AS memelihara macan merah komunis Soviet mencapai hampir 50 tahun lamanya, dari 1920-an hingga akhir era 1960-an, yang menetapkan kebijakan itu ada presiden dari Partai Republik, ada pula presiden dari Partai Demokrat, kedua partai ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan untuk memelihara macan merah komunis Soviet; memelihara macan merah Komunis Tiongkok juga mencapai hampir 40 tahun lamanya, terhitung sejak era tahun 1980-an hingga sekarang, yang menetapkan kebijakan itu selain Reagan dan Bush dari Partai Republik, juga ada Clinton dan Obama dari Partai Demokrat, kedua partai masih saja ikut andil dalam menentukan kebijakan memelihara macan PKT.
Dan yang mengakhiri memelihara macan merah itu, keduanya bukan presiden yang berlatar belakang politisi profesional ataupun berlatar belakang militer, melainkan Reagan yang berlatar belakang bintang film dan Trump yang berlatar belakang pengusaha.
CHENG XIAONONG
Phobia demokrasi pada negara besar partai komunis dan sasaran penaklukan global akhirnya mengakibatkan perang dingin, inilah alasan institusional yang menyebabkan negara merah besar bentrok dengan Amerika Serikat.
Akan tetapi, mengapa perang dingin AS-Uni Soviet terjadi setelah Perang Dunia-II, dan bukan sebelum PD-II? Mengapa perang dingin AS-Komunis Tiongkok terjadi pada 2020, dan bukan pada 2000? Penyebabnya adalah, mengobarkan perang dingin pun dibutuhkan kemampuan kekuatan militer, dan sebelum Perang Dunia-II kekuatan militer Uni Soviet dan kekuatan militer Partai Komunis Tiongkok (PKT) di era Mao Zedong tidak mampu melawan Amerika secara menyeluruh. Dalam sejarah modern yang telah membesarkan dua macan merah yakni Uni Soviet dan PKT berturut-turut justru adalah Amerika Serikat sendiri.
Pada akhirnya mau tidak mau Amerika harus mengeluarkan sumber daya negara yang begitu besar untuk menghadapi ancaman perang dingin dari kedua macan merah tersebut, inilah pelajaran sejarah berharga yang belum direfleksikan oleh Amerika.
1.Tanpa Bantuan Negara Besar Barat, Negara Besar Merah Tidak Akan Menjadi Ancaman
Pada abad lalu dua rezim merah yakni Komunis Tiongkok dan Uni Soviet, dibangun oleh negara besar yang terbelakang di sektor industri. Partai komunis menempuh jalur kerusuhan di dalam kota atau perang saudara untuk merebut kekuasaan, hal ini hanya bisa terjadi di negara terbelakang, karena negara yang sektor industrinya terbelakang, rasio warga petani jauh lebih besar, partai komunis berkesempatan untuk menghasut petani miskin untuk bergabung dengan Tentara Merah, setelah memiliki personel pasukan, mereka kemudian mencari cara mendapatkan senjata, sehingga baru bisa merebut kekuasaan.
Sedangkan negara-negara yang tingkat industrialisasinya lebih tinggi, rasio kaum pekerja lebih besar, tingkat pendidikan dan kualitas warga lebih baik, tidak mudah dihasut dengan revolusi bersenjata partai komunis.
Sejumlah pengikut Marxis lebih memilih mengandalkan kaum pekerja untuk menggulingkan sistem kapitalisme, tapi harapan ini selalu saja gagal, karena kaum pekerja tidak menyukai revolusi anarkis, di negara-negara industri revolusi anarkis tidak menarik.
Siklus sejarah ini menjelaskan, rezim komunis sejak awal sudah sangat rapuh, awalnya partai komunis tidak memiliki kemampuan menantang negara besar Barat, khususnya Amerika Serikat.
Pada 30 Juni 1944 Dubes AS untuk Moskow, William A. Harriman dalam telegramnya kepada Kementerian Luar Negeri mengemukakan perbincangannya dengan Stalin pada suatu kesempatan: “Stalin memuji bantuan industri Amerika bagi Uni Soviet sebelum dan selama berlangsungnya perang dunia. Ia berkata, dari seluruh industri yang dimiliki oleh Uni Soviet, sekitar dua pertiga dibangun berkat bantuan dari Amerika atau berupa dukungan teknologi.”
Sisa sepertiga teknologi industri lainnya dibangun berkat bantuan dari Jerman, Prancis, Inggris, Swedia, Italia, Denmark, Finlandia, Cekoslowakia, dan Jepang.
Pada 1973 seorang peneliti dari Hoover Institution on War, Revolution and Peace di Stanford University yakni Antony C. Sutton telah menerbitkan sebuah buku berjudul National Suicide: Military Aid to the Soviet Union. Dia menganalisa bagaimana sistem militer Uni Soviet dibangun setelah rezim Bolshevik merebut kekuasaan pada abad lalu, kesimpulannya adalah, “Seluruh sistem militer dan sipil modern milik Uni Soviet berasal dari Barat”, khususnya dari Amerika.
2.Bagaimana Uni Soviet yang miskin membangun sistem militer modern?
Sejak awal berdirinya rezim merah di Rusia, pada Juli 1927 seorang perancang senior bernama V. Ovshinsky menulis artikel di surat kabar corong Partai Komunis Soviet: “Jika di ajang pertempuran di masa mendatang, kita hanya menggunakan truk besar petani Rusia melawan mobil Amerika dan Eropa, maka dengan ungkapan ringan, akibatnya adalah kita akan mengalami kerugian tragis, dan kerugian seperti ini teknisnya adalah akibat pasti bagi posisi yang lemah. Ini jelas bukan pertahanan nasional yang sudah industrialisasi.”
