Virus Varian Menyebar dengan Cepat, Model Anti-Epidemi Versi Komunis Tiongkok Gagal

Warga mengantre untuk menerima tes asam nukleat untuk COVID-19 di Nanjing, di Provinsi Jiangsu, pada 21 Juli 2021. (STR/AFP via Getty Images)

LUO YA - NTD

Babak baru epidemi di daratan Tiongkok telah menyebar luas ke banyak provinsi dan kota di seluruh negeri. Saat Komunis Tiongkok berambisi mengejar zero kasus dan menjaga dari kasus kematian, virus varian delta yang memiliki kekuatan penularan lebih kuat mengamuk. Dunia luar memprediksi bahwa guncangan ekonomi juga tidak akan terhindarkan.

Sudah lebih dari setengah bulan ditemukan wabah di Bandara Internasional di Nanjing, Tiongkok pada 20 Juli. Alih-alih mereda, epidemi menyebar dengan cepat. Sebanyak 31 provinsi dan kota di Tiongkok berturut-turut secara ketat memerintahkan “untuk tidak meninggalkan provinsi dan kota kecuali diperlukan.”

Pemerintah setempat mengadopsi tindakan seperti pelacakan dan karantina secara ketat. Lockdown dan test massal terhadap seluruh warga menjadi tugas utama pemerintah daerah untuk mengendalikan wabah tersebut.

Gelombang ketiga test massal untuk semua warga di Nanjing belum selesai, kini test massal putaran keempat untuk wilayah tertentu” kembali dimulai lagi. Selain itu, Wuhan, Shenzhen, Zhengzhou dan tempat-tempat lain juga telah meluncurkan gelombang test massal untuk semua warga. Di kota-kota dengan puluhan juta penduduk, beberapa test massal telah mengerahkan dalam jumlah besar sumber daya.

Pihak luar menyoroti tingkat vaksinasi staf Bandara Nanjing yang telah mencapai sekitar 90%, tetapi epidemi belum dapat dicegah secara total. Namun demikian, para ahli pencegahan epidemi Komunis Tiongkok masih mengklaim bahwa vaksin domestik Tiongkok masih efektif melawan berbagai virus, tetapi efektivitasnya menurun.

Li Hengqing, seorang ekonom di “Institute of Information and Strategy” di Amerika Serikat mengatakan : “Mereka hanya tahu mengandalkan vaksin, dan apakah dapat menahan epidemi setelah divaksinasi. Mereka sebenarnya sangat khawatir, Jadi dari perspektif ini, hanya dapat disebut dengan pertahanan ketat.”

Ketika epidemi meledak di Wuhan berakhir selama satu tahun, media resmi Komunis Tiongkok menghebohkan model anti-epidemi Tiongkok yang epik dan megah serta memuji kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok. Semua jenis pahlawan anti-epidemi bermunculan, dan apa yang disebut tema utama film “2020, Chinese War Epidemic” dan “Chinese Doctor” telah menyelimuti seluruh negeri.

Namun demikian, lagi-lagi partai Komunis Tiongkok menggunakan kebangkitan nasionalismenya untuk membuat orang-orang melupakan asal mula epidemi dan kematian whistleblower. Seiring dengan orang-orang secara bertahap menjadi santai, epidemi memburuk.

Saat virus Delta yang sangat menular menyebar, Komunis Tiongkok menghadapi dilema baru. Opini publik internasional mempertanyakan apakah model epidemi pertahanan Tiongkok dapat berhasil jika strain mutan menyebar dengan cepat?

Li Yuanhua, mantan profesor di Universitas Normal Beijing, percaya bahwa sistem Komunis Tiongkok adalah “kolektivisme,” dan penanganan resmi epidemi tidak perlu mempertimbangkan masalah hak asasi manusia.

Mantan Associate Professor dari Beijing Normal University itu menuturkan: “Jika menempuh langkah seperti saat awal ketika epidemi melanda, benar-benar dilockdown atau tidak mengizinkan orang keluar rumah, atau bahkan meninggalkan orang-orang di dalam gedung dan mencegah mereka keluar, kebrutalan ekstrem semacam itu membuat terjadinya ketegangan secara total dan tidak mungkin membuat kehidupan sosial termasuk ekonomi dapat berlangsung secara normal.”

Para ahli percaya bahwa, terus munculnya varian baru, ongkos pemeliharaan epidemi metode seperti ini akan menjadi sangat tinggi.”

Li Hengqing mengatakan, ketika keadaan kehidupan ekonomi hampir berhenti. Coba Anda pikirkan, ketika produksi terhenti, penelitian ilmiah tidak dapat berjalan hingga pendidikan tidak dapat dimulai, bahkan usaha kecil sekalipun tidak dapat diperdagangkan. Maka apa yang dialami rakyat seperti ini adalah tekanan yang besar. Pada saat yang sama, tanpa perdagangan semacam ini, sudah tidak ada lagi pendapatan dari warga. Lalu dengan apa mereka membeli makanan? jadi ini semua bermasalah.”

Di Nanjing, di mana kasus pertama epidemi ditemukan, orang-orang yang tidak dapat menahan tekanan dari empat kali putaran test massal mengeluh kepada New York Times, “Faktanya, para pemimpin membuang-buang sumber daya dan waktu semua orang.”

Li Yuanhua menuturkan: “Tingkat penularan varian virus ini mungkin lebih tinggi daripada tindakan anti-epidemi Komunis Tiongkok sebelumnya. Jika Anda tidak dapat mencegahnya, maka akan gagal, dan akan menyebar dengan sangat cepat.”

Dalam menghadapi gelombang baru epidemi, meskipun Komunis Tiongkok telah mengadopsi berbagai tindakan pengendalian dalam upaya untuk “menjaga ketat terhadap kematian”, dunia luar tidak optimis.

Morgan Stanley merevisi perkiraan pertumbuhan PDB kuartal ketiga dan setahun penuh Tiongkok. Sedangkan Nomura Holdings, perusahaan sekuritas terbesar di Jepang, juga merevisi ekspektasi pertumbuhan ekonominya untuk kuartal ketiga Tiongkok, bahkan sepanjang tahun 2021. Mereka semua mengatakan bahwa, ambisi Komunis Tiongkok terhadap strategi pembersihan zero kasus telah menghasilkan ongkos yang semakin tinggi. (ET/hui/sun)

0 comments