Para Ilmuwan Tiongkok Menghasilkan Babi-babi yang Direkayasa Secara Genetik untuk Transplantasi Manusia
JENNIFER BATEMAN dan JENNIFER ZENG
Sementara panen organ paksa dari para tahanan hati nurani di Tiongkok telah menarik kecaman di seluruh dunia, Partai Komunis Tiongkok berinvestasi besar-besaran dalam penelitian kontroversial mengenai penggunaan babi-babi yang direkayasa secara genetik sebagai sebuah sumber transplantasi organ manusia, menggembar-gemborkannya sebagai sebuah “prestasi pertama di dunia.”
Menurut media Tiongkok, pada tahun 2020, startup-startup terkait pengeditan gen di Tiongkok saja menerima dana sekitar 2 miliar yuan atau setara Rp 4 Triliun.
Corong Partai Komunis Tiongkok, Xinhua menerbitkan sebuah fitur khusus pada 22 September 2020, mengatakan bahwa para ilmuwan Tiongkok telah membuat terobosan lain dalam teknologi xenotransplantasi pada babi-babi yang diedit secara genetik.
Xenotransplantasi adalah sebuah prosedur medis di mana organ-organ binatang ditransplantasikan ke manusia.
Xinhua melaporkan bahwa tim Yang Luhan, pendiri Qihan Biotech di Hanzhou, Tiongkok, dan salah satu pendiri dan kepala ilmuwan dari eGenesis, sebuah perusahaan pengeditan gen Cambridge di Boston, telah membuat sebuah prototipe xenograft dengan potensi klinis, berhasil memecahkan dua tantangan keamanan xenograft utama: menghapus retrovirus endogen babi dari babi-babi dan meningkatkan imunokompatibilitas xenograft.
Penelitian Yang Luhan juga dipublikasikan di Nature Biomedical Engineering pada 21 September 2020.
Rekan-rekan penulis makalah ini mencakup Qihan Biotech, Universitas Harvard, Rumah Sakit Umum Massachusetts, eGenesis di Boston, dan Universitas Pertanian Yunnan di Tiongkok.
Makalah ini menjelaskan, bagaimana teknologi penyisipan gen knockout dan transposon CRISPR-Cas9 digunakan untuk memodifikasi sekelompok kaset genetik pada babi-babi untuk lebih meningkatkan “kompatibilitas imunologi babi-babi dan kompatibilitas pembekuan-darah pada manusia.”
Makalah itu mengatakan, “Babi-babi yang direkayasa menunjukkan fisiologi yang normal, kesuburan yang normal dan transmisi germline dari 13 gen dan 42 alel yang diedit.”
Babi yang Direkayasa Secara Genetik untuk Transplantasi Organ Manusia
Sebelum ini, ada beberapa terobosan teknologi pada babi-babi yang direkayasa secara genetik, tujuannya untuk membuat organ-organ babi tersebut lebih cocok untuk transplantasi manusia, beberapa di antaranya dihasilkan dari karya mentor Yang Luhan di Harvard Medical School, yaitu Professor George Church.
Pada tahun 2015, Yang Luhan, bersama dengan Profesor George Church, mendirikan eGenesis di Boston, yang menerima 38 juta dan 100 juta dolar AS dalam dua putaran pendanaan pada tahun 2017 dan 2019, dan 125 juta dolar AS lainnya pada Maret 2021 dalam sebuah putaran pendanaan ketiga.
Pada tahun 2017, eGenesis mengumumkan bahwa pihaknya telah memproduksi babi-babi hasil rekayasa genetika pertama kalinya di dunia, yang tidak membawa retrovirus-retrovirus endogen, menghilangkan risiko penularan virus dari babi ke manusia; dan pada tahun 2018, eGenesis menghasilkan babi pertama yang direkayasa dengan immunoplex, mengurangi penolakan kekebalan terhadap transplantasi organ alogenik babi.
