Epoch Times Hong Kong Tegaskan Tak Akan Pernah Menyerah Setelah Kembali Terjadi Serangan Terhadap Percetakannya
EVA FU
Sehari setelah serangan yang menyasar percetakan Epoch Times Hong Kong, media tersebut menegaskan tak akan pernah menyerah terhadap intimidasi, tekanan, atau upaya sabotase dari Partai Komunis Tiongkok. Hal demikian disampaikan dalam konferensi pers di National Press Club, Washington, Amerika Serikat pada (13/4/2021).
Kronologi kejadian pada (12/4/) senin dini hari, empat pria masuk ke gudang percetakan Epoch Times Hong Kong. Para pelaku menghancurkan peralatan percetakan dengan palu godam dan melemparkan puing-puing konstruksi di atasnya, sebelum kabur dari tempat kejadian dengan kenderaan van putih. Mereka mengancam staf di tempat, agar tidak melakukan apa pun yang menghalangi mereka mengambil tindakan.
Percetakan Epoch Times Hong Kong mengalami kerusakan parah akibat serangan yang merusak perangkat komputer dan percetakan. Akibatnya, Epoch Times Hong Kong terpaksa menangguhkan pencetakan untuk sementara waktu.
Direktur Epoch Times Hong Kong, June Guo, mengatakan serangan barusan terjadi adalah yang terbaru dari serentetan tindakan bertujuan untuk melumpuhkan media tersebut.
“Komunis Tiongkok telah menggunakan setiap trik untuk menekan Epoch Times di Hong Kong dalam upaya mencegah orang-orang mendapatkan berita independen, Epoch Times adalah salah satu dari sedikit suara yang tersisa di lanskap media Hong Kong yang tak tunduk kepada Komunis Tiongkok,” ujarnya.
Pada November 2019, saat puncak aksi protes massa pro-demokrasi di Hong Kong, empat pria bermasker masuk ke fasilitas percetakan yang sama dan membakar sejumlah peralatan. Pembakaran tersebut mengakibatkan kerugian sekitar 40.000 dolar AS. Mesin cetak Epochtimes telah menjadi sasaran sebanyak tiga kali sejak didirikan pada tahun 2006.
Meski Epoch Times Hong Kong meningkatkan langkah-langkah pengamanan, tindakan tersebut tidak cukup membendung efek domino anjloknya kebebasan pers di Hong Kong.
Sejak Oktober tahun lalu, karyawan dari gudang percetakan Epoch Times Hong Kong sudah diawasi oleh kendaraan tak dikenal.
Pada Maret lalu, Host Epoch Times Hong Kong juga menerima pesan yang dikirimkan oleh polisi daratan Tiongkok kepada kerabatnya. Pesan tersebut meminta agar dirinya berhenti menyiarkan atau menghadapi penangkapan berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional yang baru.
Pada Juli lalu, rezim Komunis Tiongkok memberlakukan Undang-Undang keamanan nasional di Hong Kong dengan dalih menghukum kejahatan yang didefinisikan versi pemerintah, termasuk pemisahan diri dan berkolusi dengan pasukan asing. Para kritikus menuding dalih tersebut hanyalah sebagai alat untuk digunakan menekan perbedaan pendapat.
Guo berjanji akan terus melanjutkan penerbitan surat kabar pada Jumat (16/4/2021), ketika pengadilan Hong Kong akan menjatuhkan Vonis terhadap beberapa aktivis kunci pro demokrasi Hong Kong.
“Kami tidak akan mundur, tak akan pernah tunduk kepada kekuatan jahat,” katanya.
Pernyataan Pendahuluan dari Kepolisian
Kepolisian reserse dan kriminal Hong Kong mengambil alih penyelidikan atas penyelidikan tersebut. Dalam pernyataan kepada AFP, polisi mengatakan mereka menerima laporan bahwa serangan tersebut terkait dengan sengketa utang.
“Polisi menerima laporan yang mengatakan tersangka mengklaim staf dari perusahaan berutang pinjaman dan menggunakan palu untuk menghancurkan lima layar komputer dan satu printer,” kata pernyataan itu.
Menanggapi pernyataan tersebut, publisher Epoch Times Amerika Serikat, Stephen Gregory mengatakan, cerita tersebut bisa dikatakan sebagai tipu muslihat. Kemungkinan besar direncanakan untuk mengalihkan perhatian dari pelaku sebenarnya yakni Partai Komunis Tiongkok.
Guo membenarkan, tidak ada utang yang belum dibayar oleh pabrik atau Epoch Times Hong Kong. Gregory menambahkan, pernyataan polisi tampaknya merujuk kepada catatan yang ditinggalkan oleh para penyerang di TKP.
Gregory menguraikan, agar berhasil memasuki ke pabrik percetakan, orang pertama yang memblokir pintu masuk meminta untuk bertemu dengan Mr Chu, dia ingin segera bertemu dengan Mr Chu — akan tetapi tidak ada Mr Chu yang bekerja di pabrik percetakan Epoch Times Hong Kong. Meskipun sudah diberitahu oleh wanita yang ditemuinya, pria itu dengan cepat membiarkan masuk tiga penyerang lainnya. Keempat orang itu kemudian meninggalkan catatan yang ditemukan polisi saat mengklaim klaim utang piutang tersebut.
Pengawas jurnalis meminta polisi untuk menggelar penyelidikan secara menyeluruh dan meminta pertanggungjawaban kepada para penyerang.
Sedangkan investigasi aparat kepolisian terhadap serangan sebelumnya terhadap serangan mesin cetak Epoch Times juga belum membuahkan hasil yang berarti, kata Guo sembari menyerukan dukungan internasional kepada media tersebut untuk melanjutkan misinya.
Apa yang terjadi dengan pabrik percetakan “memungkinkan dunia untuk melihat apa artinya hidup di bawah Partai Komunis Tiongkok,” kata Gregory.
Gregory menyerukan, kepada dunia untuk melawannya, Mereka dibutuhkan untuk membela demokrasi dan hak asasi manusia, mereka dibutuhkan untuk tidak membiarkan Partai Komunis Tiongkok mengambil demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia orang-orang Hong Kong dan orang-orang di di Dunia.” (et/asr/sun)
Cathy He berkontribusi untuk laporan ini.
0 comments