Presiden Prancis Kritik Vaksin AstraZeneca, Uni Eropa akan Menghentikan Kontrak Pengadaan
Presiden Prancis, Emmanuel Macron di universitas UCL di Louvain-La-Neuve, Belgia, pada 20 November 2018. (Yves Herman/Reuters/The EpochTimes) |
JIN SHI - NTD
Vaksin virus komunis Tiongkok yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca sedang menghadapi penolakan dari negara-negara Uni Eropa. Pada Minggu (9/5/2021) Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik AstraZeneca. Selain itu Uni Eropa juga menyatakan tidak akan lagi memperpanjang kontrak pengadaan dengan AstraZeneca.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tidak seefektif beberapa vaksin lainnya. Ia menyinggung bahwa vaksin itu mungkin tidak akan dipesan lagi di masa mendatang.
“Dalam hal memerangi varian virus, dalam pembelian di masa mendatang, kami pikir bahwa menggunakan vaksin lain lebih efektif”, kata Macron.
Pada hari yang sama, Uni Eropa juga menyatakan tidak akan memperpanjang kontrak pengadaan vaksin dengan AstraZeneca setelah Juni tahun ini.
Sejak muncul untuk mengisi kebutuhan akan vaksin untuk melawan virus komunis Tiongkok, keamanan vaksin AstraZeneca terus mendapat tantangan. Sebelumnya, lebih dari 10 negara di Asia dan Eropa sempat untuk sementara waktu menghentikan penggunaan vaksin tersebut karena paparan gumpalan darah yang menimbulkan trombosis.
Meskipun negara-negara telah melanjutkan penggunaannya. Namun demikian, kelompok ahli vaksin Inggris tetap merekomendasikan bahwa orang dewasa yang berusia di bawah 40 tahun seyogyanya tidak menggunakan vaksin buatan AstraZeneca.
Kecepatan pasokan vaksin AstraZeneca juga terkena kecaman. Uni Eropa secara resmi mengajukan gugatan terhadap perusahaan AstraZeneca 2 pekan lalu, karena perusahaan AstraZeneca tidak memenuhi kontrak pasokan vaksin, juga tidak memiliki rencana yang dapat diandalkan untuk memastikan pengiriman vaksin mereka. (ET/sin/sun)
0 comments