Waktu itu Rusia bahkan tidak bisa membuat mobil, semua mobil yang digunakan berasal dari impor. Teknik pembuatan kendaraan dan tank Uni Soviet pada dasarnya berasal dari bantuan AS di era 1930-an. Perusahaan otomotif AS Ford pada 1930 telah merancang pabrik pembuatan mobil dan truk besar dengan kapasitas 140.000 unit yakni Gorkovsky Avtomobilny Zavod (GAZ) untuk Uni Soviet, menyediakan seluruh perlengkapan dan gambar rancang, sampai instalasi produksi di bawah pengawasan insinyur AS.
Uni Soviet awalnya menggunakan pabrik yang dibantu pembangunannya oleh Barat untuk memproduksi kendaraan militer, lalu meniru perlengkapan Barat, dan membangun pabrik yang baru, hampir 95% kendaraan militer Uni Soviet dibangun dengan cara seperti itu.
Pada era 1950-an abad lalu Uni Soviet membantu Komunis Tiongkok membangun pabrik otomotif, teknologi yang digunakan sama seperti yang diberikan oleh AS bagi Uni Soviet sebelumnya, model rancangan truk 4 ton tipe Jiefang CA-10 dan truk 2,5 ton tipe Yuejin yang diproduksi adalah persis berdasarkan gambar rancangan AS 1930.
Dari 1929 hingga 1933, AS dan Jerman bahkan membantu Uni Soviet membangun beberapa buah pabrik produksi traktor dengan roda rantai tipe besar, termasuk pabrik Leningrad, pabrik Stalingrad (sekarang Volgograd, red.), pabrik Kharkiv, pabrik Chelyabinsk. Pada saat Uni Soviet mengimpor perlengkapan teknis tersebut, dikatakan akan digunakan untuk memproduksi traktor, pada kenyataannya digunakan memproduksi kendaraan tank.
Pada akhir 1932 seorang insinyur bernama Ingram Calhoun dari perusahaan minyak dan motor kota Milwaukee melaporkan kepada pemerintah AS, bahwa pabrik Kharkiv telah mulai memproduksi 8 hingga 10 unit kendaraan tank setiap hari, produksi tank lebih diprioritaskan daripada traktor, “…
Mereka bisa menipu para wisatawan, tapi tidak bisa menipu mata seorang insinyur asing.” Namun pemerintah AS tidak menghiraukannya.
Dari 1936 hingga 1940, Amerika juga telah menyediakan instalasi perengkahan (cracking, red.) petrokimia untuk memproduksi bahan bakar aviasi atau Avtur (Avgas, red.), bahkan membantu Uni Soviet membangun seluruh kilang minyak di Volga-Ural yang dijuluki “Baku kedua” (Baku adalah provinsi minyak di Azerbaijan, red.); di saat yang sama Uni Soviet telah membangun pabrik baja paling modern di zaman itu untuk mengolah plat baja kendaraan tank, juga menyediakan instalasi lengkap bagi pabrik pipa baja tanpa sambungan untuk keperluan militer; di bidang industri penerbangan, di dekat Moskow telah dibangun pabrik pembuatan pesawat tipe besar. Perusahaan AS yang memberikan bantuan teknologi dan instalasi tersebut antara lain adalah Universal Oil Products Company, Bulger, Ramos, Petroleum Engineering Company, ARCO, McKey, Kellogg, Walt, dan lain-lain.
Contoh yang lain lagi, jauhnya jangkauan tembakan peluru dan meriam, harus memiliki pabrik kimia untuk memproduksi Kalium Karbonat (K2CO3), dan hingga 1960 Uni Soviet masih belum memiliki teknologi ini.
Kalium Karbonat digunakan untuk membuat mesiu militer berkadar tinggi, juga bisa digunakan untuk pupuk petrokimia campuran yang dipadatkan, pada 1963 perang dingin AS-Uni Soviet telah berlangsung beberapa tahun, anggota kongres AS Glenard Lipscomb menentang ekspor teknologi dan instalasi untuk memproduksi Kalium Karbonat kepada Uni Soviet, namun Kantor Pengawas Ekspor dari Kementerian Perdagangan AS menilai bahwa pupuk kimia Kalium Karbonat adalah “komoditas damai”.
Akhirnya Joy Manufacturing Company di Pittsburgh mengantongi izin untuk mengekspor peralatan memproduksi Kalium Karbonat senilai USD 10 juta kepada Uni Soviet.
3.Tidak mengantisipasi bantuan teknologi bagi Macan Merah
Komunis Soviet mengimpor sarana strategis dari teknologi Barat terbagi menjadi 4 tahap: pertama, membeli teknologi dan perlengkapan mendasar dari berbagai bidang industri berat, sebagai pondasi pengembangan industri militernya; kedua, berdasarkan apa yang dibelinya, menjiplak dan mengembangkan sistem produksi militer Uni Soviet; ketiga, seluruh proses teknologi ini digunakan untuk memproduksi senjata jenis baru; dan keempat, senjata yang dibuat digunakannya untuk melawan AS dan negara sekutunya atau negara ketiga.
