Perusahaan induk TikTok "ByteDance" melaporkan bahwa Douyin (TikTok) mungkin dipecah menjadi sebuah perusahaan AS untuk menghindari sanksi AS.
Akhirnya, Presiden Trump memutuskan memberikan waktu 45 hari bagi Microsoft untuk merundingkan pembelian itu. Jika demikian, sepertinya sudah bisa dipastikan Microsoft akan membeli TikTok, hanya tersisa masalah detail terkait pembelian saja.
Belum lagi bagaimana AS rugi dalam transaksi ini, karena telah mempertebal pundi-pundi uang PKT. Penulis mempertanyakan, TikTok di tangan Bill Gates, apakah AS akan aman?
WEI YU
Kita tahu bahwa perusahaan “ByteDance Ltd” sejak 2017 mulai ekspansi ke luar negeri, dalam tempo 3 tahun, aplikasi versi luar negerinya yakni TikTok telah menjadi situs video singkat dengan skala pertumbuhan tercepat dan paling banyak diunduh di seluruh dunia. Beberapa hari terakhir ini, TikTok telah menjadi berada di puncak konflik. Akan halnya nasib TikTok di Amerika, jangankan orang luar yang hanya dapat melihat samar-samar, bahkan internal pemerintahan Trump pun terjadi beda pendapat. Presiden Trump berniat melarang TikTok, tapi Pompeo dan Pottinger berharap diambil alih oleh perusahaan AS. Mari kita lihat kembali peristiwa seputar TikTok yang terjadi baru-baru ini.
Kacaukan Pilpres, TikTok picu bahaya keamanan terselubung di AS
Karena masalah keamanan, TikTok berturut-turut mengalami larangan dan sensor di beberapa negara. Di awali pada Juni lalu, pemerintah India mengeluarkan larangan terhadap TikTok berikut 59 aplikasi asal RRT lainnya. Seketika itu juga TikTok kehilangan 600 juta orang pengguna di India, dan mengalami kerugian sangat besar.
Pada akhir Juni, kegiatan kampanye pilpres putaran pertama Presiden Trump tahun ini gara-gara dikacaukan TikTok, stadion berkapasitas 19.000 orang hanya dihadiri kurang dari 6.200 orang. TikTok pun disoroti pemerintah AS.
Sejak memasuki bulan Juli, pada kesempatan berbeda Pompeo mengemukakan ancaman TikTok terhadap keamanan nasional dan pemerintah AS tengah secara serius memperhatikan hal ini.
Pada 20 Juli, kongres AS meloloskan proposal yang melarang para anggota DPR (kongres) dan staf menggunakan TikTok.
Pada 29 Juli, Menkeu Steven Mnuchin membenarkan, TikTok sedang ditinjau Komisi Investasi Asing Kementerian Perdagangan AS, yang ditinjau adalah pembeliannya terhadap Musical.ly pada November 2017 senilai USD 1 Miliar (14.714 triliun rupiah). Mungkin ada yang belum memahami, pada akhir tahun 2017 “ByteDance” telah membeli Musical.ly lalu mengubahnya menjadi TikTok, karena alasan itu juga, TikTok dengan mudahnya masuk ke pasar kawula muda AS yang merupakan pangsa pasar Musical.ly. Diperkirakan, inilah contoh menyalip di tikungan ala Xi Jinping.
Pada Jumat (31/07), ada berita yang mengatakan TikTok dipaksa harus menjual hak kepemilikan bisnisnya di AS, dan Microsoft bersiap-siap mengambil alih. Akan tetapi, di malam hari itu, Presiden Trump mengatakan pada wartawan bahwa dirinya tidak mendukung transaksi Microsoft membeli TikTok, ia akan menandatangani perintah administratif untuk melarang TikTok secara menyeluruh. Keesokan harinya, manajer TikTok di AS merilis video yang menghimbau agar masyarakat bangkit membela TikTok, karena TikTok memberikan hiburan bagi warga AS, dan tidak terdapat ancaman keamanan.
