Lebih dari 600 Nakes Masih Terinfeksi Setelah Disuntik dengan Vaksin Buatan Tiongkok, Kemenkes Thailand Gunakan Merek Lainnya

Pada 9 Juli 2021, perawat Thailand bersiap menerima vaksin AstraZeneca. (MADAREE TOHLALA/AFP via Getty Images)

Kementerian Kesehatan Thailand menyatakan pada 11 Juli bahwa lebih dari 600 pekerja medis masih terinfeksi virus Komunis Tiongkok (COVID-19) setelah divaksinasi dengan dua dosis vaksin Tiongkok Sinovac. Pihak berwenang sedang mempertimbangkan untuk menggunakan vaksin merk lain untuk tenaga medis sebagai booster atau dosis ketiga.

LUO TINGTING

Seorang pejabat kesehatan senior dari Kementerian Kesehatan Thailand, mengatakan pada konferensi pers pada 11 Juli, bahwa kelompok ahli merekomendasikan agar staf medis divaksinasi dengan dosis ketiga untuk meningkatkan kekebalan.

Dia menekankan bahwa vaksin dosis ketiga akan menggunakan vaksin merek yang berbeda, “baik AstraZeneca atau vaksin mRNA yang akan diterima Thailand dalam waktu dekat.” Pemerintah Thailand akan membahas proposal vaksin baru untuk staf medis pada 12 Juli.

Vaksin buatan Tiongkok, Sinovac saat ini terutama digunakan di Thailand. Menurut statistik dari Kementerian Kesehatan Thailand dari April hingga Juli, sebanyak 618 dari 677.348 tenaga medis yang menerima dua dosis vaksin buatan Tiongkok terinfeksi. Salah satu perawat meninggal dunia dan staf medis lainnya dalam kondisi kritis.

Pada pertengahan Mei lalu, 26 pemain dan staf tim bola voli putri Thailand secara kolektif terinfeksi setelah divaksinasi dengan vaksin buatan Tiongkok.

Mereka awalnya akan pergi ke Italia untuk berpartisipasi dalam Liga Bola Voli Dunia, akhirnya terpaksa mundur.

Efektivitas vaksin Tiongkok dipertanyakan banyak negara. Associated Press melaporkan pada 9 Juli bahwa di Budapest, ibu kota Hongaria, banyak orang lanjut usia yang telah menerima dua dosis vaksin buatan Tiongkok tidak menghasilkan cukup antibodi untuk melawan virus Komunis Tiongkok.

Wakil walikota Budapest, Ambrus Kiss, mengatakan bahwa ini telah membuat para pemimpin percaya bahwa vaksin Tiongkok “benar-benar bermasalah.”

Perdana Menteri Italia, Mario Draghi kepada media pada akhir KTT Uni Eropa pada akhir Juni mengatakan bahwa dari pengalaman Chili dalam menggunakan vaksin Tiongkok untuk mencegah epidemi, menunjukkan perlindungan vaksin Tiongkok tidak cukup.

Chili menggunakan vaksin sinovac buatan Tiongkok, tetapi badan kesehatan Chili mempertanyakan efektivitas vaksin dan mempertanyakan apakah mampu mengatasi gelombang baru varian virus.

Sama halnya, di Indonesia, yang juga memberikan vaksin buatan Tiongkok. Setidaknya 10 dokter meninggal setelah menerima dua dosis vaksin pada Juni lalu. Ikatan Dokter Indonesia mengatakan, status vaksinasi 16 dokter lainnya yang meninggal dunia masih diverifikasi.

Menurut data asosiasi, setidaknya 20 dokter di Indonesia yang telah menerima dua dosis vaksin meninggal dalam lima bulan terakhir, lebih dari seperlima kematian dokter Indonesia pada periode yang sama.

Pejabat kesehatan Indonesia pada pertengahan Juni lalu menyatakan, bahwa lebih dari 350 staf medis di Jawa Tengah juga telah divaksinasi dengan vaksin Sinovac, tetapi mereka masih terinfeksi.

Indonesia adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak di Asia, dengan 2,567.630 juta kasus dikonfirmasi dan 67.355 kasus kematian per 13 Juli. Kasus terkonfirmasi harian pada hari itu bertambah 40,427 kasus dan kematian 891 kasus.

Menurut proyek pelacakan data “Our World in Data”, pada 6 Juli, ada 36 negara dengan lebih dari 1.000 kasus baru didiagnosis per juta orang setiap minggu, di mana lebih dari 60% populasi di 6 negara setidaknya telah divaksinasi satu dosis pertama. Lima dari enam negara itu menggunakan vaksin Tiongkok, yakni Uni Emirat Arab, Seychelles, Mongolia, Uruguay, dan Chili. (ET/hui/sun)

0 comments