Selain dua masalah di atas, ada tantangan teknis lain dari kompatibilitas fungsional: Belum diketahui apakah organ babi tersebut dapat melakukan fungsi-fungsi keseimbangan hormonal dan metabolisme dari organ manusia yang asli setelah transplantasi.
Setelah menyelesaikan masalah-masalah ini, langkah selanjutnya adalah melakukan sejumlah besar uji klinis. Pertama, organ-organ babi akan ditransplantasikan ke monyet; selanjutnya, uji-uji klinis perlu dilakukan pada transplantasi manusia.
Namun, komersialisasi xenotransplantasi babi menghadapi masalah etika dan tantangan regulasi.
Tantangan Etis dan Tantangan Regulasi dari Xenotransplantasi
Sejak awal, xenotransplantasi telah disertai oleh kontroversi-kontroversi etika yang melibatkan privasi penerima transplantasi, alokasi sumber daya, hak-hak binatang, keadilan distributif, potensi risiko kesehatan masyarakat bagi manusia yang terkait dengan retrovirus endogen babi, serta penerimaan masyarakat dan penerimaan agama atas transplantasi organ binatang ke manusia.
Beberapa item pertama dapat diselesaikan melalui peningkatan-peningkatan khusus dan regulasi yang ketat. Akan tetapi, xenotransplantasi secara serius meningkatkan risiko bagi kesehatan masyarakat melalui penyakit-penyakit.
Penerimaan masyarakat atas transplantasi organ-organ hewan ke dalam tubuh manusia adalah sangat bervariasi mengingat latar belakang kebudayaan dan agama.
Ketika tantangan-tantangan ini menjadi terlalu sulit untuk diselesaikan, Tiongkok, di mana etis dan peraturan-peraturan hukum secara signifikan adalah tertinggal dari perkembangan teknologi, diberi sebuah kesempatan. Penelitian-penelitian yang relevan kemudian dipindahkan ke Tiongkok untuk melanjutkan karya tersebut.
Pada tahun 2017, Yang Luhan dan Profesor George Church mendirikan Qihan Biotech di Tiongkok, “dengan misi untuk memanfaatkan teknologi CRISPR untuk membuat xenotransplantasi sebagai sebuah prosedur medis rutin untuk pengiriman sel-sel, jaringan-jaringan, dan organ-organ manusia yang dapat ditransplantasikan yang aman dan efektif.” Waktunya persis kapan uji-uji klinis diperlukan untuk memulai — sebuah tahap di mana tinjauan etis umumnya lebih ketat daripada di fase penelitian saja.
“Kemajuan-kemajuan teknologi seringkali mendahului regulasi, norma-norma etika dan penerimaan masyarakat. Sebagai peneliti dan pendukung teknologi, kami memiliki sebuah tanggung jawab untuk berpikir baik mengenai masalah-masalah ini dan berbagi logika kami berpikir dengan masyarakat,” kata Yang Luhan kepada Xinhua pada tahun 2019.
“Semua kemajuan teknologi, apakah itu dapat diterapkan pada skenario-skenario tertentu dan dalam keadaan apa kemajuan teknologi dapat diterapkan pada skenario-skenario tersebut, harus dieksplorasi secara berkelanjutan untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja yang berguna yang akan benar-benar mendorong teknologi untuk mengubah masyarakat,” tambah Yang Luhan.
Saat ini, regulasi etika global bioteknologi baru, seperti: xenotransplantasi, umumnya tertinggal dari perkembangan teknologi.
Namun, dibandingkan dengan tinjauan etika Tiongkok yang hampir tidak ada dan buram, peraturan-peraturan hukum yang sesuai dan pengawasan etis di Amerika Serikat adalah relatif ketat. Di daerah di mana peraturan-peraturan belum terjebak, penelitian dan pengembangan Barat umumnya berupaya untuk tidak menyentuh topik-topik yang lebih kontroversial secara etis.
