Pernyataan Xi Jinping “Hancurkan Taiwan” pada 1 Juli Disorot Kemenlu dan Militer AS

Pada 1 Juli, Partai Komunis Tiongkok mengadakan Perayaan Centennial Party di Lapangan Tiananmen. (WANG ZHAO/AFP via Getty Images)

LI YUN

Xi Jinping menyampaikan pidato panjang pada Perayaan 1 Abad Partai Komunis Tiongkok, yang menggugah perhatian opini internasional pada Kamis (1/7/2021). Xi menyatakan bahwa dia akan menyelesaikan masalah Taiwan, mematuhi “Prinsip Satu Tiongkok dan Konsensus 1992,” mewujudkan proses penyatuan kembali tanah air. Xi juga mengatakan dengan tegas menghancurkan konspirasi “kemerdekaan Taiwan”.

Sebagai tanggapan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mendesak Beijing untuk berhenti mengerahkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi di Taiwan. AS menyatakan akan terus mendukung penyelesaian damai masalah lintas-selat, sambil mendesak Tiongkok untuk terlibat dalam tindakan dialog secara signifikan dengan Taiwan.

Sebelumnya pada hari itu, Armada Pasifik AS juga mengunggah foto USS Independence (CV62) yang dikirim ke Taiwan oleh militer AS. Keberadaannya untuk mendukung Selat Taiwan selama krisis pada tahun 1996, dan menyebutkan “perayaan” partai Komunis Tiongkok.

The Financial Times melaporkan pada 30 Juni, militer AS dan Jepang telah membuat persiapan militer untuk merespon konflik antara Komunis Tiongkok dan Taiwan. Pekerjaan dimulai pada tahun terakhir pemerintahan mantan Presiden AS Trump. Pekerjaan ini kembali dilakukan oleh Presiden Joe Biden Setelah Yoshihide Suga mengambil alih sebagai Perdana Menteri Jepang juga melanjutkannya.

Laporan tersebut mengutip pernyataan seorang pejabat yang mengatakan bahwa Amerika Serikat, Jepang dan Taiwan sangat perlu untuk membentuk mekanisme berbagi tripartit untuk mendapatkan informasi terbaru tentang komunis Tiongkok.

Xi memperingatkan kekuatan asing akan hancur

Selama acara perayaan 1 Juli partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping tampaknya menyadari pengepungan dan perlawanan dunia internasional terhadap rezim Komunis Tiongkok. Xi memperingatkan: “Rakyat Tiongkok tak akan pernah membiarkan kekuatan asing untuk menggertak, menindas, atau memperbudak kita. Siapa pun yang ingin melakukan ini,? pasti akan dihancurkan di depan Tembok Besar yang dibangun dari daging dan darah oleh lebih dari 1,4 miliar orang Tiongkok.”

Siapakah “kekuatan asing” itu? Beberapa analis percaya bahwa itu terutama mengacu pada Amerika Serikat atau umumnya mengacu pada kubu anti-komunis di Barat.

Namun demikian, banyak pengamat menunjukkan bahwa tidak ada “kekuatan asing” yang ingin “menindas, dan memperbudak” rakyat Tiongkok. Sejatinya, hanyalah partai Komunis Tiongkok yang memperbudak orang-orang Tiongkok. Di bawah pemerintahan Komunis Tiongkok, banyak warga Tiongkok menghadapi pelacakan, pemantauan, dan pemenjaraan. Bahkan jika ada “kekuatan asing”, mereka hanya bisa peduli dengan masalah hak asasi manusia Tiongkok.

Menurut laporan media Prancis, Xi Jinping mengatakan dengan bringas akan membongkar “kekuatan asing.” Tentu saja, itu tidak sepenuhnya tidak berdasar. Jika Komunis Tiongkok terus berkembang di Laut China Selatan dan memprovokasi di Selat Taiwan, ada kemungkinan bakal terjadi konflik pada suatu hari. Akan tetapi, tidak ada hubungannya dengan “kekuatan asing” yang mengintimidasi dan memperbudak orang Tiongkok.

Analisis menunjukkan bahwa melihat-lihat sejarah berdirinya partai Komunis Tiongkok, musuh sejati mereka sebenarnya adalah rakyat Tiongkok sendiri. Terlepas dari reformasi tanah, anti-pemberontakan, anti-kanan, Lompatan Jauh ke Depan, Revolusi Kebudayaan, insiden 4 Juni, mereka pertama-tama hanya menganggap orang-orang mereka sendiri. Bahkan, gencar melakukan penghapusan kekuatan musuh. Di bawah kesadaran penguasa semacam ini, banyak orang-orang Tiongkok telah kehilangan nyawa mereka.

Seri editorial Epoch Times “Sembilan Komentar tentang Partai Komunis” menulis: “Sejak tahun 1949, lebih dari setengah penduduk Tiongkok telah dianiaya oleh partai Komunis Tiongkok. Diperkirakan 60 hingga 80 juta orang telah meninggal secara tidak normal, dan 2 kali lebih besar dari jumlah total kematian dalam dua Perang Dunia .”

Buku itu menunjukkan bahwa kekerasan adalah sarana Partai Komunis untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan.Tujuan kekerasan adalah untuk menciptakan ketakutan. Seperti negara komunis lainnya di dunia, partai Komunis Tiongkok tidak hanya membantai rakyat, tetapi juga melakukan pertumpahan darah, pembersihan kekuatan internalnya, serta metodenya. Ini sangat kejam, dan salah satu tujuannya adalah untuk menghilangkan para pembangkang yang “sifat manusianya” telah mengalahkan “sifat partai.” Tidak hanya perlu meneror rakyat, tetapi juga orang-orangnya sendiri.” (ET/Vv/sun)

0 comments