Pasca terjalinnya hubungan diplomatik Tiongkok dengan AS, Komunis Tiongkok mengimpor teknologi AS juga menempuh 4 tahapan yang sama tersebut. Awalnya PKT memperbaharui teknologi awal Barat yang diimpor oleh Uni Soviet yang sudah ketinggalan zaman itu. Lalu dengan teknologi baru Barat mereka merombak sistem militer, mengisi kekosongannya; kemudian mengandalkan sistem militer menjiplak senjata baru; terakhir senjata itu digunakan untuk “unjuk otot”, di saat yang sama diekspor kepada negara yang bermusuhan dengan AS.
Yang utama dalam melandasi dasar industri Uni Soviet adalah teknologi industri dan pengetahuan ilmiah dari AS yang dimasukkan di era 1930-an. Presiden Roosevelt telah menandatangani kesepakatan dengan Uni Soviet di era 1930-an, walaupun ia melihat komunis Soviet berulang kali mengingkari janjinya, dengan mengalihkan teknik untuk kebutuhan sipil digunakan untuk mengembangkan industri militer, namun AS tetap memberikan bantuannya, dan tidak pernah berhenti. Pada awal 1930-an puluhan ribu tenaga ahli Amerika pergi ke Uni Soviet, dan membangun potensi produksi industri yang besar bagi Uni Soviet.
Bantuan teknologi seperti ini agak berkurang beberapa saat ketika Uni Soviet bekerja sama dengan Nazi Jerman dalam pencaplokan Polandia dan membagi-bagi wilayahnya; kemudian, Hitler menyerang Uni Soviet dan Uni Soviet pun menjadi sekutu Amerika, maka bantuan bagi Uni Soviet pun digalakkan kembali, tidak hanya secara langsung memasok kebutuhan perang dalam jumlah besar, juga menyediakan teknologi serta perlengkapan industri yang banyak.
Kesepakatan antara AS dan Uni Soviet waktu itu secara jelas menetapkan, sepertiga bagian dari bantuan AS itu bisa digunakan untuk pembangunan kembali pasca perang; dengan kata lain, yang bisa langsung digunakan sebagai perlengkapan militer untuk berperang adalah sebanyak dua pertiga bagian, perlengkapan teknologi untuk meningkatkan sistem industri setelah perang sebanyak sepertiga bagian.
Setelah PD-II usai, semestinya tidak perlu lagi memberikan bantuan perlengkapan perang bagi Uni Soviet, tapi pada Oktober 1945 AS kembali menandatangani kesepakatan “pipa minyak” dengan Uni Soviet, kesepakatan ini jarang diketahui orang. Berdasarkan kesepakatan itu, AS akan mengirimkan ribuan mesin khusus berikut perlengkapannya, yang akan digunakan pada divisi industri militer, itu adalah produk terbaru Amerika dari 1945 hingga 1946, jauh lebih canggih daripada perlengkapan yang dimiliki Uni Soviet pada masa itu. Bantuan seperti ini baru berhenti setelah terjadi perang dingin antara AS dengan Uni Soviet pada 1947.
Setelah itu, Uni Soviet terus mengubah trik dan taktik, untuk terus mendapatkan teknologi dari AS, dan AS sama sekali tidak membalasnya. R. Kilmax dalam bukunya “Angkatan Udara Soviet” (1962) menuliskan: “Orang Rusia dengan terus mengamati perkembangan industri aviasi dan dengan cerdik memanfaatkan metode perdagangan dan kecerobohan Barat, berhasil mendapatkan rancangan, perlengkapan dan alur produksi yang mereka inginkan. Intinya adalah secara legal membeli pesawat, mesin pendorong, kompresor, baling-baling, alat navigasi dan artileri pesawat, memperoleh teknologi dan data kinerja, memahami rancangan, produksi, metode dan kondisi uji coba, serta membeli mesin, pengencang, matras, produk setengah jadi, dan bahan baku penting. Mereka membeli hak cipta untuk memudahkan mereka memproduksi sendiri pesawat militer modern dan mesin pendorong. Di saat yang sama sejumlah ilmuwan dan insinyur Uni Soviet dikirim ke sekolah teknik terbaik Barat untuk mendapatkan pelatihan. Cara-cara Uni Soviet termasuk mengirimkan utusan dagang ke luar negeri, memasukkan pengawas dan murid magang di perusahaan asing, merekrut insinyur, teknisi, dan konsultan dari luar negeri untuk bekerja di pabrik-pabrik di Uni Soviet.”
Dengan demikian, berkat pemerintah AS tidak mewaspadai Uni Soviet, perusahaan AS pun tanpa keraguan memberikan teknologi canggihnya kepada Uni Soviet, kondisi yang sama juga terjadi pada hubungan AS dengan Komunis Tiongkok di era 1980-an. Begitulah “Macan Merah” dibesarkan oleh Amerika.
4.Dalil pelajar asing: satu lagi jalur untuk mendapatkan teknologi AS
Kemenlu AS di masa perang dingin AS-Uni Soviet sempat mempertahankan program pertukaran pelajar kedua belah pihak, di era 1980- an antara AS dengan Komunis Tiongkok juga demikian. Program seperti ini kelihatannya tidak merugikan, namun sesungguhnya adalah jalur penting bagi “Macan Merah” untuk mendapatkan pengetahuan teknologi AS, yang dapat memberikan keuntungan militer yang signifikan bagi rezim merah.
Antara 1965 hingga 1967 sebanyak 162 orang pelajar AS studi di Uni Soviet, sedangkan dari Uni Soviet sebanyak 178 orang menempuh studi di AS, namun jurusan yang dipilih pelajar kedua negara sangat berbeda. Dalam laporan pertukaran pelajar Kemenlu antara Juli hingga Desember 1964 disebutkan: “Seperti beberapa tahun sebelumnya, mayoritas pelajar Uni Soviet mengambil jurusan fisika dan proses teknologi.