Misalnya, uji klinis pertama dari bayi-bayi yang diedit oleh gen AIDS yang kebal dilakukan oleh tim ilmuwan Tiongkok He Jiankui pada tahun 2018, dikutuk oleh komunitas bedah Tiongkok maupun internasional setelah uji klinis tersebut dirilis — bukan karena teknologinya, tetapi karena masalah-masalah etika yang jelas terlibat.
Sebanyak 122 Ilmuwan Tiongkok yang menandatangani surat terbuka untuk menentang penelitian He Jiankui, mengkritik tinjauan etika penelitian biomedis oleh pihak-pihak berwenang komunis Tiongkok sebagai “palsu.”
Faktanya, Partai Komunis Tiongkok menerapkan “Tinjauan Etis Penelitian Biomedis yang Melibatkan Manusia” pada 1 Desember 2016. Persyaratan-persyaratan hak asasi manusia dan bioetika yang luas yang tercantum di dalamnya pada dasarnya adalah sebuah salinan dari Deklarasi Universal Organisasi mengenai Bioetika dan Hak Asasi Manusia milik Organisasi-Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diluncurkan pada tahun 2005.
Berbeda dengan peraturan-peraturan Amerika Serikat mengenai rekayasa genetik, yang berasal dari Food and Drug Administration (FDA) AS atau Administrasi Makanan dan Obat, tinjauan biomedis etis Partai Komunis Tiongkok diadopsi dan dilaksanakan oleh Komisi Kesehatan Nasional dan Keluarga Berencana Partai Komunis Tiongkok –—lembaga yang sama yang telah membunuh ratusan juta bayi yang belum lahir di Tiongkok selama 40 tahun terakhir melalui kebijakan satu-anak yang kontroversial.
Pada 15 Desember 2020, FDA AS menyetujui babi-babi GalSafe, yang secara genetik direkayasa untuk menghilangkan gula alfa-gal, untuk digunakan dalam obat-obatan medis, organ dan transplantasi jaringan tubuh, dan makanan.
Namun, FDA juga menekankan, “Adalah penting untuk dicatat bahwa babi-babi ini belum dievaluasi untuk digunakan sebagai produk-produk xenotransplantasi untuk transplantasi atau implantasi ke subjek manusia. Pengembang-pengembang semacam itu produk medis manusia semacam itu harus terlebih dahulu mengajukan aplikasi ke FDA, dan memperoleh persetujuan dari FDA sebelum produk-produk ini dapat digunakan pada obat manusia.”
‘Pabrik’ Untuk Menghasilkan Babi-Babi yang Direkayasa Secara Genetik Didirikan di Sichuan, Tiongkok
Sementara Qihan Biotech baru saja memulai uji klinisnya, Clonorgan Bioteknologi di Provinsi Sichuan telah membentuk situs uji coba babi-babi hasil rekayasa genetika yang pertama di Tiongkok pada Juni 2020.
Situs ini mencakup sebuah area seluas sekitar 6,67 hektar. Fase pertama mengenai 0,7 hektar telah selesai, termasuk berbagai area fungsional pembibitan babi dan ruang-ruang operasi, laboratorium-laboratorium, dan lain-lain.
“Ini adalah sebuah pangkalan uji dengan standar yang tinggi untuk babi-babi untuk tujuan medis, serta sebuah pabrik organ, ” menurut sebuah laporan oleh Sichuan Daily yang diterbitkan pada 15 September 2020.
Saat ini pangkalan ini memiliki lebih dari 200 babi dengan lebih dari 10 jenis rekayasa-rekayasa genetik.
“Beberapa hari yang lalu, sekelompok babi untuk tujuan medis dikirim dari pangkalan tersebut ke sebuah rumah sakit tertentu dari Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok untuk digunakan untuk penelitian transplantasi jantung,” kata laporan itu.
Pan Dengke, pendiri Clonorgan Biotechnology, mengatakan bahwa jenis skala ini dan produksi pabrik babi yang direkayasa secara genetik dapat memastikan persediaan yang cukup untuk xenotransplantasi, dan harganya lebih murah daripada organ-organ manusia.