Akhirnya, Presiden Trump memutuskan memberikan waktu 45 hari bagi Microsoft untuk merundingkan pembelian itu. Jika demikian, sepertinya sudah bisa dipastikan Microsoft akan membeli TikTok, hanya tersisa masalah detail terkait pembelian saja.
Belum lagi bagaimana AS rugi dalam transaksi ini, karena telah mempertebal pundi-pundi uang PKT. Penulis mempertanyakan, TikTok di tangan Bill Gates, apakah AS akan aman?
Bill Gates Pro PKT, pembelian oleh microsoft akankah benar-benar aman?
Sebelumnya ada acara yang menjelaskan Bill Gates selalu berpihak mendukung PKT, media massa PKT mendeskripsikannya sebagai “sahabat republik”, “kawan lama rakyat Tiongkok”, “berkunjung ke Tiongkok seperti bertetangga”. Lewat “Yayasan Bill Melinda Gates” secara jangka panjang ia kerap bekerjasama dalam hal kesehatan, kemiskinan, pertanian dan lain-lain.
Pada saat warga AS mendukung Trump untuk menghentikan pendanaan terhadap WHO, Bill Gates justru merogoh koceknya sendiri menyumbangkan sebesar 150 Juta dollar AS (2,2 triliun rupiah) bagi WHO. Hal ini menyulut antipati banyak warga AS. Orang Amerika sejak awal telah melihat, penganut haluan kiri yang satu ini berkedok beramal sosial, sebenarnya cuma untuk menghindari pajak, sekaligus meraup lebih banyak keuntungan. “Jika benar mau beramal, mengapa tidak membayar pajak?” Membuka sebuah badan amal, lalu uang dialihkan ke badan amal tersebut, kemudian atas nama badan amal ini mencari keuntungan yang lebih banyak dimana-mana.
Jadi, kata “globalisasi” adalah kata inti dari kepentingan mereka, hanya dengan globalisasi maka konsep bangsa dan negara akan menjadi semakin samar, agar perusahaan multinasional dapat memanfaatkan upah pekerja yang murah di Asia Tenggara dan negara terbelakang lainnya untuk memproduksi, meraup keuntungan yang tak terbayangkan. Karena alasan seperti inilah, Bill Gates rela menjadi teman dan berpihak pada PKT, dan juga mendukung WHO.
Seorang warganet mengatakan dirinya pernah menjadi fans Bill Gates, ia berbagi cerita masa kanak-kanak Bill Gates. Sewaktu Bill Gates berusia 11 tahun, seorang pendeta dari Seattle University yakni Dale Taylor pernah berjanji pada kelasnya: Jika ada yang bisa menghafalkan seluruh isi “Injil Matius” bab 5 hingga 7, maka pendeta akan mengajak mereka ke pesta makan malam gratis di restoran Space Needle di kota Seattle. Taylor tidak pernah bertemu seorang pun yang dapat menghafalkannya tanpa kesalahan satu kata pun, karena kalimatnya sangat panjang dan juga tidak beraturan, sama sekali tidak seperti syair yang berirama. Tapi, Bill Gates yang hanya berusia 11 tahun itu membuat pendeta ini terkejut. Ia menghafalkannya sekaligus tanpa kesalahan.