Sedangkan pelajar Amerika pada dasarnya memilih jurusan sastra, sosial, dan bahasa.” Jelas Uni Soviet mengirim pelajarnya ke Amerika untuk mendapatkan hasil dari proses teknologi AS, agar dapat digunakan dalam industri militernya.
Faktanya antara Amerika dengan rezim merah tidak eksis pertukaran yang sesungguhnya. Komunis Tiongkok dan Soviet sama-sama berharap Amerika terus membuka akses perguruan tinggi dan laboratorium di bidang teknologi bagi pelajar dan sarjana tamu mereka, agar mereka bisa mendapatkan pengetahuan teknologi milik AS secara terarah, dan dibawa kembali untuk digunakan memperkuat kemampuan perangnya; namun Komunis Tiongkok dan Uni Soviet tidak mengizinkan insinyur AS menjadi pelajar tamu di lembaga riset militer mereka.
Di mata dua rezim merah tersebut, insinyur AS adalah mata-mata; sedangkan mata-mata teknologi dari Komunis Tiongkok dan Soviet bebas keluar masuk di laboratorium Amerika, pihak AS justru menganggap pertukaran akademis seperti itu adalah hal yang normal.
Komunis Tiongkok memanfaatkan keterbukaan akademi Amerika, dengan cara legal maupun ilegal, membuat pelajar etnis Tionghoa mencuri teknologi dan hak cipta serta spesimen percobaan AS, bahkan merekrut orang asli Amerika, agar mereka mau “membelot dan berpihak” pada PKT. Kegiatan mata-mata seperti ini sudah ada sejak 1990-an, “Thousand Talents Plan” perlahan berkembang menjadi besar di masa pemerintahan Obama.
Akan tetapi, beberapa presiden AS sebelumnya melihat tapi tidak memahami hal ini, hanya setelah Trump menjabat, Amerika baru menyadari, betapa aktifnya mata-mata teknologi Komunis Tiongkok di AS, oleh sebab itu program “Thousand Talents Plan” pun mulai disoroti. Tapi banyak perguruan tinggi AS dengan alasan keterbukaan akademis, justru menentang kebijakan pemerintahan Trump untuk mengantisipasi mata-mata intelijen ini.
5.Pelihara macan menuai bencana, Amerika dua kali melakukan kesalahan
Amerika telah dua kali memelihara macan menuai bencana, dua kali membesarkan rezim totaliter partai komunis, dan dua kali pula dipaksa masuk ke dalam kondisi perang dingin. Satu kali melakukan kesalahan, bisa dikatakan itu adalah kebodohan dan kecerobohan Amerika; kesalahan besar yang sama secara utuh terulang lagi kedua kalinya, ini patut direnungkan.
Mari kita membahas menutrisi macan merah Uni Soviet ini, intinya bukan ekspor teknologi dan senjata oleh AS kepada Uni Soviet di masa PD-II, melainkan bantuan teknologi kepada Uni Soviet sebelum dan sesudah perang.
Tindakan AS memelihara macan merah Uni Soviet telah dimulai tak lama pasca Bolshevik membangun rezimnya; seusai PD-II antara AS dengan Uni Soviet pun meletus perang dingin, Amerika masih tetap memberikan kerjasama teknologi bagi Uni Soviet. Bisa dikatakan, kemampuan perang dingin Uni Soviet didapatnya berkat disuapi oleh Amerika.
Setelah Amerika melakukan kesalahan memelihara macan merah Uni Soviet, Presiden Nixon mulai mengetatkan pengawasan teknologi bagi Uni Soviet, sampai masa pemerintahan Ronald Reagan, memelihara macan merah Uni Soviet ini pada dasarnya sudah berhenti total. Tapi di saat Nixon menutup gerbang “memelihara macan Siberia” itu, di sisi lain justru kembali merangkul “macan timur”.
Sejak akhir 1970-an Amerika mulai membuka gerbang- nya lebar-lebar bagi Komunis Tiongkok, dan memasuki tahap kedua kali memelihara macan merah yang lain, hingga tahun ini Trump sepenuhnya menutup gerbang memelihara macan merah Komunis Tiongkok.
Abad lalu Amerika mulai memelihara macan merah komunis Soviet sejak 1920-an, hingga dimulainya perang dingin, mencapai 20 tahun lamanya; sejak dimulainya perang dingin sampai ditutupnya gerbang memelihara macan merah komunis Soviet, kurun waktunya juga 20 tahun lebih.
Apakah AS telah mendapatkan pelajaran itu? AS telah berhenti memelihara macan merah ini, tapi justru mulai memelihara macan merah PKT. AS memelihara macan merah komunis Soviet mencapai hampir 50 tahun lamanya, dari 1920-an hingga akhir era 1960-an, yang menetapkan kebijakan itu ada presiden dari Partai Republik, ada pula presiden dari Partai Demokrat, kedua partai ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan untuk memelihara macan merah komunis Soviet; memelihara macan merah Komunis Tiongkok juga mencapai hampir 40 tahun lamanya, terhitung sejak era tahun 1980-an hingga sekarang, yang menetapkan kebijakan itu selain Reagan dan Bush dari Partai Republik, juga ada Clinton dan Obama dari Partai Demokrat, kedua partai masih saja ikut andil dalam menentukan kebijakan memelihara macan PKT.
Dan yang mengakhiri memelihara macan merah itu, keduanya bukan presiden yang berlatar belakang politisi profesional ataupun berlatar belakang militer, melainkan Reagan yang berlatar belakang bintang film dan Trump yang berlatar belakang pengusaha.