“Transplantasi organ manusia menelan biaya 300.000-400.000 yuan (atau lebih 600 juta-800 juta), sementara harga untuk xenotransplantasi pasti akan lebih rendah dari itu,” kata Pan Dengke kepada Sichuan Daily pada Desember tahun lalu.
Pada tahun 2019, tim Pan Dengke mentransplantasi ginjal-ginjal babi hasil rekayasa genetika ke monyet-monyet rhesus dan menjaga monyet-monyet tersebut tetap hidup selama 32 hari saat menggunakan imunosupresan-imunosupresan klinis manusia.
Pan Dengke mengatakan, hal ini telah membuat sebuah rekor global untuk kelangsungan hidup terlama dari sebuah transplantasi ginjal alogenik di bawah kondisi-kondisi yang sama.
Menurut Pan Dengke, babi-babi dipilih sebagai sumber transplantasi organ manusia daripada monyet-monyet karena organ-organ babi memiliki ukuran dan fungsinya sama dengan manusia, dan babi-babi memiliki sebuah siklus perkembangbiakan yang pendek dan tingkat reproduksi yang tinggi.
Alasan lain adalah bahwa dibandingkan dengan monyet-monyet dan orangutan-orangutan yang lebih cerdas, babi-babi memiliki lebih sedikit masalah etika berkaitan dengan hak-hak binatang, dan tidak ada masalah perlindungan binatang yang terancam punah, dan lain-lain. Orang Tiongkok, yang makanan daging utamanya adalah babi, lebih toleran terhadap pembunuhan babi-babi dan penggunaan organ-organ babi-babi daripada orang-orang di negara-negara Barat.
Namun, Pan Dengke, mungkin telah mengabaikan fakta bahwa kebudayaan tradisional Tiongkok memiliki banyak hal untuk dikatakan secara spiritual mengenai spiritualitas manusia, dan bahwa apa yang dapat diberikan oleh sebuah jantung yang ditransplantasikan kepada manusia mungkin tidak sesederhana sebuah virus.
Dukungan Partai Komunis Tiongkok
Terlepas dari banyak kontroversi seputar xenotransplantasi, Partai Komunis Tiongkok telah menunjukkan dukungan yang kuat.
Misalnya, selain dukungan keuangan dan publisitas media Partai Komunis Tiongkok, Yang Luhan terpilih sebagai salah satu Pemuda Pemimpin Global di Forum Ekonomi Dunia tahun 2017 pada Maret 2017, dan juga sebagai “Wanita Paling Berpengaruh di Tiongkok dalam Bisnis tahun 2020 (Daftar Masa Depan),” di Fortune bersama judul terdaftar Yang Luhan sebagai salah satu pendiri dan kepala petugas ilmiah eGenesis.
Sedangkan proyek-proyek yang pernah diikuti Pan Dengke, semuanya dibiayai oleh dana resmi utama Partai Komunis Tiongkok, termasuk Riset Dasar Penting Nasional dan Rencana Pengembangan, Riset Teknologi Tinggi Nasional dan Program Pengembangan, dan Yayasan Ilmu Pengetahuan Alam Beijing, untuk kloning transgenik babi dan penelitian sel induk embrionik.
Qihan Biotech di Hanzhou adalah sebuah anak perusahaan eGenesis. Pada 29 Maret 2021, Qihan Biotech memperoleh tambahan USD 67 juta atau setara lebih Rp 974 miliar dalam pembiayaan Seri A++ dengan partisipasi para investor strategisnya termasuk Lilly Asia Ventures dan Matrix Partners China, serta para pemegang saham yang ada Sequoia Capital dan China Merchants Bank International. Pembiayaan kumulatif Seri A telah melampaui USD 100 juta atau setara Rp 1 triliun. (ET/Vv/sun)
0 comments