YU CHEN
Bagi kebanyakan orang, begitu menyinggung soal hegemonisme atau hegemoni internasional, yang pertama terbayang pasti adalah Amerika Serikat. Dalam pemahaman yang didoktrinkan kepada mereka adalah betapa AS sangat sangat arogan, bagaimana AS menindas negara lain, memprovokasi konflik dimana-mana, itu adalah sebuah hegemoni internasional. Ada yang bahkan hampir setiap hari mengutuk AS, seolah segala hal yang tidak baik di suatu negara atau bahkan dunia, pasti adalah bersumber dari Amerika. Para Xiao Fen Hong (selanjutnya disingkat XFH yakni sebutan untuk fans cilik pendukung komunisme di daratan Tiongkok, Red.) yang ribut di internet adalah salah satu dari perwakilan kelompok ini. Pemikiran mereka menyerupai sebuah lingkaran yang tertutup, selalu berputar di sepanjang rel yang telah baku, sulit untuk berubah.
Apakah AS benar-benar merupakan negara hegemonisme seperti yang dipahami para FXH itu? Sebelum memperjelas masalah ini, mari kita ketahui terlebih dulu apa itu hegemonisme sebenarnya. Yang dimaksud dengan hegemonisme adalah, sebuah rezim dengan keunggulan kekuatan militer atau finansialnya memerintah negara lain secara arogan, melakukan tekanan dan pengendalian politik, ekonomi atau budaya, bahkan menggulingkan rezim tersebut. Mencocokkan definisi yang disebut di atas dengan kondisi AS, kita temukan dalam hal tertentu AS memang memiliki ciri khas hegemoni semacam itu. Lalu apakah AS merupakan negara hegemonisme? Dengan pemahaman penulis, bisa ya bisa tidak.
Dikatakan demikian, karena dari sudut pandang sejarah, hegemoni di dunia ada dua jenis, yang pertama adalah hegemoni raja, yang kedua adalah hegemoni brutal.
Yang dimaksud dengan hegemoni raja, adalah berkriteria moralitas atau keadilan, yang akan menaklukkan dan membinasakan negara yang tidak bermoral. Pembinasaan di sini bukan pembinasaan terhadap rakyat atau bangsa lain, melainkan membinasakan rezim negara yang tidak bermoral tersebut, membinasakan penguasa diktatornya.
Yang kedua adalah hegemoni brutal, yang bertujuan meraup keuntungan, yang menindas dan merampas negara lain. Caranya dengan menggandeng penguasanya untuk memperbudak rakyatnya, ada juga yang membunuh pemimpinnya untuk menguasai negaranya, atau dengan mendukung rezim boneka untuk kemudian merampas sumber daya negaranya secara tidak langsung.
Kedua hegemoni ini sama-sama didukung oleh kekuatan militer, tapi yang pertama atas dasar kemanusiaan, dan yang kedua atas dasar anti-moralitas, sifat keduanya sama sekali berbeda.
Dalam sejarah Tiongkok, Lima Hegemoni (Five Hegemons, red.) pada periode Chun-Qiu (baca: chuen-jiu, red, Spring and Autumn period, 771SM - 476 SM) adalah contoh tipikal hegemoni raja, konsep hegemoni mereka adalah “hormati raja ganyang pemberontak”, siapa pun yang tidak menghormati Putra Langit (Dinasti) Zhou maka akan ditumpas, barang siapa yang mendukung suku barbar maka akan ditumpas. Lima hegemoni di masa Chun-Qiu telah menjaga ketertiban seluruh negeri di masa itu, telah menjalankan fungsinya sebagai polisi internasional.
Ketika Lima Hegemoni lenyap, Putra Langit Zhou pun melemah, kelompok-kelompok aristokrat dalam negeri pun kehilangan kendali, berubah menjadi kacau balau. Tiongkok pun mulai memasuki periode Negara Perang (Warring States period, 475SM - 221SM), korban berjatuhan di seluruh negeri, negara yang kuat menindas yang lemah, peperangan dan invasi berkepanjangan, terjadilah tragedi yang tak terbatas di tengah manusia.
