memiliki mutasi penghapusan ini dan oleh karena itu tidak ada negatif palsu dalam uji PCR. Namun, BA.2 tidak dapat dideteksi dengan cepat melalui tes PCR yang ada, dan membutuhkan pengurutan seluruh genom yang lebih kompleks untuk memastikan. Test laboratorium ini hampir tidak cepat, memakan waktu sekitar 10 hari untuk diselesaikan, jadi BA.2 juga disebut sebagai “varian yang tidak terlihat.”

Penularan yang Lebih Tinggi

Kedelapan mutasi baru ini juga membuat penularan BA.2 meningkat secara signifikan, sekitar 30 hingga 40 persen dari angka penularan BA.1.

“Sebuah penelitian di Denmark baru-baru ini menemukan bahwa orang yang terinfeksi dengan BA.2 lebih cenderung menginfeksi tetangganya daripada orang yang terinfeksi dengan BA.1, terlepas dari apakah mereka sudah pernah menerima vaksinasi Covid atau belum,” kata Dr. Yuhong Dong.

Para peneliti melihat penularan BA.2 pada populasi dengan status vaksinasi yang berbeda, dibandingkan dengan populasi yang terinfeksi BA.1: Peningkatan risiko penularan 2,29 kali lipat dari orang-orang yang tidak menerima vaksinasi kepada orang-orang yang tinggal di rumah yang sama

Peningkatan risiko penularan 2,45 kali lipat dari orang-orang yang menerima dua dosis vaksin ke orang-orang yang tinggal di rumah yang sama.

Peningkatan risiko penularan 2,99 kali lipat dari orang-orang yang menerima dosis (penguat) ketiga ke orang-orang yang tinggal di rumah yang sama.

“Orang-orang yang terinfeksi BA.2 lebih mungkin menularkan BA.2 ke orang-orang yang tinggal di rumah yang sama daripada orang-orang yang terinfeksi BA.1, terlepas dari apakah orang-orang itu menerima vaksin Covid atau tidak. Hal ini menjelaskan wabah yang tajam di Hong Kong, di mana sebuah penelitian memperkirakan jumlah kasus baru yang disebabkan oleh varian BA.2 adalah dua kali lipat kira-kira setiap 1,28 hari,” kata Dr. Yuhong Dong.

Kekebalan Sebelumnya Adalah Perlindungan Berkurang

Demikian pula, perlindungan terhadap infeksi varian BA.2 telah menurun, apakah anda sedang berbicara mengenai kekebalan alami atau vaksin.

“Studi Harvard juga mengamati 24 subjek dan mengamati kekebalan mereka terhadap varian BA.2,” kata Dr. Yuhong Dong.

“Kekebalan terhadap virus lama adalah relatif tinggi bagi orang-orang yang telah menerima dua dosis vaksin, tetapi perlindungan yang diberikannya terhadap BA.1 dan BA.2 adalah lebih dari 20 kali lebih rendah,” kata Dr. Yuhong Dong.

“Enam bulan setelah dua dosis vaksin, perlindungan vaksin terhadap virus lama turun secara bermakna, tetapi perlindungan terhadap BA.1 dan BA.2 turun menjadi hampir tingkat yang tidak terdeteksi.”

“Setelah suntikan booster ketiga, kekuatan pelindung meningkat lagi–—tetapi perlindungan terhadap BA.1 adalah 6,1 lebih lemah dan perlindungan terhadap BA.2 adalah 8,4 kali lebih lemah, daripada melawan virus lama,” kata Dr. Yuhong Dong.

Perlu dicatat, Dr. Yuhong Dong menunjukkan, bahwa penelitian ini hanya menganalisis dua- dosis vaksin mRNA. Sebagian besar vaksin yang digunakan di Tiongkok, di mana ada wabah besar dan karantina yang tidak manusiawi, adalah vaksin-vaksin yang tidak aktif yang belum dianalisis dan diteliti.

“Para peneliti juga melihat kekebalan terhadap BA.2 pada sekelompok orang yang telah menerima vaksinasi dan kemudian terinfeksi Omicron BA.1 dan sekarang telah memperoleh kekebalan,” kata Dr. Yuhong Dong.

“Mereka memiliki antibodi, kekebalan sel T dan sel B, dan tingkat kekebalan lainnya. Namun, perlindungan mereka terhadap BA.2 masih 1,3 kali lebih lemah dibandingkan dengan BA.1.”

