Bandara Shanghai Terjadi Kekacauan Saat Infeksi Baru Dilaporkan di Tiongkok

 

Penumpang yang mengenakan masker tiba di Bandara Internasional Pudong di Shanghai pada 29 September 2020. (Hector Retama / AFP via Getty Images)


Kekacauan pada malam hari terjadi di bandara internasional Shanghai, setelah tiba-tiba petugas memerintahkan tes COVID-19 di seluruh bandara itu. Pengumuman yang tidak terduga itu juga berubah menjadi perang kata-kata di media sosial Tiongkok, karena para netizen memperdebatkan tindakan pemerintahan Komunis Tiongkok.

Pada tanggal 22 November 2020, Komisi Kesehatan Shanghai melaporkan dua kasus COVID-19 yang ditularkan setempat di Bandara Internasional Pudong, di kota Shanghai.

Kasus COVID-19 pertama melibatkan seorang pria bermarga Cao yang berusia 46 tahun, yang merupakan rekan kerja pria lain yang terinfeksi bernama Wu. Wu dinyatakan positif menderita COVID-19 pada tanggal 20 November 2020. Kasus kedua melibatkan seorang wanita bermarga Zhang yang berusia 30 tahun, yang merupakan istri dari pekerja bandara lain yang dinyatakan positif menderita COVID-19 pada 21 November 2020.

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Partai Komunis Tiongkok, umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru. Virus tersebut pertama kali muncul di Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, di tengah Tiongkok, pada akhir tahun 2019.

Di tengah pengakuan pemerintahan komunis Tiongkok terhadap infeksi baru tersebut, otoritas bandara menetapkan situs tes sementara di tempat parkir bandara pada hari Minggu malam.

Menurut video yang diunggah ke media sosial Tiongkok, Weibo, yang setara dengan Twitter, terjadi kekacauan di dalam bandara tersebut. Dalam satu video, petugas bandara dengan mengenakan hazmat berupaya menahan kerumunan besar yang berupaya meninggalkan bandara itu. Dalam video lain, seorang pria jatuh ke lantai setelah dipaksa menunggu berjam-jam di bandara itu untuk sebuah tes.

Seorang penduduk Shanghai bermarga Zhang memberitahukan kepada The Epoch berbahasa Mandarin, bahwa saat bandara tersebut ditutup pada hari Minggu malam untuk memungkinkan pejabat kesehatan untuk melakukan tes besar-besaran.

Menurut media yang dikelola pemerintahan Tiongkok, banyak penerbangan menuju Bandara Internasional Pudong dibatalkan pada hari Minggu malam.

Zhang menambahkan bahwa ia curiga pihak berwenang setempat mengambil tindakan setegas itu di bandara tersebut, karena mereka tahu bahwa jika mereka tidak melakukan tes tersebut, penularan setempat yang ditakuti cenderung akan menyebar ke luar Shanghai.

Sekitar pukul 9 pagi waktu setempat pada tanggal 4 November 2020, otoritas Komunis Tiongkok di Pudong, distrik Shanghai, tempat bandara itu berada, mengumumkan di Weibo bahwa pejabat kesehatan telah mengumpulkan sampel biologis dari lebih dari 15.000 staf bandara itu.

Adegan kacau di dalam bandara itu tidak terlihat di media pemerintahan komunis Tiongkok yang diunggah kemudian menunjukkan orang-orang dalam antrian teratur menunggu untuk dites.

Di Weibo, seorang warga Beijing menulis postingan yang menyerukan kepada netizen Tiongkok untuk menghapus foto dan video “buruk” atas apa yang terjadi di bandara itu. Permintaannya itu ditanggapi oleh amarah dari netizen lainnya.

Seorang netizen mempertanyakan apa perlunya menghapus file-file ini, mengatakan bahwa file-file ini menunjukkan betapa kacau balaunya bandara itu pada hari Minggu malam dan bagaimana pemerintah daerah melakukan pekerjaan yang buruk.

Netizen lain dari Jian, distrik lain di Shanghai, dengan sinis bertanya apakah penduduk Beijing adalah bagian media pemerintah.