Contoh tipikal rezim hegemoni brutal adalah negara imperial Merah Uni Soviet pada abad lalu. Negara perampok tersebut memanfaatkan peluang pada PD-II, menggulingkan banyak negara berkuasa lainnya, gen politik sesatnya yang Merah itu ditanamkan secara paksa terhadap negara-negara yang dikuasainya, sehingga membentuk kubu komunis internasional yang sangat besar untuk melawan dunia bebas. Uni Soviet pun serta merta menjadi ketua gengster di kubu ini, melakukan penindasan dan pemusnahan kejam terhadap rakyat negara lain. Merampas sumber dayanya dalam jumlah besar, siapa pun yang menentang akan dihantam, dan yang paling menderita adalah Tiongkok, hingga kini bekas racun itu masih saja membekas. Setiap hegemoni brutal seperti ini juga menindas kejam rakyatnya sendiri, dan menerapkan kekuasaan jahat.
Dari sini bisa disimpulkan, pada hegemoni raja siapa pun yang tidak menaati keadilan maka akan dihukum, sedangkan hegemoni brutal akan menghantam siapa pun yang tidak tunduk padanya. Hegemoni raja menaklukkan kejahatan dengan kekuatan, sedangkan hegemoni brutal menindas orang/negara lain dengan kekerasan.
Setelah memahami perbedaan antara hegemoni raja dengan hegemoni brutal tersebut, mari kita kembali ke persoalan di atas, apakah sebenarnya Amerika Serikat merupakan hegemonisme? Menurut penulis itu benar, tapi bukan hegemoni brutal seperti yang dipahami oleh para XFH, melainkan adalah hegemoni raja yang menegakkan keadilan. Hegemonisme yang tidak menakutkan, kuncinya terletak pada melindungi keadilan, atau menggulingkan keadilan.
Walaupun para XFH mengatakan bahwa Amerika adalah negara hegemoni, tapi tidak pernahkah mereka berpikir bahwa mengapa rezim yang ditumpas oleh AS adalah rezim jahat, diktator, atau teroris. Mengapa AS menghukum rezim penjahat yang menindas HAM? Karena Amerika adalah hegemoni raja, adalah negara yang dibangun atas dasar kebebasan dan HAM, melindungi warga yang ditindas oleh diktator jahat adalah misi negara Amerika, patung Liberty yang berdiri tegak adalah simbol negara Amerika. Sebagai negara penguasa militer, ekonomi, dan teknologi, adalah yang membuat AS mampu melindungi perdamaian dan kemakmuran dunia dengan baik, memiliki hegemoni seperti ini adalah keberuntungan dunia.
Jika AS merupakan hegemoni brutal yang menindas negara lain seperti yang dipahami para XFH, maka dunia hari ini tidak akan seperti sekarang ini. Di dunia ini banyak negara yang tidak tunduk kepada Amerika, mengapa Amerika tidak menghantam mereka? Tetangga AS yakni Kanada dan Meksiko, adalah negara yang lebih lemah, juga kaya akan sumber daya alam, mengapa Amerika tidak menindas mereka? Venezuela di Amerika Selatan merupakan penghasil minyak bumi nomor satu di dunia, mengapa AS tidak merampasnya? Jepang dan Jerman adalah musuh AS pada PD-II, dan setelah rezim jahat kedua negara ini dimusnahkan, bukankah keduanya kini telah kembali menjadi negara kuat di dunia? Bahkan terhadap rezim diktator atau teroris yang menindas rakyatnya, AS masih menghormatinya dengan tata krama setelah itu baru menggunakan kekuatan militer, memberikan kesempatan baginya untuk berubah menjadi baik.
Melihat kembali PKT yang sekarang melanjutkan jejak pemerintahan Uni Soviet, adalah hegemoni brutal sejati yang menghimpun segenap kejahatan dalam dirinya. Di daratan Tiongkok yang dikuasai langsung oleh PKT, PKT ibarat hewan merah buas yang bertampang bengis, dan ekstrim arogan. Seluruh negeri hanya satu partainya sendiri yang boleh eksis, seluruh warga hanya boleh percaya pada komunisme mereka saja, seluruh negeri hanya mereka yang diperbolehkan memiliki penyambung lidah, seluruh negeri hanya mereka yang boleh menyusun buku pelajaran, tanah seluruh negeri adalah milik PKT, sumber daya seluruh negeri adalah milik PKT. Siapa pun yang ingin ditangkap akan ditangkapnya, siapa pun yang ingin dimusnahkan akan dimusnahkannya. Siapa yang hendak dijadikan pemimpin oleh PKT, maka orang itu akan menjadi pemimpin yang agung. Apa yang dikatakan PKT merupakan prinsip kebenaran maka jadilah itu sebagai prinsip kebenaran. PKT mencanangkan keluarga berencana, akibatnya ratusan juta janin digugurkan; PKT melakukan gerakan Lompatan Besar, akibatnya puluhan juta rakyat mati kelaparan.
