Pilpres AS mempunyai arti penting bagi Indonesia, karena AS adalah mitra dagang Indonesia terbesar kedua setelah Tiongkok. (EPOCHTIMES) |
Yang terpenting adalah Indonesia dapat beradaptasi dan memaksimalkan kerja sama dengan Pemerintah AS.
WAN JAYA
Tak bisa dipungkiri Pilpres AS mempunyai arti yang penting bagi Indonesia, karena AS adalah mitra dagang Indonesia terbesar kedua setelah Tiongkok. Diyakini bahwa masing-masing kandidat mempunyai implikasi pada kepentingan dalam negeri Indonesia. Paling tidak, ada 3 pandangan tentang mana yang terbaik dan paling menguntungkan dari sudut pandang kepentingan Indonesia.
Pertama, Trump lebih menguntungkan Indonesia, Kedua, Biden lebih menguntungkan dan membawa kestabilan, dan ketiga, Siapapun POTUS-nya bagi Indonesia adalah sama saja, tergantung bagaimana Indonesia menyikapinya.
Mewakili kelompok pertama, adalah ekonom senior Faisal Basri, yang berpendapat bahwa Indonesia akan diuntungkan jika Donald Trump kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Sebaliknya, jika Joe Biden yang terpilih, Indonesia akan terkena dampaknya. Kebijakan Joe Biden dalam urusan bilateral akan lebih rumit ketimbang Trump. “Jadi (Partai) Demokrat itu kalau mau ngasih banyak banget syaratnya, human rights lah, itu lah. Kalau partai Republik ini kerjanya (memberikan) stimulus, cetak uang, sehingga dolar AS turun, merosot, rupiahnya menguat tanpa kita usaha,” kata Faisal. Menurut Faisal, karakteristik presi-den yang diusung Partai Demokrat akan menekan defi sit dan menaikkan pajak bagi orang kaya di Amerika Serikat, dengan begitu, ekonomi negeri Paman Sam itu akan lebih kuat lagi. “Artinya strength dolar AS karena defisit-nya turun. Nah akibatnya rupiahnya melemah. Jadi faktor eksternalnya yang bersifat heksogen itu dari AS very unfortunate.” Menurut Faisal, fakta selanjutnya, jika presiden AS berasal dari Partai Demokrat, maka ekonomi Indonesia akan terganggu. Hal tersebut pernah terjadi pada 1998 lalu.
“Ingat tidak ketika Pak Soeharto jatuh? Itu kan presidennya Partai Demokrat. Nah, kalau Republik yang penting bisnis, perusahaan minyaknya diminta dikasih fasilitas, freeportnya jangan diganggu, yang gitu-gitu dan GSP dikasih.”
Senada dengan Faisal Basri, Anggota DPR komisi I dari Partai Nasdem, Muhammad Farhan juga berpendapat jika Donald Trump menang maka Indonesia akan mendapat keuntungan besar. Dari segi ekonomi, Indonesia disebut sangat “seksi” bagi Presiden Donald Trump. “Sangat istimewa karena secara pribadi dia juga punya investasi di Indonesia. Kalau dihitung pragmatisnya Indonesia sangat diuntungkan apabila Trump menang lagi.”
Farhan memaparkan keuntungan lain bagi Indonesia selama kepemimpinan Donald Trump 4 tahun ke belakang. “Dengan sentimen anti Tiongkoknya, Donald Trump dan pemerintah Amerika Serikat betul-betul berusaha keras untuk memikat hati pemerintah Republik Indonesia. Pada saat bersamaan, salah satu yang dilakukannya adalah dengan memberikan visa masuk Menteri Pertahanan Prabowo, saya kira itu tidak akan pernah terjadi kalau di bawah kepemimpinan pemerintahan Obama,” lanjutnya.
Mewakili pandangan kedua bahwa Biden terbaik buat Indonesia, adalah Ekonomi dari Center of Reform on Economic (Core), Piter Abdullah yang berpendapat bahwa Biden lebih menjanjikan kepastian, sementara selama periode Trump, pasar keuangan global gonjang-ganjing karena kebijakannya ekstrem. Menurutnya pelaku pasar keuangan global membutuhkan ketenangan dan kepastian karena tensi perang dagang diperkirakan akan menurun, atau bahkan diakhiri jika Biden memenangkan Pilpres AS. Dengan kondisi itu, lanjut dia, diperkirakan akan memberikan angin segar bagi pelaku keuangan global dan jangka pendeknya, memunculkan eforia yang mendorong aliran modal mengalir ke negara berkembang. “Indonesia bisa mendapatkan manfaat di sana, kepastian perang dagang, berkurangnya konfl ik, ketegangan antar-wilayah itu memperbaiki aliran modal ke Indonesia,” ucapnya seperti dilansir Antara.
Mewakili pandangan ketiga, siapapun POTUS-nya bagi Indonesia adalah sama saja, tergantung bagaimana Indonesia menyikapinya. Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, siapa pun pemenang Pilpres Amerika Serikat 2020, Indonesia tidak akan terdampak langsung. Baik Donald Trump atau Joe Biden yang kelak menjadi pemimpin Negeri Paman Sam (AS), situasi perpolitikan Tanah Air akan tetap sama. “Dampak langsungnya tidak ada. Karena begini, kita ini Indonesia ini kan nanti berhubungan dengan Amerika Serikat, bukan dengan presiden dari mana, dari (Partai) Demokrat atau dari (Partai) Republik,” kata Hikmahanto kepada Kompas. com, Rabu (4/11).
Menurut Hikmahanto, yang justru harus dilakukan Indonesia adalah beradaptasi dengan siapa pun pemenang Pilpres AS, bukan menakar untung rugi potensi kemenangan calon. Ia mengatakan, Trump dan Biden sejatinya hanya berbeda gaya. Biden yang berasal dari Partai Demokrat, dinilai lebih mengedepankan persoalan hak asasi manusia (HAM). Oleh karenanya, jika Biden terpilih, Indonesia harus dapat memaksimalkan jalinan relasi dalam bidang tersebut. Sementara, jika Trump yang keluar sebagai pemenang, maka, di bawah kepemimpinan Partai Republik, AS akan lebih fokus melawan terorisme. “Jadi bagaimana kita bisa memaksimalkan keinginan Amerika, perang melawan terorisme misalnya saja dengan kita harus bisa membeli suku cadang atau alat-alat militer dari Amerika Serikat,” ujar Hikmahanto.
Terkait hubungan pemerintah AS dengan Tiongkok, Hikmahanto memprediksi tak akan terjadi banyak perubahan sekalipun Pilpres AS dimenangkan oleh Joe Biden. “Siapa pun yang jadi presiden itu enggak ada masalah, yang penting mereka tahu bahwa Tiongkok itu menjadi kekhawatiran mereka, jangan sampai negara-negara seperti Indonesia itu jatuh ke tangannya Tiongkok,” tegasnya. (et/sun)
0 comments