Mantan Hakim Ungkap di Balik Kisah Teror Pemilu AS
Gambar menunjukkan mantan Hakim Wisconsin James Troupis berbicara di sidang Senat pada 16 Desember. (Gambar Jim Lo Scalzo-Pool / Getty) |
James Troupis, mantan hakim di Wisconsin baru-baru ini menyatakan bahwa intimidasi sayap kiri telah menghalangi dunia profesi hukum untuk mendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pengacara serta hakim takut untuk menerima dan mendengarkan kasus penipuan pemilu Amerika Serikat 2020.
Pada 16 Desember, waktu Timur Amerika Serikat, Troupis mengatakan kepada anggota kongres yang hadir pada sidang kecurangan pemilu dari Komite Urusan Keamanan Dalam Negeri dan Pemerintah Senat.
“Ini adalah fakta yang nyata dan menyedihkan,” kata Troupis.
Troupis saat ini mewakili tim Trump dalam menangani urusan hukum terkait kecurangan pemilu di Wisconsin. Pada sidang tersebut, beberapa saksi bersaksi tentang insiden penipuan pemilu skala besar di beberapa negara bagian yang disengketakan.
Sebagai saksi, Troupis mengungkapkan dalam persidangan bahwa banyak firma hukum ternama yang tidak mau mengikuti proses pemilu karena takut akan pembalasan dari sayap kiri.
Dalam kasus ini, dia memutuskan untuk bergabung dan menantang hasil pemilu atas nama kampanye Trump.
“Salah satu alasan saya dipanggil adalah karena hampir semua firma hukum besar di negeri ini dan kota ini menolak untuk mewakili Presiden,” kata Troupis.
Menurut Troupis itu bukan karena klaimnya tidak memiliki dasar hukum, tetapi karena lingkungan yang diciptakan oleh sayap kiri mengintimidasi pengacara dan mencegah mereka mendukung Trump.
“Sebagai mantan hakim, saya sangat marah tentang ini,” ujarnya.
Sejak tim pengacara Trump memulai proses hukum, banyak pengacara dari tim Trump telah menerima ancaman pembunuhan dan terpaksa mundur. Pengacara Linda Kern terpaksa menerima perlindungan resmi setelah menerima ancaman berbahaya, dan akhirnya dipaksa untuk menarik diri dari kasus di Pennsylvania.
Linda Kern mengungkapkan pada November bahwa dia telah mengalami pelecehan terus-menerus. Pelecehan berupa email yang kasar, panggilan telepon, ancaman fisik dan keuangan, dan bahkan dituduh pengkhianatan negara. Semua karena d mewakili gugatan tim kampanye presiden Amerika Serikat. Jenna Ellis, penasihat hukum tim kampanye Trump, juga mengungkapkan bahwa dia menerima banyak panggilan telepon dan ancaman lainnya, bahkan ada yang mengancam keselamatan pribadinya.
Dalam sebuah wawancara dengan Breitbart News pada 25 November lalu, Ellis mengatakan bahwa dia telah menerima ratusan pesan dan pesan pribadi yang mengancam. Beberapa bersifat publik, seperti mengancam untuk mendiskualifikasi dia sebagai pengacara dan mendorong orang untuk mengajukan pengaduan terhadapnya. Sementara ancaman lain lebih langsung dan kasar.
Firma hukum Porter Wright Morris & Arthur yang disewa oleh tim Trump juga terpaksa menarik diri dari gugatan tersebut. Perusahaan itu mengatakan setidaknya satu pengacara mengundurkan diri karena tekanan dari organisasi anti-Trump, yang menyebabkan perselisihan internal.
Lin Wood dan Barrister Powell, yang berjuang bersama tim Trump, juga dilecehkan oleh sayap kiri dan bahkan diancam akan dibunuh.
Lin Wood baru-baru ini menyampaikan berita di Twitter bahwa dua hakim Mahkamah Agung korup dan menentang skandal pemilihan kembali Trump. Secara terbuka meminta kedua hakim itu untuk mengundurkan diri.
“Saya mengungkapkan kebenaran buruk tentang Mahkamah Agung hari ini. Saya tahu saya akan diserang atau bahkan lebih buruk, tetapi saya mencintai negara dan kebebasan saya, dan kita semua harus menghadapi kebenaran,” kata Lin Wood.
Lin Wood juga mengeluarkan pernyataan bahwa dia tidak akan pernah bunuh diri.
“Saya tidak akan bunuh diri, saya memiliki keamanan, dan ada banyak orang baik yang melindungi saya,” kata Lin Wood.
Tidak hanya pengacara dan hakim yang diancam, tetapi saksi yang keluar untuk bersaksi juga dilecehkan dan bahkan diserang secara pribadi oleh kaum sayap kiri.
Dalam wawancara dengan Fox News pada 1 Desember, pengacara Sidney Powell mengatakan bahwa beberapa saksi terancam kehilangan pekerjaan. Bahkan nyawa mereka terancam dan satu saksi telah dipukuli dan dirawat di rumah sakit.
“Ancaman dan intimidasi memiliki berbagai efek pada mereka yang melapor.” kata Powell.
Di bawah ancaman dan hambatan dari sayap kiri, tuntutan hukum untuk kecurangan pemilu menjadi sulit, dan banyak kasus telah ditolak oleh hakim. Namun, pengacara tim Trump, Pengacara Rudy Giuliani dan Ellis, serta pengacara litigasi pihak ketiga, terus mendorong tantangan hukum terkait kecurangan pemilu.
Dalam wawancara dengan grup media The Epoch Times, Ellis mengatakan bahwa pertempuran belum berakhir dan soal pemilu masih melanjutkan proses hukum.
Dalam wawancara dengan Newsmax pada 16 Desember, Ellis mengatakan bahwa apapun yang terjadi pada 6 Januari tahun depan, tim hukum Trump akan terus berjuang dan memulai proses hukum terhadap hasil pemilihan presiden 2020.
“Sebagai orang Amerika, kita harus memastikan bahwa situasi kecurangan pemilu tidak akan pernah terjadi lagi. Kita harus memastikan bahwa integritas pemilu yang diserukan oleh Presiden Trump diterapkan. Ini adalah arah yang harus terus kita kerjakan dengan keras,” kata Ellis.
“Jadi, jangan pernah menyerah dalam perjuangan. Kami bangga bahwa kami adalah orang Amerika. Kami ingin memastikan pemilihan yang bebas dan adil. Setiap suara yang sah harus dihitung. Ini tidak boleh menjadi posisi yang kontroversial,” tambah Ellis. (et/hui/sun)
0 comments