Walaupun sekarang PKT tidak mampu menjadi hegemoni dunia, tapi PKT yang memiliki sedikit uang sudah bertingkah kaya mendadak dan merajalela di seluruh dunia, dimana-mana memamerkan tingkah laku arogannya. Di seluruh dunia siapa pun yang berani mengkritik PKT, siapa pun akan dikecamnya dengan seluruh media massa negara, mengerahkan seluruh kekuatan negara untuk memaksanya meminta maaf. Terhadap negara kecil sekeliling yang dapat dijangkau senjatanya, PKT mendominasi dan menindasnya dengan ancaman dan memberi sedikit keuntungan. Terhadap negara yang belum dapat dijangkau senjatanya maka PKT menggunakan cara ekonomi menindas lawan. Lihat saja perusahaan besar yang ada di Amerika, seperti NBA, Hollywood dan sejenisnya, telah bertekuk lutut di hadapan PKT, mereka berani mencaci maki Presiden AS, berani mengutuk pemerintah AS yang notabene adalah pemerintah mereka sendiri, tapi terhadap rezim PKT malahan tidak berani berkata apa pun.
Rezim hegemoni brutal seperti PKT dan Uni Soviet, tidak hanya menindas negara lain, namun juga menyuntikkan revolusi, mendoktrinkan korupsi, menanamkan kejahatan, membuat seluruh dunia berdarah dan tidak tenang. Dan AS tidak hanya memberikan bantuan dana pengembangan yang besar bagi negara-negara miskin tersebut, tapi juga menyebarkan konsep kebebasan dan demokrasi, membuat pemahaman HAM sebagai anugerah Tuhan tertanam secara mendalam di hati setiap manusia. Negara-negara yang mau menerima konsep Amerika sebagian besar telah bertumbuh perekonomiannya, rakyatnya pun hidup makmur. Sementara negara yang dekat dengan PKT dan Uni Soviet, akan semakin lama semakin miskin, walaupun tadinya kaya, perlahan juga akan terjadi korupsi di mana-mana, rakyat dan negara menjadi miskin. Dari sini juga bisa terlihat perbedaan antara hegemoni AS dengan hegemoni PKT.
Seandainya hari ini PKT dan AS bertukar posisi, menjadi negara terkuat di dunia, maka seluruh dunia akan menjadi dunia iblis Merah. Warga seluruh dunia mungkin akan dipaksa mengatakan “hidup komunisme”, surat kabar seluruh dunia akan menjadi penyambung lidah partai komunis, lukisan Xi Jinping mungkin akan dipajang di gereja di Vatikan, dan tak terhitung banyaknya budak akan meneriakkan hidup Xi Jinping. Kata-kata seperti kebebasan, demokrasi, HAM dan sejenisnya akan dihapus dari kamus, bumi akan menjadi hutan yang penuh dengan binatang buas komunis yang dikuasai PKT. Pada saat itu mungkin PKT pun akan berpikir bagaimana “membebaskan” sistem tata surya, tapi apakah mereka memiliki takdir seperti itu?
Dan yang paling konyol dan menyedihkan adalah para XFH itu, mereka sehari-harinya mengutuk hegemoni AS, dengan caci maki yang begitu sengit dan mulut berbusa bertebaran, tapi tidak berani sekali pun berkata tidak pada PKT yang memperbudak mereka. Ketika rumah mereka digusur paksa, dan hak mereka telah diinjak-injak dan dirampas, saat harga diri mereka telah dilecehkan oleh PKT, saat mereka setiap hari mengkonsumsi makanan beracun dan minyak bekas, apakah pernah terpikir segala penderitaan tersebut bukan disebabkan oleh negara imperium Amerika, melainkan akibat partai yang dijunjungnya, yang telah mengkhianatinya tapi masih saja mereka puja. (et/sud/sun)
0 comments