Mengurangi Keparahan Penyakit?

Menurut basis data Nextstrain, kasus BA.1 pada satu titik dicatat 99 persen infeksi global. Banyak di antaranya tidak menunjukkan gejala dan infeksi ringan, dan dalam semua kasus memberikan perlindungan terhadap penyakit yang diinduks iinfeksi BA.2 baru.

“Negara-negara yang telah mengalami puncak infeksi BA.1 mungkin membentuk kekebalan yang melindungi mereka dari infeksi BA.2 yang parah,” kata Dr. Yuhong Dong.

“Jadi, bahkan jika anda berada di area di mana infeksi BA.2 telah meningkat tajam, anda tidak perlu panik. Jika anda pernah terinfeksi BA.1 atau BA.2, kekebalan alami dari antibodi yang dihasilkan akan menghasilkan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap penyakit parah,” imbuhnya.

“Banyak negara saat ini sedang mempelajari tingkat morbiditas BA.2. Sebuah studi melihat infeksi di Afrika Selatan tidak menemukan peningkatan angka rawat inap atau sakit parah dibandingkan dengan BA.1. Sebuah penelitian di Inggris menemukan hasil yang serupa,” kata Dr. Yuhong Dong.

Dan sekarang kebanyakan orang telah menerima dua atau tiga dosis vaksin Covid, apa kemungkinan menjadi sakit parah karena terinfeksi BA.2?

“Sebuah studi dari Denmark menganalisis lebih dari 16.000 kasus BA.1 dan lebih banyak lagi dari 2.600 kasus BA.2, menilai kemungkinan rawat inap 14 hari setelah terinfeksi, dan pelacakan status vaksinasi. Tidak ada peningkatan risiko rawat inap pada orang-orang yang terinfeksi BA.2 dibandingkan dengan orang-orang yang terinfeksi BA.1, ” kata Dr. Yuhong Dong.

Tak Perlu Repot dengan Varian Baru

Antibodi adalah fokus utama dari strategi anti-COVID saat ini. Keterbatasan yang umum dari sebagian besar penelitian saat ini adalah bahwa penelitian terutama berfokus pada antibodi serum.

Karena batasan teknis, sangat sedikit penelitian yang memperhatikan cakupan yang lebih luas dari imunitas dari imunitas mukosa, fungsi makrofag, atau tingkat ekspresi interferon dalam sel epitel. Orang-orang yang menerima vaksinasi mungkin putus asa pada temuan perlindungan yang lebih rendah terhadap BA.2, tetapi Dr. Yuhong Dong punya kabar baik.

“Antibodi bukanlah segalanya, tetapi antibodi hanyalah garis pertahanan kedua dalam pertempuran manusia melawan virus. Kita tidak boleh melupakan pemberian kekebalan alami dari Tuhan kepada kita yang ada di amandel, lapisan lendir, yang bertahan melawan semua virus atau bakteri berbeda yang tidak bergantung pada gen mereka,” katanya.

“Kekebalan alami bereaksi terlebih dahulu dan terus-menerus bekerja saat seseorang melakukan kontak dengan virus, hingga minggu pertama infeksi virus. Memliki kekebalan bawaan yang tidak lengkap terhadap SARS-CoV-2 kemungkinan akan menghasilkan replikasi yang menetap di dalam tubuh kita saat terinfeksi, jadi seseorang akhirnya akan menunjukkan gejala klinis,” kata Dr. Yuhong Dong.

“Strategi yang bijaksana bagi kami adalah memfokuskan perhatian kami dengan cara memperkuat kekebalan alami kita. Misalnya, menikmati sinar matahari secara teratur, pengaturan alarm untuk pergi tidur dan bangun tepat waktu setiap hari, mengambil napas dalam-dalam atau berjalan di luar ketika merasa stres, dan menghadapi perubahan yang tidak terhindarkan dengan pola pikir positif atau sebuah senyuman.

“Ini semua adalah tidak sepele. Perilaku dan pola pikir kita berimplikasi pada kekebalan alami. Ini seperti menanam tanaman dengan air dan sinar matahari. Jika kita sering ingat untuk merawatnya, maka hal itu akan cukup kuat untuk melawan virus tanpa berkeringat.” (ET/Vv/sun)

0 comments