Seorang netizen dari Huangpu, distrik lain di Shanghai, menulis klaim postingan mengenai bagaimana tes COVID-19 yang sedang berlangsung di bandara tersebut dilakukan dengan tertib.

Posting tersebut juga mendapat tanggapan marah, di mana satu netizen mengatakan bagaimana komentarnya adalah “salinan kaku” dari media pemerintah Tiongkok, dan mengkritik jurnalis warga karena bertindak sebagai corong bagi otoritas komunis Tiongkok.

Setidaknya, ada lima kasus infeksi di Bandara Internasional Pudong sejak pejabat kesehatan setempat melaporkan kasus pertama pada tanggal 9 November 2020.

Di tempat lain di Tiongkok

Infeksi virus Partai Komunis Tiongkok baru juga telah dilaporkan di luar Shanghai.

Pada tanggal 21 November, Komisi Kesehatan Tianjin melaporkan lima kasus yang ditularkan secara lokal. Sehari sebelumnya, Komisi Kesehatan Tianjin mengumumkan bahwa, pihaknya akan menghabiskan waktu dua hingga tiga hari yang akan datang untuk melakukan tes untuk semua warga di Daerah Baru Binhai untuk penyakit COVID-19.

New Era Binhai memiliki 2,99 juta penduduk pada bulan Mei 2019, menurut statistik pemerintah Tianjin.

Menurut media pemerintah Xinhua, lebih dari 2,2 juta penduduk Binahi dites untuk virus tersebut pada jam 7 malam waktu setempat pada tanggal 22 November, dan sekitar 1 juta penduduk Binahi dipastikan negatif.

Pada tanggal 20 November, seorang anggota staf di Hotel Internasional Yilan yang berlokasi di Binhai memberitahukan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin, bahwa rumah sakit itu tidak buka untuk pemesanan, dan kamar hotel semuanya digunakan oleh pejabat kesehatan.

Tes massal dilakukan, setelah pejabat kesehatan setempat melaporkan empat kasus infeksi pada tanggal 19 November di sebuah komunitas yang terletak di distrik Pelabuhan Dongjiang, yang terletak di New Era Binhai.

Menurut media pemerintah, kelas-kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri, Sekolah Dasar, dan Taman Kanak-Kanak segera ditangguhkan.

Rumah Sakit Teda Tianjin, yang merawat salah satu dari empat pasien yang terinfeksi kemudian ditutup, menurut media pemerintah Tiongkok.

Seorang wanita pekerja restoran, yang menolak menyebutkan namanya, memastikan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin, bahwa rumah sakit telah ditutup sejak 8 sore waktu setempat pada tanggal 19 November 2020. Restoran ini berada tepat di seberang Rumah Sakit Teda Tianjin.

Ia menambahkan bahwa restoran tetap buka untuk bisnis, tetapi hampir tidak punya pelanggan. Tes massal juga baru-baru ini dilakukan di Keqiao, sebuah distrik yang terletak di kota Zhejiang, Provinsi Shaoxing, setelah seorang pria berusia 35 tahun yang sebelumnya di-tes dengan hasil negatif untuk virus tersebut dipastikan terinfeksi virus itu.

Pria asal India itu tiba bersama dua anggota keluarga lainnya di Wuhan pada tanggal 30 Oktober, menurut pejabat Shaoxing. Setelah menghabiskan dua minggu di karantina yang diwajibkan, ketiga orang tersebut meninggalkan karantina setelah pengujian negatif untuk virus itu.

Pada tanggal 20 November, pria tersebut dinyatakan positif menderita virus itu saat berada di Keqiao. Segera, petugas kesehatan memerintahkan tes massal untuk warga di komunitas tempat pria itu tinggal. Keesokan harinya, petugas kesehatan Shaoxing melaporkan di akun resmi Weibo-nya bahwa 5.210 orang diuji, di mana diklaim tidak ada yang terinfeksi virus tersebut.

Di Weibo, ada diskusi yang mempertanyakan hasil tes massal, mengatakan bahwa virus tersebut kemungkinan besar telah menyebar secara setempat, mengingat bahwa pria asal India tersebut menghadiri pesta setempat.

https://bit.ly/33ajpFO

0 comments