Begitu AS menghentikan kebijakan memelihara macan merah tersebut, maka ancaman macan merah terhadap Amerika pun akan semakin mengecil; mereka harus mengandalkan kemampuan sendiri untuk memperbesar kemampuan militer dan persiapan perang, pasti tidak akan mampu, pada akhirnya mereka hanya akan menjadi pecundang dalam perang dingin. (et/sud/sun)
Phobia demokrasi pada negara besar partai komunis dan sasaran penaklukan global akhirnya mengakibatkan perang dingin, inilah alasan institusional yang menyebabkan negara merah besar bentrok dengan Amerika Serikat.
Akan tetapi, mengapa perang dingin AS-Uni Soviet terjadi setelah Perang Dunia-II, dan bukan sebelum PD-II? Mengapa perang dingin AS-Komunis Tiongkok terjadi pada 2020, dan bukan pada 2000? Penyebabnya adalah, mengobarkan perang dingin pun dibutuhkan kemampuan kekuatan militer, dan sebelum Perang Dunia-II kekuatan militer Uni Soviet dan kekuatan militer Partai Komunis Tiongkok (PKT) di era Mao Zedong tidak mampu melawan Amerika secara menyeluruh. Dalam sejarah modern yang telah membesarkan dua macan merah yakni Uni Soviet dan PKT berturut-turut justru adalah Amerika Serikat sendiri.
Pada akhirnya mau tidak mau Amerika harus mengeluarkan sumber daya negara yang begitu besar untuk menghadapi ancaman perang dingin dari kedua macan merah tersebut, inilah pelajaran sejarah berharga yang belum direfleksikan oleh Amerika.
1.Tanpa Bantuan Negara Besar Barat, Negara Besar Merah Tidak Akan Menjadi Ancaman
Pada abad lalu dua rezim merah yakni Komunis Tiongkok dan Uni Soviet, dibangun oleh negara besar yang terbelakang di sektor industri. Partai komunis menempuh jalur kerusuhan di dalam kota atau perang saudara untuk merebut kekuasaan, hal ini hanya bisa terjadi di negara terbelakang, karena negara yang sektor industrinya terbelakang, rasio warga petani jauh lebih besar, partai komunis berkesempatan untuk menghasut petani miskin untuk bergabung dengan Tentara Merah, setelah memiliki personel pasukan, mereka kemudian mencari cara mendapatkan senjata, sehingga baru bisa merebut kekuasaan.
Sedangkan negara-negara yang tingkat industrialisasinya lebih tinggi, rasio kaum pekerja lebih besar, tingkat pendidikan dan kualitas warga lebih baik, tidak mudah dihasut dengan revolusi bersenjata partai komunis.
Sejumlah pengikut Marxis lebih memilih mengandalkan kaum pekerja untuk menggulingkan sistem kapitalisme, tapi harapan ini selalu saja gagal, karena kaum pekerja tidak menyukai revolusi anarkis, di negara-negara industri revolusi anarkis tidak menarik.
Siklus sejarah ini menjelaskan, rezim komunis sejak awal sudah sangat rapuh, awalnya partai komunis tidak memiliki kemampuan menantang negara besar Barat, khususnya Amerika Serikat.
Pada 30 Juni 1944 Dubes AS untuk Moskow, William A. Harriman dalam telegramnya kepada Kementerian Luar Negeri mengemukakan perbincangannya dengan Stalin pada suatu kesempatan: “Stalin memuji bantuan industri Amerika bagi Uni Soviet sebelum dan selama berlangsungnya perang dunia. Ia berkata, dari seluruh industri yang dimiliki oleh Uni Soviet, sekitar dua pertiga dibangun berkat bantuan dari Amerika atau berupa dukungan teknologi.”
Sisa sepertiga teknologi industri lainnya dibangun berkat bantuan dari Jerman, Prancis, Inggris, Swedia, Italia, Denmark, Finlandia, Cekoslowakia, dan Jepang.
Pada 1973 seorang peneliti dari Hoover Institution on War, Revolution and Peace di Stanford University yakni Antony C. Sutton telah menerbitkan sebuah buku berjudul National Suicide: Military Aid to the Soviet Union. Dia menganalisa bagaimana sistem militer Uni Soviet dibangun setelah rezim Bolshevik merebut kekuasaan pada abad lalu, kesimpulannya adalah, “Seluruh sistem militer dan sipil modern milik Uni Soviet berasal dari Barat”, khususnya dari Amerika.
2.Bagaimana Uni Soviet yang miskin membangun sistem militer modern?
Sejak awal berdirinya rezim merah di Rusia, pada Juli 1927 seorang perancang senior bernama V. Ovshinsky menulis artikel di surat kabar corong Partai Komunis Soviet: “Jika di ajang pertempuran di masa mendatang, kita hanya menggunakan truk besar petani Rusia melawan mobil Amerika dan Eropa, maka dengan ungkapan ringan, akibatnya adalah kita akan mengalami kerugian tragis, dan kerugian seperti ini teknisnya adalah akibat pasti bagi posisi yang lemah. Ini jelas bukan pertahanan nasional yang sudah industrialisasi.”
Waktu itu Rusia bahkan tidak bisa membuat mobil, semua mobil yang digunakan berasal dari impor. Teknik pembuatan kendaraan dan tank Uni Soviet pada dasarnya berasal dari bantuan AS di era 1930-an. Perusahaan otomotif AS Ford pada 1930 telah merancang pabrik pembuatan mobil dan truk besar dengan kapasitas 140.000 unit yakni Gorkovsky Avtomobilny Zavod (GAZ) untuk Uni Soviet, menyediakan seluruh perlengkapan dan gambar rancang, sampai instalasi produksi di bawah pengawasan insinyur AS.
