‘I Love You China’, Tetapi Apakah China Mencintai Mu?
Biduanita bersuara sopran bernama Ye Peiying |
Biduanita bersuara sopran bernama Ye Peiying telah menyanyikan lagu ‘I love you China’ (https://www.youtube.com/watch?v=BvbHpl2Gzco) nyaris di sepanjang hidupnya. Seperti dalam liriknya : akan ku persembahkan masa muda yang indah ini untuk mu, tanah air yang ku cinta. Tapi tanah air membalasnya dengan hari tuanya yang menyedihkan. Sementara banyak pejabat Partai Komunis Tiongkok menikmati kehidupan mewah dan perlakuan yang istimewa di pusat peristirahatan para kader, Biduanita yang berhasil mempopulerkan lagu ‘I love you China’ ini justru bernasib tragis di hari tuanya. Ia terpaksa hidup sebatang kara dan meninggal dunia tanpa diketahui orang. Jika bukan karena panggilan telepon putrinya dari Amerika Serikat, jazadnya mungkin akan keburu berbau dan dipenuhi belatung
CHEN WEIJIAN
Aku mencintai mu Tiongkok, tetapi apakah Tiongkok mencintai mu ? Ini adalah topik yang tak habis-habisnya diperbincangkan orang. Sebuah berita baru-baru ini beredar di media sosial yang memberitakan bahwa biduanita yang mempopulerkan lagu ‘I love you China’ Ye Peiying telah meninggal dunia di sebuah apartemen di Beijing.
Adegan tentang kematiannya cukup menyedihkan. Dia hidup sendirian di apartemen itu. Sedangkan putrinya yang tinggal di Amerika Serikat karena tidak berhasil memanggil ibunya lewat telepon, lalu berinisiatif untuk menghubungi organisasi lingkungan untuk mencari tahu soal keadaan ibunya. Petugas terkait seperti pengurus gedung dan lainnya yang datang mengetuk pintu juga tidak berhasil memperoleh jawaban. Akhirnya, petugas polisi yang berhasil masuk dengan cara mendobrak pintu.
Saat itu terlihat Ye Peiying sudah tergeletak dalam toilet untuk waktu yang lama, dan tidak dapat diselamatkan ketika dia dilarikan ke rumah sakit. Sungguh memilukan bagi penyanyi generasi yang hidupnya cukup tragis.
Ye Peiying adalah penyanyi ternama di Tiongkok yang telah menemani satu genarasi orang untuk melewati sebuah masa kehidupan. Nyaris semua orang di masa itu mengenal lagunya. Pada awal tahun 1980-an, dia menyanyikan lagu ‘I love you China’ dalam film Overseas Babies yang disutradarai oleh Chen Chong.
Lagu yang dinyanyikan oleh biduanita bersuara sopra ini mengambil latar belakang dengan pemandangan pepohonan yang rimbun di hutan Tiongkok, gunung dan sungai yang indah, burung-burung beterbangan di langit biru dan berhasil mengekspresikan rasa patriotisme seorang Tionghoa yang mengembara di negeri orang. Lagu tersebut akhirnya menjadi populer baik dalam maupun luar negeri termasuk menginspirasi para etnis Tionghoa perantauan. Dan nyaris tidak ada pertemuan sosial di kalangan Tionghoa perantauan yang lupa menghidupkan suasana dan menyemangati hadirin dengan lagu ‘I love you China’. Lagu ini kemudian menjadi semacam simbul patriotisme. Ye sendiri pun telah melantunkan lagu tersebut tak kurang dari 3.000 kali dalam berbagai macam acara yang ia hadiri.
Pemilihan Ye Peiying untuk menyanyikan lagu ini ternyata tidak terkait dengan asal-usulnya, meskipun ia dilahirkan di keluarga Tionghoa perantauan yang tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia.
Saat itu, warga etnis Tionghoa Malaysia mendapat diskriminasi dari orang Malaysia, lagi pula akibat propaganda Partai Komunis Malaysia, sehingga menumbuhkan perasaan cinta yang mendalam terhadap ibu pertiwi Tiongkok. Pada tahun 1951, Ye Peiying datang ke Tiongkok untuk menimba ilmu.
Pada tahun 1955, ia diterima di akademi musik vokal di Central Conservatory of Music, di mana ia berguru kepada Luo Xinzu dan Tang Xuegeng, kedua vokalis senior yang namanya sudah beken. Pada tahun 1961, ia diangkat sebagai pengajar di akademi musik. Mungkin karena latar belakangnya yang orang Tionghoa perantauan. jadi ia mampu menyanyikan lagu ‘I love you China’ dengan penuh perasaan.
‘I love you China’ dengan lirik yang ditulis oleh Qu Cong, musik oleh Zheng Qiufeng, dan melalui suara penyanyi yang kaya dan emosional, menjadikan agitasi musik menyentuh hati setiap orang yang mendengar, menumbuhkan perasaan patriotik. Dengan menggunakan lirik patriotisme, lagu ini berhasil “menjarah” kecerdasan emosional dan IQ orang demi menutupi berbagai kejahatan yang dilakukan oleh rezim komunis Tiongkok terhadap rakyat, termasuk berbagai tindakan yang merusak lingkungan hidup. Membiarkan orang Tionghoa tidak mampu membedakan antara partai dan negara (Partai Komunis Tiongkok tidak dapat mewakili Tiongkok), benar dan salah, baik dan jahat, selain itu, mencintai secara membabi buta terhadap pemerintah yang merugikan rakyat.
Sesungguhnya lirik lagu ini menodai perasaan patriotik yang sebenarnya: Lirik lagu tidak semestinya memuji tapi mengkritik, seharusnya rela berkorban melawan tirani PKT, memperjuangkan kebebasan rakyat demi negara demokrasi, bukan menjadi budak tapi tuan rumah, berjiwa patriot yang berkepribadian mulia. Oleh karena itu, lagu ‘I love you China’ ini adalah lagu yang sarat dengan dosa!
Ye Peiying telah menyanyikan lagu ‘I love you China’ nyaris sepanjang hidupnya. seperti dalam liriknya: akan ku persembahkan masa muda yang indah ini untuk mu, tanah air yang ku cinta. Tapi tanah air membalasnya dengan hari tuanya Ye Peiying yang menyedihkan.
Sementara banyak pejabat Partai Komunis Tiongkok menikmati kehidupan mewah dan perlakuan yang istimewa di pusat peristirahatan para kader, Biduanita yang berhasil mempopulerkan lagu ‘I love you China’ ini justru bernasib tragis di hari tuanya. Ia terpaksa hidup sebatang kara dan meninggal dunia tanpa diketahui orang. Jika bukan karena panggilan telepon putrinya dari Amerika Serikat, jazadnya mungkin akan keburu berbau dan dipenuhi belatung.
Dia lebih memilih pelukan ibu pertiwi daripada tempat ia dilahirkan, kemudian mengirim putrinya ke AS dan rela hidup seorang diri yang merupakan tindakan konyol.
Bagaimana dengan nasib Ye Peiying yang nyaris sepanjang hidupnya menyanyikan lagu ‘I love you China’? Apakah China love her? Bayangan seorang Ye Peiying tidak mudah bisa dihapus dari ingatan orang. Para sahabat khususnya etnis Tionghoa di mana pun kalian berada, apakah kalian masih ingin menyanyikan lagu ‘I love you China’? (ET/sin/sun)
0 comments