2.000 Orang Telah Divaksinasi Virus PKT, Meski Vaksin Belum Selesai Uji Coba Klinis
Surat Kabar Tiongkok Ungkap “Perjanjian Kerahasiaan” Penerima Vaksin
Sungguh tidak dapat dipertanggungjawabkan memperkenalkan vaksin tanpa melalui uji coba Fase Tiga. Anda bahkan tidak mengetahui apakah vaksin ini akan menghancurkan tubuh manusia.
- DR. SEAN LIN Mantan ahli virus di Institut Penelitian Angkatan Darat Amerika Serikat
Media yang dikelola pemerintahan komunis Tiongkok pada 18 Agustus lalu melaporkan bahwa China National Pharmaceutical Group milik Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah berhasil mengembangkan vaksin virus PKT (virus corona Wuhan). Vaksin itu diharapkan akan diperkenalkan di pasar pada akhir Desember tahun ini di mana setiap tahunnya akan diproduksi lebih dari 200 juta dosis vaksin.
Media yang dikelola pemerintah itu juga mengatakan bahwa pada Mei lalu, Partai Komunis Tiongkok mulai memvaksinasi lebih dari sekitar 2.000 orang, bahkan sebelum uji klinis fase ketiga diselesaikan.
Pada 14 Agustus 2020 lalu, sebuah surat kabar Tiongkok, 21st Century Business Herald, mengutip seorang penjual di sebuah perusahaan bahwa banyak karyawan di perusahaan tempat ia bekerja telah menerima vaksin tersebut dan semuanya telah menandatangani “perjanjian kerahasiaan”.
Biaya untuk vaksin tersebut adalah 1.000 yuan atau sekitar hampir Rp 2,2 juta, telah dibayarkan oleh perusahaan tempat ia bekerja.
Mantan ahli virus di Institut Penelitian Angkatan Darat Amerika Serikat, Dr. Sean Lin, memberikan analisisnya. Menurutnya, biasanya ada tiga fase uji klinis obat. Fase Satu dan Fase Dua hanya menguji keamanan dasar obat dan keberadaan imunogenisitas dasar. Soal apakah vaksin tertentu cukup melindungi untuk menahan tantangan sebuah virus yang hidup harus ditentukan dalam uji coba Fase Tiga.
“Sungguh tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk memperkenalkan vaksin tanpa melalui uji coba Fase Tiga. Anda bahkan tidak mengetahui apakah vaksin ini akan menghancurkan tubuh manusia. Anda tidak mengetahui apakah ada reaksi yang serius atau tidak diharapkan yang tidak diperlihatkan dalam Fase Satu dan Fase Dua. Adalah terlalu berisiko, sungguh mengabaikan hidup manusia,” ujar Dr. Lin.
Sehubungan dengan “perjanjian kerahasiaan” Partai Komunis Tiongkok yang ditandatangani oleh para ahli vaksin, Tang Jingyuan, seorang komentator mengenai masalah terkini yang berada di Amerika Serikat, mengindikasikan bahwa tujuannya adalah untuk merahasiakan keadaan yang sebenarnya mengenai vaksin ini.
Keadaan itu mencakup vaksinasi yang terperinci, efek samping beracun, keadaan antibodi yang diproduksi oleh ahli vaksin, dan lamanya keawetan antibodi.
Tang Jingyuan, menilai bahwa pada kenyataannya, Partai Komunis Tiongkok memaksa mereka untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan untuk mencegah terungkapnya skandal bila vaksin itu tidak berhasil.
Hal itu akan menjadi pukulan telak bagi kredibilitas vaksin Partai Komunis Tiongkok. Sebenarnya, vaksin ini adalah satu-satunya sumber daya untuk menyelamatkan Partai Komunis Tiongkok dari isolasi politik, jadi Partai Komunis Tiongkok harus berhasil dalam kasus vaksin ini.
Menurut laporan oleh AFP Tiongkok, Ramu Nico Management MCC Limited adalah anak perusahaan korporasi kelompok metalurgi Tiongkok menyatakan kepada pemerintah Papua Nugini bahwa 48 staf Tiongkok di perusahaan tersebut telah divaksin di Tiongkok. Adalah normal bagi mereka untuk diuji apakah positif terinfeksi virus tersebut, karena mereka telah menerima sebuah vaksin, bukan karena mereka terinfeksi.
David Manning, Komisaris Polisi dan Pengawas Keadaan Darurat Papua Nugini menunjukkan bahwa para pekerja Tiongkok yang menerima sebuah vaksin ilegal dan bermutu di bawah standar akan menimbulkan sebuah bahaya kesehatan masyarakat. Akibatnya David Manning melarang para pekerja Tiongkok memasuki Papua Nugini dan mengirim balik para pekerja Tiongkok tersebut dengan pesawat.