Uni Soviet awalnya menggunakan pabrik yang dibantu pembangunannya oleh Barat untuk memproduksi kendaraan militer, lalu meniru perlengkapan Barat, dan membangun pabrik yang baru, hampir 95% kendaraan militer Uni Soviet dibangun dengan cara seperti itu.
Pada era 1950-an abad lalu Uni Soviet membantu Komunis Tiongkok membangun pabrik otomotif, teknologi yang digunakan sama seperti yang diberikan oleh AS bagi Uni Soviet sebelumnya, model rancangan truk 4 ton tipe Jiefang CA-10 dan truk 2,5 ton tipe Yuejin yang diproduksi adalah persis berdasarkan gambar rancangan AS 1930.
Dari 1929 hingga 1933, AS dan Jerman bahkan membantu Uni Soviet membangun beberapa buah pabrik produksi traktor dengan roda rantai tipe besar, termasuk pabrik Leningrad, pabrik Stalingrad (sekarang Volgograd, red.), pabrik Kharkiv, pabrik Chelyabinsk. Pada saat Uni Soviet mengimpor perlengkapan teknis tersebut, dikatakan akan digunakan untuk memproduksi traktor, pada kenyataannya digunakan memproduksi kendaraan tank.
Pada akhir 1932 seorang insinyur bernama Ingram Calhoun dari perusahaan minyak dan motor kota Milwaukee melaporkan kepada pemerintah AS, bahwa pabrik Kharkiv telah mulai memproduksi 8 hingga 10 unit kendaraan tank setiap hari, produksi tank lebih diprioritaskan daripada traktor, “…
Mereka bisa menipu para wisatawan, tapi tidak bisa menipu mata seorang insinyur asing.” Namun pemerintah AS tidak menghiraukannya.
Dari 1936 hingga 1940, Amerika juga telah menyediakan instalasi perengkahan (cracking, red.) petrokimia untuk memproduksi bahan bakar aviasi atau Avtur (Avgas, red.), bahkan membantu Uni Soviet membangun seluruh kilang minyak di Volga-Ural yang dijuluki “Baku kedua” (Baku adalah provinsi minyak di Azerbaijan, red.); di saat yang sama Uni Soviet telah membangun pabrik baja paling modern di zaman itu untuk mengolah plat baja kendaraan tank, juga menyediakan instalasi lengkap bagi pabrik pipa baja tanpa sambungan untuk keperluan militer; di bidang industri penerbangan, di dekat Moskow telah dibangun pabrik pembuatan pesawat tipe besar. Perusahaan AS yang memberikan bantuan teknologi dan instalasi tersebut antara lain adalah Universal Oil Products Company, Bulger, Ramos, Petroleum Engineering Company, ARCO, McKey, Kellogg, Walt, dan lain-lain.
Contoh yang lain lagi, jauhnya jangkauan tembakan peluru dan meriam, harus memiliki pabrik kimia untuk memproduksi Kalium Karbonat (K2CO3), dan hingga 1960 Uni Soviet masih belum memiliki teknologi ini.
Kalium Karbonat digunakan untuk membuat mesiu militer berkadar tinggi, juga bisa digunakan untuk pupuk petrokimia campuran yang dipadatkan, pada 1963 perang dingin AS-Uni Soviet telah berlangsung beberapa tahun, anggota kongres AS Glenard Lipscomb menentang ekspor teknologi dan instalasi untuk memproduksi Kalium Karbonat kepada Uni Soviet, namun Kantor Pengawas Ekspor dari Kementerian Perdagangan AS menilai bahwa pupuk kimia Kalium Karbonat adalah “komoditas damai”.
Akhirnya Joy Manufacturing Company di Pittsburgh mengantongi izin untuk mengekspor peralatan memproduksi Kalium Karbonat senilai USD 10 juta kepada Uni Soviet.
3.Tidak mengantisipasi bantuan teknologi bagi Macan Merah
Komunis Soviet mengimpor sarana strategis dari teknologi Barat terbagi menjadi 4 tahap: pertama, membeli teknologi dan perlengkapan mendasar dari berbagai bidang industri berat, sebagai pondasi pengembangan industri militernya; kedua, berdasarkan apa yang dibelinya, menjiplak dan mengembangkan sistem produksi militer Uni Soviet; ketiga, seluruh proses teknologi ini digunakan untuk memproduksi senjata jenis baru; dan keempat, senjata yang dibuat digunakannya untuk melawan AS dan negara sekutunya atau negara ketiga.
Pasca terjalinnya hubungan diplomatik Tiongkok dengan AS, Komunis Tiongkok mengimpor teknologi AS juga menempuh 4 tahapan yang sama tersebut. Awalnya PKT memperbaharui teknologi awal Barat yang diimpor oleh Uni Soviet yang sudah ketinggalan zaman itu. Lalu dengan teknologi baru Barat mereka merombak sistem militer, mengisi kekosongannya; kemudian mengandalkan sistem militer menjiplak senjata baru; terakhir senjata itu digunakan untuk “unjuk otot”, di saat yang sama diekspor kepada negara yang bermusuhan dengan AS.
