Pihak Tiongkok Umumkan akan Mengimpor 100 Juta Vaksin Buatan Jerman Tahun 2021

 

Ilustrasi


Epochtimes.com

Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech dan Pfizer pada November 2020 mengumumkan bahwa analisis data sementara tahap ketiga dari vaksin mRNA (messenger ribonucleic acid) yang dikembangkan bersama oleh mereka, menunjukkan bahwa vaksin tersebut (BNT162b2) memiliki efek perlindungan terhadap penularan virus komunis Tiongkok hingga 90%. Angka itu lebih tinggi dari 50% yang disyaratkan oleh Food and Drug Administration AS.

BNT162b2 adalah vaksin virus komunis Tiongkok (COVID-19) pertama di dunia yang mempublikasikan data klinis tahap ke-3. Vaksin tersebut telah memulai uji klinis tahap ke-3 pada awal bulan Agustus tahun ini. Data saat ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari dosis kedua vaksin tersebut dapat mencapai lebih dari 90% setelah 7 hari vaksinasi.

Saat ini, vaksin BioNTech dan Pfizer telah memperoleh lisensi penggunaan darurat di Amerika Serikat, Inggris dan negara lain.

‘Jiemian News’ memberitakan bahwa Shanghai Fosun Pharmaceutical Co., Ltd., telah mengantongi lisensi untuk mendistribusikan vaksin BioNTech dan Pfizer ke pasar Tiongkok. Konon kedua pihak telah menandatangani perjanjian kerja sama terkait pada bulan Maret tahun ini.

Reuters dan media asing lainnya melaporkan bahwa, pernyataan dari Shanghai Fosun yang ditujukan kepada Bursa Efek Hongkong pada 16 Desember menyebutkan bahwa, BioNTech akan memasok tidak kurang dari 100 juta ampul vaksin kepada Tiongkok pada tahun 2021. Untuk itu, Shanghai Fosun perlu membayar 250 juta EURO untuk batch pertama dari 50 juta ampul.

Saat ini terdapat 4 jenis vaksin buatan Tiongkok yang sedang dalam pengujian klinis tahap akhir. Namun, Kementerian Kesehatan Peru pada 12 Desember menyatakan, bahwa karena seorang relawan mereka memiliki masalah kesehatan, sementara menghentikan uji klinis terhadap vaksin yang dilemahkan dari Sinofarm.

Menurut Wall Street Journal, Dr. Germán Málaga, seorang peneliti dari Universidad Peruana Cayetano Heredia di Peru yang melakukan uji coba vaksin mengatakan bahwa, seorang relawan berusia 64 tahun mengalami komplikasi berupa gejala neurologis yang mempengaruhi kekuatan kaki, sehingga gerakannya terganggu.

Di daratan Tiongkok, lebih dari satu juta orang penduduk telah mendapatkan vaksinasi yang diproduksi dalam negeri, tetapi hanya sedikit berita tentang efektivitasnya yang beredar.

Beberapa penduduk Beijing, Shanghai dan tempat-tempat lain memberitahu kepada reporter ‘Radio Free Asia’ bahwa mereka belum pernah mendengar tentang vaksinasi, tetapi mereka mengutarakan kekhawatiran untuk menggunakan vaksin buatan Tiongkok, karena kualitasnya, sehingga bermaksud menolak vaksinasi.

Manajemen vaksin di daratan Tiongkok tidak rapi bahkan cenderung kacau. Dalam dekade terakhir ribuan anak jatuh sakit, cacat bahkan meninggal dunia setelah mendapat vaksinasi buatan dalam negeri. Misalnya pada insiden vaksin Shanxi tahun 2007, hampir 100 orang anak terluka atau tewas. Pada tahun 2018, pada insiden vaksin DPT Changsheng Biotech, terdapat 250.000 ampul vaksin yang mutunya diragukan beredar di pasar daratan Tiongkok. (et/sin/sun)

0 comments