David Manning juga segera meminta Partai Komunis Tiongkok agar segera menjelaskan klaim kemungkinan uji positif terhadap virus tersebut.
Kini Partai Komunis Tiongkok berupaya untuk memanfaatkan dan menciptakan sebuah keadaan yang dihadapi untuk memperoleh legitimasi guna vaksin itu. Partai Komunis Tiongkok juga ingin mendapatkan keuntungan cara de facto ini untuk memaksa negaranegara mengenali legitimasi vaksin Partai Komunis Tiongkok.
Untuk menyuap negara-negara yang memiliki kepentingan strategis yang menguntungkan dan untuk meningkatkan sikap globalnya, Partai Komunis Tiongkok menggunakan vaksin sebagai alat diplomatik.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok berjanji memberikan akses dan prioritas dini vaksin tersebut ke Filipina, Brazil, Indonesia, dan Pakistan. Negara-negara ini akan menerima lebih dari 100 juta dosis vaksin. Partai Komunis Tiongkok juga berjanji pada Maroko dan Kenya bahwa segera setelah vaksin digunakan, Partai Komunis Tiongkok bersedia memimpin untuk memberi manfaat bagi negara-negara Afrika dan mendukung negara-negara tersebut dalam perang melawan wabah.
Tiongkok melakukan hal ini untuk alasan politik, terutama karena diplomasi masker Partai Komunis Tiongkok gagal dan Partai Komunis Tiongkok dituduh menyebarkan virus tersebut ke seluruh dunia oleh masyarakat internasional. Itulah alasannya mengapa kini Partai Komunis Tiongkok nekad menemukan sebuah platform untuk diplomasi vaksin.
Tang Jingyuan menunjukkan bahwa pada kenyataannya negara-negara ini, kritis terhadap upaya diplomasi Partai Komunis Tiongkok dan sangat penting sehingga Partai Komunis Tiongkok harus memenangkan hati negara-negara ini.
Tujuan sebenarnya dari pemberian vaksin bukanlah untuk menyelamatkan nyawa orang-orang di negara-negara tersebut, tetapi untuk menyuap negara-negara itu sehingga Partai Komunis Tiongkok pada akhirnya dapat mengendalikannya.
Tang Jingyuan percaya bahwa keinginan Partai Komunis Tiongkok untuk sukses dan kegagalan Partai Komunis Tiongkok untuk menghargai kehidupan pada akhirnya dapat menjadi bumerang. Membuat vaksin yang dikembangkan Partai Komunis Tiongkok kehilangan kredibilitas, seperti bagaimana peralatan dan bahan pelindung pribadi yang diekspor Partai Komunis Tiongkok telah kehilangan kredibilitas, dan akhirnya diplomasi vaksin yang pernah diandalkan Partai Komunis Tiongkok menjadi sebuah kegagalan. (et/viv/sun)
Media yang dikelola pemerintah itu juga mengatakan bahwa pada Mei lalu, Partai Komunis Tiongkok mulai memvaksinasi lebih dari sekitar 2.000 orang, bahkan sebelum uji klinis fase ketiga diselesaikan.
Pada 14 Agustus 2020 lalu, sebuah surat kabar Tiongkok, 21st Century Business Herald, mengutip seorang penjual di sebuah perusahaan bahwa banyak karyawan di perusahaan tempat ia bekerja telah menerima vaksin tersebut dan semuanya telah menandatangani “perjanjian kerahasiaan”.
Biaya untuk vaksin tersebut adalah 1.000 yuan atau sekitar hampir Rp 2,2 juta, telah dibayarkan oleh perusahaan tempat ia bekerja.
Mantan ahli virus di Institut Penelitian Angkatan Darat Amerika Serikat, Dr. Sean Lin, memberikan analisisnya. Menurutnya, biasanya ada tiga fase uji klinis obat. Fase Satu dan Fase Dua hanya menguji keamanan dasar obat dan keberadaan imunogenisitas dasar. Soal apakah vaksin tertentu cukup melindungi untuk menahan tantangan sebuah virus yang hidup harus ditentukan dalam uji coba Fase Tiga.
“Sungguh tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk memperkenalkan vaksin tanpa melalui uji coba Fase Tiga. Anda bahkan tidak mengetahui apakah vaksin ini akan menghancurkan tubuh manusia. Anda tidak mengetahui apakah ada reaksi yang serius atau tidak diharapkan yang tidak diperlihatkan dalam Fase Satu dan Fase Dua. Adalah terlalu berisiko, sungguh mengabaikan hidup manusia,” ujar Dr. Lin.