Yang utama dalam melandasi dasar industri Uni Soviet adalah teknologi industri dan pengetahuan ilmiah dari AS yang dimasukkan di era 1930-an. Presiden Roosevelt telah menandatangani kesepakatan dengan Uni Soviet di era 1930-an, walaupun ia melihat komunis Soviet berulang kali mengingkari janjinya, dengan mengalihkan teknik untuk kebutuhan sipil digunakan untuk mengembangkan industri militer, namun AS tetap memberikan bantuannya, dan tidak pernah berhenti. Pada awal 1930-an puluhan ribu tenaga ahli Amerika pergi ke Uni Soviet, dan membangun potensi produksi industri yang besar bagi Uni Soviet.
Bantuan teknologi seperti ini agak berkurang beberapa saat ketika Uni Soviet bekerja sama dengan Nazi Jerman dalam pencaplokan Polandia dan membagi-bagi wilayahnya; kemudian, Hitler menyerang Uni Soviet dan Uni Soviet pun menjadi sekutu Amerika, maka bantuan bagi Uni Soviet pun digalakkan kembali, tidak hanya secara langsung memasok kebutuhan perang dalam jumlah besar, juga menyediakan teknologi serta perlengkapan industri yang banyak.
Kesepakatan antara AS dan Uni Soviet waktu itu secara jelas menetapkan, sepertiga bagian dari bantuan AS itu bisa digunakan untuk pembangunan kembali pasca perang; dengan kata lain, yang bisa langsung digunakan sebagai perlengkapan militer untuk berperang adalah sebanyak dua pertiga bagian, perlengkapan teknologi untuk meningkatkan sistem industri setelah perang sebanyak sepertiga bagian.
Setelah PD-II usai, semestinya tidak perlu lagi memberikan bantuan perlengkapan perang bagi Uni Soviet, tapi pada Oktober 1945 AS kembali menandatangani kesepakatan “pipa minyak” dengan Uni Soviet, kesepakatan ini jarang diketahui orang. Berdasarkan kesepakatan itu, AS akan mengirimkan ribuan mesin khusus berikut perlengkapannya, yang akan digunakan pada divisi industri militer, itu adalah produk terbaru Amerika dari 1945 hingga 1946, jauh lebih canggih daripada perlengkapan yang dimiliki Uni Soviet pada masa itu. Bantuan seperti ini baru berhenti setelah terjadi perang dingin antara AS dengan Uni Soviet pada 1947.
Setelah itu, Uni Soviet terus mengubah trik dan taktik, untuk terus mendapatkan teknologi dari AS, dan AS sama sekali tidak membalasnya. R. Kilmax dalam bukunya “Angkatan Udara Soviet” (1962) menuliskan: “Orang Rusia dengan terus mengamati perkembangan industri aviasi dan dengan cerdik memanfaatkan metode perdagangan dan kecerobohan Barat, berhasil mendapatkan rancangan, perlengkapan dan alur produksi yang mereka inginkan. Intinya adalah secara legal membeli pesawat, mesin pendorong, kompresor, baling-baling, alat navigasi dan artileri pesawat, memperoleh teknologi dan data kinerja, memahami rancangan, produksi, metode dan kondisi uji coba, serta membeli mesin, pengencang, matras, produk setengah jadi, dan bahan baku penting. Mereka membeli hak cipta untuk memudahkan mereka memproduksi sendiri pesawat militer modern dan mesin pendorong. Di saat yang sama sejumlah ilmuwan dan insinyur Uni Soviet dikirim ke sekolah teknik terbaik Barat untuk mendapatkan pelatihan. Cara-cara Uni Soviet termasuk mengirimkan utusan dagang ke luar negeri, memasukkan pengawas dan murid magang di perusahaan asing, merekrut insinyur, teknisi, dan konsultan dari luar negeri untuk bekerja di pabrik-pabrik di Uni Soviet.”
Dengan demikian, berkat pemerintah AS tidak mewaspadai Uni Soviet, perusahaan AS pun tanpa keraguan memberikan teknologi canggihnya kepada Uni Soviet, kondisi yang sama juga terjadi pada hubungan AS dengan Komunis Tiongkok di era 1980-an. Begitulah “Macan Merah” dibesarkan oleh Amerika.
4.Dalil pelajar asing: satu lagi jalur untuk mendapatkan teknologi AS
Kemenlu AS di masa perang dingin AS-Uni Soviet sempat mempertahankan program pertukaran pelajar kedua belah pihak, di era 1980- an antara AS dengan Komunis Tiongkok juga demikian. Program seperti ini kelihatannya tidak merugikan, namun sesungguhnya adalah jalur penting bagi “Macan Merah” untuk mendapatkan pengetahuan teknologi AS, yang dapat memberikan keuntungan militer yang signifikan bagi rezim merah.
Antara 1965 hingga 1967 sebanyak 162 orang pelajar AS studi di Uni Soviet, sedangkan dari Uni Soviet sebanyak 178 orang menempuh studi di AS, namun jurusan yang dipilih pelajar kedua negara sangat berbeda. Dalam laporan pertukaran pelajar Kemenlu antara Juli hingga Desember 1964 disebutkan: “Seperti beberapa tahun sebelumnya, mayoritas pelajar Uni Soviet mengambil jurusan fisika dan proses teknologi.
Sedangkan pelajar Amerika pada dasarnya memilih jurusan sastra, sosial, dan bahasa.” Jelas Uni Soviet mengirim pelajarnya ke Amerika untuk mendapatkan hasil dari proses teknologi AS, agar dapat digunakan dalam industri militernya.
