Ribuan Warga Kuba Berunjuk Rasa Menuntut Diakhirinya Kediktatoran Rezim Komunis

Pada 11 Juli 2021, ribuan pengunjuk rasa Kuba turun ke jalan untuk memprotes pelanggaran hak asasi manusia, kurangnya kebebasan dan memburuknya kondisi ekonomi di negara yang diperintah rezim komunis ini, dan menuntut diakhirinya kediktatoran komunis di Kuba. (Yamil Lage/AFP)

XIA YU

Ribuan orang warga Kuba turun ke jalan untuk berunjuk rasa karena pemerintah membatasi kebebasan warga, melanggar hak asasi manusia, dan terus memburuknya ekonomi, pada Minggu (11/7/2021). Selain itu, pengunjuk rasa juga menuntut diakhirinya kediktatoran rezim komunis Kuba.

Dari video yang diunggah ke media sosial dapat terlihat bahwa unjuk rasa terjadi di sejumlah kota, termasuk ibu kota Havana pada Minggu. Para pengunjuk rasa Kuba meneriakkan “kebebasan” untuk memprotes kekurangan makanan dan obat-obatan di beberapa kota Kuba.

“Rakyat hampir mati !” Seorang wanita berteriak dalam bahasa Spanyol selama unjuk rasa di Provinsi Artemisa yang diposting di Facebook, “Anak-anak kami hampir mati kelaparan!”

Dalam video lain, sebuah mobil polisi di Kota Cardenas digulingkan oleh pengunjuk rasa.

Banyak orang juga mengatakan bahwa mereka menginginkan kebebasan yang lebih besar dan sudah bosan dengan konsep pemerintah Kuba yang “revolusi harus terus berlanjut”.

Aktivis : Unjuk rasa terbesar terhadap rezim sejak tahun 1959

Warga Kuba Claris Ramirez mengatakan kepada Reuters lewat sambungan telepon : “Saya baru saja berjalan menuju kota untuk membeli makanan. Di sana terdapat banyak orang sedang berunjuk rasa”.

Dia juga menambahkan : “Mereka memprotes pemadaman listrik dan kekurangan obat-obatan”.
Menurut New York Times, posting media sosial menunjukkan bahwa unjuk rasa juga terjadi di Kota 
San Antonio de los Baños dan Palma Soriano.

Aktivis Kuba Carolina Barrero menyebut unjuk rasa tersebut terjadi secara spontan, positif dan kuat.

“Ini adalah unjuk rasa terbesar di Kuba sejak tahun 1959”, demikian pesannya dalam SMS yang dikirimkan kepada New York Times.

Ia menambahkan bahwa ini adalah sebuah peristiwa besar.
Keterangan Foto : Pada 11 Juli 2021, ribuan pengunjuk rasa Kuba turun ke jalan untuk memprotes pelanggaran hak asasi manusia, kurangnya kebebasan dan memburuknya kondisi ekonomi di negara yang diperintah rezim komunis ini, dan menuntut diakhirinya kediktatoran komunis di Kuba. (Yamil Lage/AFP)

Gubernur Florida dan anggota parlemen mendukung pengunjuk rasa Kuba

Media AS mengutip informasi yang beredar di media sosial, termasuk anggota Kongres Florida Maria Elvira Salazar melaporkan bahwa pemerintah Kuba sedang sedang menutup jaringan Internet negara itu.

Pejabat Florida mengeluarkan pernyataan di media sosial yang menyatakan dukungan mereka kepada pengunjuk rasa Kuba, dan menyampaikan rasa solidaritas kepada rakyat Kuba. Selain itu, mereka juga membagikan video melalui media sosial, para pengunjuk rasa yang berteriak “Kami tidak takut”.

“Diktator Castro tidak ingin dunia melihat apa yang terjadi”, tulis Maria Elvira Salazar. “Tolong bagikan dan berdirilah di pihak para pejuang kemerdekaan ini!”

“Florida mendukung rakyat Kuba turun ke jalan dan menentang rezim otokratis di Havana. Kediktatoran Kuba telah menekan rakyat Kuba selama beberapa dekade dan sekarang mencoba untuk membungkam mereka yang memiliki keberanian untuk secara terbuka menentang kebijakan yang membawa bencana bagi rakyat Kuba”, tulis Gubernur Florida Ron DeSantis di Twitter pada Minggu sore.

Walikota Miami, Francis Suarez meminta Amerika Serikat untuk campur tangan terlebih dahulu. Kota ini memiliki sejumlah besar warga negara Kuba.

Francis Suarez mengatakan pada konferensi pers : “Rakyat Kuba layak dan siap untuk memerintah diri mereka sendiri tanpa tirani”. “Itu (tirani) dapat berakhir hari ini, dan patut berakhir pada hari ini. Dampak dari momen ini bisa berarti kebebasan bagi jutaan orang di belahan bumi, termasuk rakyat Nikaragua, Venezuela dan lainnya”.
Pada 11 Juli 2021, ribuan pengunjuk rasa Kuba turun ke jalan untuk memprotes pelanggaran hak asasi manusia, kurangnya kebebasan dan memburuknya kondisi ekonomi di negara yang diperintah rezim komunis ini, dan menuntut diakhirinya kediktatoran komunis di Kuba. (Yamil Lage/AFP)

Rubio : Penderitaan selama 62 tahun menyebabkan ledakan protes di lebih 32 kota di Kuba

Senator Republik Florida, Marco Rubio memposting di Twitter rekaman pidatonya dan rekaman langsung unjuk rasa di Kuba. Dalam pesannya ia menulis : Kami belum pernah melihat hari seperti hari ini di Kuba, penderitaan, penindasan dan kebohongan selama 62 tahun (yang mengakibatkan) meletusnya (unjuk rasa) di lebih dari 32 kota, menjadi protes akar rumput yang semarak.

Sebarkan berita ini Kuba menginginkan kebebasan bukan sosialisme. Tulisnya.

Dia juga men-tweet : “Protes jalanan spontan meletus di beberapa kota di Kuba, meneriakkan #NoTenemosMiedo (kami tidak takut)”. “Kekecewaan terhadap ketidakmampuan, keserakahan, dan penindasan rezim diktator terus meningkat pesat”.

“Perhatikan media Amerika… di Kuba mereka (para pengunjuk rasa) bangkit karena sosialisme (selalu membawa) bencana”.

Rubio selanjutnya menulis : “Apakah Anda bersedia melaporkan kejadian ini, agar dunia mendengar suara mereka?”

Marco Rubio kemudian mendesak Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk menyerukan kepada anggota tentara Kuba agar tidak menembaki rakyatnya sendiri.

Rubio menulis bahwa Partai Komunis Kuba yang tidak kompeten (otoritas Kuba) tidak dapat memberi makan rakyatnya, juga tidak dapat melindungi rakyatnya selama epidemi. Sekarang tentara harus melindungi rakyat, bukan rezim Partai Komunis. (ET/sin/sun)

0 comments