Sehubungan dengan “perjanjian kerahasiaan” Partai Komunis Tiongkok yang ditandatangani oleh para ahli vaksin, Tang Jingyuan, seorang komentator mengenai masalah terkini yang berada di Amerika Serikat, mengindikasikan bahwa tujuannya adalah untuk merahasiakan keadaan yang sebenarnya mengenai vaksin ini.
Keadaan itu mencakup vaksinasi yang terperinci, efek samping beracun, keadaan antibodi yang diproduksi oleh ahli vaksin, dan lamanya keawetan antibodi.
Tang Jingyuan, menilai bahwa pada kenyataannya, Partai Komunis Tiongkok memaksa mereka untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan untuk mencegah terungkapnya skandal bila vaksin itu tidak berhasil.
Hal itu akan menjadi pukulan telak bagi kredibilitas vaksin Partai Komunis Tiongkok. Sebenarnya, vaksin ini adalah satu-satunya sumber daya untuk menyelamatkan Partai Komunis Tiongkok dari isolasi politik, jadi Partai Komunis Tiongkok harus berhasil dalam kasus vaksin ini.
Menurut laporan oleh AFP Tiongkok, Ramu Nico Management MCC Limited adalah anak perusahaan korporasi kelompok metalurgi Tiongkok menyatakan kepada pemerintah Papua Nugini bahwa 48 staf Tiongkok di perusahaan tersebut telah divaksin di Tiongkok. Adalah normal bagi mereka untuk diuji apakah positif terinfeksi virus tersebut, karena mereka telah menerima sebuah vaksin, bukan karena mereka terinfeksi.
David Manning, Komisaris Polisi dan Pengawas Keadaan Darurat Papua Nugini menunjukkan bahwa para pekerja Tiongkok yang menerima sebuah vaksin ilegal dan bermutu di bawah standar akan menimbulkan sebuah bahaya kesehatan masyarakat. Akibatnya David Manning melarang para pekerja Tiongkok memasuki Papua Nugini dan mengirim balik para pekerja Tiongkok tersebut dengan pesawat.
David Manning juga segera meminta Partai Komunis Tiongkok agar segera menjelaskan klaim kemungkinan uji positif terhadap virus tersebut.
Kini Partai Komunis Tiongkok berupaya untuk memanfaatkan dan menciptakan sebuah keadaan yang dihadapi untuk memperoleh legitimasi guna vaksin itu. Partai Komunis Tiongkok juga ingin mendapatkan keuntungan cara de facto ini untuk memaksa negaranegara mengenali legitimasi vaksin Partai Komunis Tiongkok.
Untuk menyuap negara-negara yang memiliki kepentingan strategis yang menguntungkan dan untuk meningkatkan sikap globalnya, Partai Komunis Tiongkok menggunakan vaksin sebagai alat diplomatik.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok berjanji memberikan akses dan prioritas dini vaksin tersebut ke Filipina, Brazil, Indonesia, dan Pakistan. Negara-negara ini akan menerima lebih dari 100 juta dosis vaksin. Partai Komunis Tiongkok juga berjanji pada Maroko dan Kenya bahwa segera setelah vaksin digunakan, Partai Komunis Tiongkok bersedia memimpin untuk memberi manfaat bagi negara-negara Afrika dan mendukung negara-negara tersebut dalam perang melawan wabah.
Tiongkok melakukan hal ini untuk alasan politik, terutama karena diplomasi masker Partai Komunis Tiongkok gagal dan Partai Komunis Tiongkok dituduh menyebarkan virus tersebut ke seluruh dunia oleh masyarakat internasional. Itulah alasannya mengapa kini Partai Komunis Tiongkok nekad menemukan sebuah platform untuk diplomasi vaksin.
Tang Jingyuan menunjukkan bahwa pada kenyataannya negara-negara ini, kritis terhadap upaya diplomasi Partai Komunis Tiongkok dan sangat penting sehingga Partai Komunis Tiongkok harus memenangkan hati negara-negara ini.
Tujuan sebenarnya dari pemberian vaksin bukanlah untuk menyelamatkan nyawa orang-orang di negara-negara tersebut, tetapi untuk menyuap negara-negara itu sehingga Partai Komunis Tiongkok pada akhirnya dapat mengendalikannya.
Tang Jingyuan percaya bahwa keinginan Partai Komunis Tiongkok untuk sukses dan kegagalan Partai Komunis Tiongkok untuk menghargai kehidupan pada akhirnya dapat menjadi bumerang. Membuat vaksin yang dikembangkan Partai Komunis Tiongkok kehilangan kredibilitas, seperti bagaimana peralatan dan bahan pelindung pribadi yang diekspor Partai Komunis Tiongkok telah kehilangan kredibilitas, dan akhirnya diplomasi vaksin yang pernah diandalkan Partai Komunis Tiongkok menjadi sebuah kegagalan. (et/viv/sun)
0 comments