Faktanya antara Amerika dengan rezim merah tidak eksis pertukaran yang sesungguhnya. Komunis Tiongkok dan Soviet sama-sama berharap Amerika terus membuka akses perguruan tinggi dan laboratorium di bidang teknologi bagi pelajar dan sarjana tamu mereka, agar mereka bisa mendapatkan pengetahuan teknologi milik AS secara terarah, dan dibawa kembali untuk digunakan memperkuat kemampuan perangnya; namun Komunis Tiongkok dan Uni Soviet tidak mengizinkan insinyur AS menjadi pelajar tamu di lembaga riset militer mereka.
Di mata dua rezim merah tersebut, insinyur AS adalah mata-mata; sedangkan mata-mata teknologi dari Komunis Tiongkok dan Soviet bebas keluar masuk di laboratorium Amerika, pihak AS justru menganggap pertukaran akademis seperti itu adalah hal yang normal.
Komunis Tiongkok memanfaatkan keterbukaan akademi Amerika, dengan cara legal maupun ilegal, membuat pelajar etnis Tionghoa mencuri teknologi dan hak cipta serta spesimen percobaan AS, bahkan merekrut orang asli Amerika, agar mereka mau “membelot dan berpihak” pada PKT. Kegiatan mata-mata seperti ini sudah ada sejak 1990-an, “Thousand Talents Plan” perlahan berkembang menjadi besar di masa pemerintahan Obama.
Akan tetapi, beberapa presiden AS sebelumnya melihat tapi tidak memahami hal ini, hanya setelah Trump menjabat, Amerika baru menyadari, betapa aktifnya mata-mata teknologi Komunis Tiongkok di AS, oleh sebab itu program “Thousand Talents Plan” pun mulai disoroti. Tapi banyak perguruan tinggi AS dengan alasan keterbukaan akademis, justru menentang kebijakan pemerintahan Trump untuk mengantisipasi mata-mata intelijen ini.
5.Pelihara macan menuai bencana, Amerika dua kali melakukan kesalahan
Amerika telah dua kali memelihara macan menuai bencana, dua kali membesarkan rezim totaliter partai komunis, dan dua kali pula dipaksa masuk ke dalam kondisi perang dingin. Satu kali melakukan kesalahan, bisa dikatakan itu adalah kebodohan dan kecerobohan Amerika; kesalahan besar yang sama secara utuh terulang lagi kedua kalinya, ini patut direnungkan.
Mari kita membahas menutrisi macan merah Uni Soviet ini, intinya bukan ekspor teknologi dan senjata oleh AS kepada Uni Soviet di masa PD-II, melainkan bantuan teknologi kepada Uni Soviet sebelum dan sesudah perang.
Tindakan AS memelihara macan merah Uni Soviet telah dimulai tak lama pasca Bolshevik membangun rezimnya; seusai PD-II antara AS dengan Uni Soviet pun meletus perang dingin, Amerika masih tetap memberikan kerjasama teknologi bagi Uni Soviet. Bisa dikatakan, kemampuan perang dingin Uni Soviet didapatnya berkat disuapi oleh Amerika.
Setelah Amerika melakukan kesalahan memelihara macan merah Uni Soviet, Presiden Nixon mulai mengetatkan pengawasan teknologi bagi Uni Soviet, sampai masa pemerintahan Ronald Reagan, memelihara macan merah Uni Soviet ini pada dasarnya sudah berhenti total. Tapi di saat Nixon menutup gerbang “memelihara macan Siberia” itu, di sisi lain justru kembali merangkul “macan timur”.
Sejak akhir 1970-an Amerika mulai membuka gerbang- nya lebar-lebar bagi Komunis Tiongkok, dan memasuki tahap kedua kali memelihara macan merah yang lain, hingga tahun ini Trump sepenuhnya menutup gerbang memelihara macan merah Komunis Tiongkok.
Abad lalu Amerika mulai memelihara macan merah komunis Soviet sejak 1920-an, hingga dimulainya perang dingin, mencapai 20 tahun lamanya; sejak dimulainya perang dingin sampai ditutupnya gerbang memelihara macan merah komunis Soviet, kurun waktunya juga 20 tahun lebih.
Apakah AS telah mendapatkan pelajaran itu? AS telah berhenti memelihara macan merah ini, tapi justru mulai memelihara macan merah PKT. AS memelihara macan merah komunis Soviet mencapai hampir 50 tahun lamanya, dari 1920-an hingga akhir era 1960-an, yang menetapkan kebijakan itu ada presiden dari Partai Republik, ada pula presiden dari Partai Demokrat, kedua partai ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan untuk memelihara macan merah komunis Soviet; memelihara macan merah Komunis Tiongkok juga mencapai hampir 40 tahun lamanya, terhitung sejak era tahun 1980-an hingga sekarang, yang menetapkan kebijakan itu selain Reagan dan Bush dari Partai Republik, juga ada Clinton dan Obama dari Partai Demokrat, kedua partai masih saja ikut andil dalam menentukan kebijakan memelihara macan PKT.
Dan yang mengakhiri memelihara macan merah itu, keduanya bukan presiden yang berlatar belakang politisi profesional ataupun berlatar belakang militer, melainkan Reagan yang berlatar belakang bintang film dan Trump yang berlatar belakang pengusaha.
Begitu AS menghentikan kebijakan memelihara macan merah tersebut, maka ancaman macan merah terhadap Amerika pun akan semakin mengecil; mereka harus mengandalkan kemampuan sendiri untuk memperbesar kemampuan militer dan persiapan perang, pasti tidak akan mampu, pada akhirnya mereka hanya akan menjadi pecundang dalam perang dingin. (et/sud/sun)
0 comments