Di Tiongkok, Usai Divaksin Warga Bisa Dapat Hadiah Langsung Berupa Telur Ayam, Tepung Terigu dan Voucher Belanja, Bagaimana Respon Warga?

Pada 8 Maret 2021, warga Beijing sedang mengantre untuk menerima suntikan vaksin COVID-19. (Greg Baker/AFP/Getty Images)


ZHU YING

Menurut data yang dirilis oleh Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada 5 April 2021, bahwa tercatat hingga 3 April, jumlah total penduduk seluruh Tiongkok yang telah menerima vaksin adalah 130 juta orang. Namun demikian, jumlah ini hanya mencakup kurang dari 10% total penduduk Tiongkok. Guna secepatnya menyelesaikan tugas vaksinasi yang diberikan oleh atasan, pemerintah daerah terpaksa menggunakan cara lunak dan keras terhadap warganya.

Menurut laporan Radio Free Asia (RFA) untuk merangsang warga lansia datang ke lokasi vaksinasi, Jalan Jingshan di Beijing baru-baru ini mengeluarkan pengumuman untuk “mengambil hadiah 5 kati telur” setelah divaksin.

Pengumuman menyebutkan bahwa bagi warga lansia dengan kondisi kesehatan yang cukup baik, dapat membawa pulang 5 kati telur ayam segar usai menerima suntikan vaksin di lokasi Jalan Jingshan, Beijing.  
Hadiah langsung berupa 5 kati telur ayam segar bagi warga lansia setelah divaksin di lokasi Jalan Jingshan, Beijing. (foto dari relawan untuk RFA)


Ada netizen daratan Tiongkok yang memposting pesan di komunitas online menyebutkan bahwa, beberapa pemerintah daerah mengklaim memberikan hadiah langsung berupa 10 kati tepung terigu. Itu diberikan kepada mereka yang bersedia datang ke lokasi yang ditunjuk untuk menerima vaksinasi. Bahkan, mereka juga dapat diantar jemput dengan mobil pribadi.

Menurut laporan dari media resmi Partai Komunis Tiongkok ‘The Beijing News’, baru-baru ini, pihak berwenang di Zona Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Beijing juga mengeluarkan pengumuman tentang pemberian hadiah berupa voucher belanja bagi warga yang bersedia menerima vaksinasi dari 10 April hingga 20 Mei. Konon, jumlah total “hadiah langsung” itu mencapai RMB. 60 juta.

Menurut laporan, voucher belanja itu akan dikeluarkan dengan standar RMB. 100,- per orang yang menerima vaksinasi dalam batas waktu yang ditentukan di zona termaksud. Voucher dapat dibelanjakan secara online melalui aplikasi seperti Jingdong Mall dan situs web resmi Jingdong Mall, serta di 4 pusat perbelanjaan utama, supermarket atau restoran di zona offline.

Sebelumnya, Distrik Daxing Beijing telah lebih dahulu mempraktekkan pemberian hadiah langsung untuk merangsang warga menerima vaksinasi : Mulai 24 Maret, mereka yang telah menerima lengkap dua kali suntikan vaksin buatan lokal di Distrik Daxing, dapat menerima kupon belanja. Ada 5 toko yang bersama meluncurkan voucher hadiah diskon per paketnya sebesar RMB. 150,- yang jumlahnya mencapai lebih dari RMB. 200 juta.
Pengumuman tentang paket hadiah diskon bagi warga yang bersedia divaksin di Distrik Daxing, Beijing. (foto internet)


Ada netizen yang memposting kecurigaannya. Tak lain, terhadap cara pemerintah setempat yang demi menarik warga untuk divaksin sampai berani memberikan hadiah-hadiah : Rasanya tidak wajar, jangan-jangan ada udang di balik batu. Sebagaimana kita semua ketahui mereka (pemerintah) selama ini tidak mau melakukan kegiatan yang tidak menguntungkan.

Dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia pada 5 April, seorang pria warga Kota Wuhan bermarga Gao mengatakan : “Selama wabah terjadi begitu parah di waktu lalu, (pihak berwenang) tidak ada yang membagikan satupun masker kepada warga. Mengapa sekarang tiba-tiba menjadi begitu baik ? Kalian bisa mendapatkan telur ayam yang segar, tepung terigu usai divaksin. Ini benar-benar mengherankan”.

Sebagaimana diketahui bahwa pejabat pemerintah di berbagai bagian Tiongkok, sering kali mempraktekkan cara halus dan kasar sekaligus dalam mempromosikan vaksinasi. Jadi, pada saat memberikan beberapa manfaat kecil untuk merangsang orang datang untuk menerima vaksinasi, mereka juga menjatuhkan berbagai hukuman berat bagi warga yang menolak.

Baru-baru ini, Pemerintah Kotapraja Wancheng di Provinsi Hainan mempublikasikan secara online sebuah pemberitahuan kepada masyarakat. Isinya agar tidak melakukan lima hal yang tidak diinginkan pemerintah untuk menghindari diberlakukannya sanksi kepada yang bersangkutan.

Adapun isi dari pemberitahuan tentang “Lima hal yang tidak diinginkan” itu berbunyi :
  1. Bagi mereka yang menolak vaksinasi, tidak memperoleh tempat duduk jika bepergian dengan kendaraan umum.
  2. Bagi mereka yang menolak vaksinasi, sulit bisa memasuki tempat-tempat umum seperti pasar, supermarket, hotel.
  3. Bagi mereka yang menolak vaksinasi, tidak diperkenankan untuk melakukan usaha seperti restoran, penginapan, pertokoan dan di bidang jasa lainnya.
  4. Bagi mereka yang menolak vaksinasi, selain akan dimasukkan ke dalam daftar hitam pemerintah setempat, juga tidak diperkenankan untuk menikmati kebijakan preferensi sesuai dengan peraturan lokal yang masih berlaku.
  5. Bagi mereka yang menolak vaksinasi, selain berpengaruh terhadap kelangsungan sekolah, bekerja dan lain-lain bagi anak-anak mereka, juga semua aspek di masa mendatang seperti masuk militer dan hal-hal yang berkaitan dengan kepemilikan perumahan.  
Pemerintah Kotapraja Wancheng di Provinsi Hainan telah meluncurkan kebijakan “Lima hal yang tidak diinginkan” bagi mereka yang menolak vaksinasi. (foto internet)


Dalam wawancara dengan Radio Free Asia, Zhang Hai, anggota dari keluarga korban COVID-19 juga menegaskan bahwa, beberapa pemerintah daerah telah mengambil tindakan yang tidak terpuji untuk memaksa warga menerima vaksinasi karena adanya beban tugas politik vaksinasi.

Ia mengatakan : “Saya merasa jijik dengan cara pemerintah menghubungkan vaksinasi dengan sekolah, pekerjaan dan lainnya yang berkaitan terhadap masa depan anak-anak.” (ET/sin/sun)

0 comments