Tim LaporCovid-19: Total 1.183 Tenaga Kesehatan Meninggal Dunia Per 9 Juli 2021

13 Juli 2021, Jakarta : Tim khusus bersiap untuk menguburkan seorang pria yang diduga meninggal karena Covid-19. (Ed Wray/Getty Images)

LaporCovid-19 mencatat setidaknya 86 tenaga kesehatan yang berpulang akibat Covid-19. Total jumlah kematian tenaga kesehatan yang tercatat oleh LaporCovid-19 per 9 Juli (14.00 WIB) adalah 1.183 tenaga kesehatan.

Menurut LaporCovid-19, Konferensi pers bersama dengan organisasi profesi menyimpulkan bahwa perlindungan terhadap nakes diperlukan, karena sudah banyak yang terpapar Covid-19. Hal ini dapat diimplementasikan dengan zonasi fasilitas kesehatan, sistem shift, pasokan APD, suplemen dan vitamin kepada tenaga kesehatan.

Ketua Tim Mitigasi Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI, dr. Adib Khumaidi, Sp.OT mengatakan bahwa per 8 Juli 2021 terdapat 458 dokter yang meninggal akibat Covid-19.

“Di bulan Juni 2021 kenaikan kematian dokter meningkat 7 kali lipat di dibandingkan bulan Mei 2021, dengan di bulan Juli saja sudah tercatat 35 dokter meninggal,” katanya dalam keterangan tertulis LaporCovid-19.

Ia juga menjelaskan bahwa banyak dokter yang terpapar di tengah ledakan kasus.

“Banyak nakes yang terpapar dan ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah, terutama di wilayah Jawa Timur. 124 dokter yang sakit di Surabaya, beberapa kritis dan bahkan meninggal. Di Yogyakarta, 167 dokter terpapar, dengan beberapa juga meninggal. Hal ini mempengaruhi layanan kesehatan yang dapat diberikan kepada warga di lapangan,” ujarnya.

Melihat kondisi ini, ia mengatakan bahwa kondisi ini adalah functional collapse. Kebutuhan masyarakat sangat tinggi, namun banyak dokter yang sudah sakit, sehingga jika tidak ada intervensi di hulu, maka akan terus memberikan risiko kepada nakes.

“Demi perlindungan dan keamanan di fasilitas kesehatan, diperlukan zonasi di fasilitas kesehatan dan triase pre-RS, Harus ada fasilitas khusus Covid-19 saja, selain itu harus ada upaya pemberdayaan nakes dengan sistem shifts dan memastikan bahwa mereka memiliki sertifikasi untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan masyarakat,” imbuhnya.

Mengenai vaksinasi kepada dokter namun kematian masih tinggi, dr. Adib menjelaskan bahwa pada 86 dokter yang meninggal dari Februari hingga 24 Juni 2021, dengan mereka yang menerima vaksin lengkap 17 orang, vaksin 1 dosis 4 orang.

“Ada sekitar 41% yang belum divaksin, dengan alasan faktor komorbid atau sedang sakit, namun kami masih telusuri,” tuturnya.

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dr. Emi Nurjasmi, M.Kes mengatakan bahwa total bidan meninggal sejumlah 208, dan 39 bidan meninggal per 8 Juli 2021. Ia mengatakan, permasalahan untuk bidan adalah ketika ibu hamil positif tidak dapat dirujuk RS, maka pasien harus ditangani oleh bidan, padahal risiko sudah tinggi terutama karena fasilitas untuk Covid-19 belum memadai khususnya untuk klinik mandiri. Bahkan karena banyaknya pasien, bidang yang sedang isolasi mandiri juga harus masuk.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah, mengatakan bahwa tekanan yang dipikul oleh perawat sangat besar “Dengan kasus yang meningkat, dan jumlah perawat yang berkurang, maka beban fisik dan mental juga bertambah. Dalam satu minggu, perawat bahkan mengalami kekerasan fisik saat pelayanannya.”

Harif juga menyoroti beban ganda yang dipikul oleh perawat di puskesmas. Dikarenakan, mereka harus melakukan vaksinasi, dengan target vaksinasi yang tinggi, belum lagi tugas-tugas lainnya.

Harif juga fokus pada perlindungan yang sangat rendah bagi perawat, seperti permasalahan pada insentif dan juga fasilitas kesehatan bagi perawat yang terpapar.

“Perlindungan bagi perawat perlu dijamin sedemikian rupa. Vaccination booster mungkin juga perlu diusulkan, tentunya setelah mendapat persetujuan ilmiah dan kajian studi,” ujarnya. (ET/asr/sun)

0 comments