Warganet itu selanjutnya mengatakan, kisah ini membuatnya sangat terharu, dia merasa Bill Gates adalah seorang umat yang taat. Tapi, ketika Bill Gates yang telah menjadi konglomerat dunia itu demi kepentingan ekonomi tunduk kepada PKT yang paling korup, paling fasis yang membunuh lebih dari 80 juta rakyat Tiongkok, yang telah menindas dan merampas organ, pura-pura bisu dan tidak melihat semua kejahatan itu, bahkan menganggap PKT sebagai saudaranya, tak pelak warganet itu berseru pada Bill Gates, Anda seharusnya menaati ajaran Tuhan, jangan mendukung kejahatan PKT yang anti-kemanusiaan itu, jangan menjual piranti lunak dan keras juga teknologi kepada PKT, yang membantu PKT memblokir dan menyensor internet di Tiongkok. Saat menulis artikel ini dengan Microsoft WORD, penulis tidak menyangka kata-kata “Sejati-Baik-Sabar” dalam aksara Mandarin pun diblokir, digantikan dengan tanda bintang. Entah ada berapa banyak lagi kata-kata yang diblokir.
Terperangkap “Teori Konspirasi”, reputasi Bill Gates tercoreng
Di internet juga banyak “teori konspirasi” terkait Bill Gates. Karena pada pidato TED 2015 lalu, Bill Gates telah secara tepat memprediksikan wabah besar akan melanda 5 tahun kemudian. Ia berkata, “Yang lebih berbahaya adalah, virus dapat menular lewat udara, dan pada saat gejala belum terlihat pada orang yang tertular di awal akan bisa menular pada orang lain; jika virus ini melanda wilayah kota yang padat penduduknya, maka dampaknya bagi daerah tersebut akan sangat mematikan.” Semua penjelasannya sangat sesuai dengan karakteristik pneumonia Wuhan ini. Dapat membuat prediksi yang begitu akurat, jika dia bukan malaikat, berarti dia adalah setan.
Banyak tokoh sayap kiri mengatakan, yayasan Bill Gates melakukan uji coba vaksin pada tubuh warga miskin di dunia ketiga, bahkan ada yang mengatakan Gates sendiri adalah pencipta virus, dilakukan untuk membersihkan gudang gen populasi dunia. Bukan tak beralasan jika banyak pihak yang mencurigai hal ini.
Pada April tahun ini, lebih dari 450.000 orang mengumpulkan tanda tangan bersama, menuntut DPR AS untuk menyelidiki kecelakaan medis dan kejahatan anti kemanusiaan yang dilakukan “Bill & Melinda Gates Foundation”. Karena Bill Gates adalah tokoh penting yang mendorong seluruh dunia untuk sedikit melahirkan dan kelahiran unggul untuk mengurangi populasi. Karena seluruh dunia mengalami masalah populasi berlebihan, populasi negara maju di Barat terus berkurang, sedangkan populasi negara ketiga justru terus melonjak naik. Tetapi, dalam 10 tahun terakhir, berbagai negara di dunia termasuk Tiongkok, mendapati telah terjadi masalah pada struktur populasinya, penuaan usia semakin parah dan usia muda tidak cukup. Teori pengendalian penduduk tidak lagi digubris. Bill Gates yang menganjurkan hal ini pun tercoreng reputasinya.
Ada satu lagi teori Bill Gates, yakni jika mempromosikan vaksin di Afrika, maka populasi Afrika akan turun, inilah teorinya “menurunkan populasi dengan vaksin”. Mantan dokter keluarganya mengatakan, Bill Gates tidak mau memberikan vaksin pada anaknya. Masyarakat mulai curiga, Bill Gates setiap hari mengatakan memberi vaksin, tapi keluarganya sendiri tidak diberikan, apakah ada sesuatu di balik semua ini? Maka Bill Gates pun mendapat julukan “Vaksin Thanos”. Tak hanya itu, ada berita mengatakan Bill Gates telah mendukung MIT (Massachusetts Institute of Technology) meneliti miniatur chips, kepingan chips Nano itu dibuat menjadi cairan, lalu diinjeksikan ke dalam tubuh manusia, agar di kemudian hari bisa diinjeksi oleh organisasi vaksin internasional kepada warga, dan organisasi vaksin disponsori oleh yayasan Bill Gates. Jadi julukannya naik lagi menjadi “Vaksin Elektronik Thanos”. Apa pun itu, semua orang merasa dia berambisi, juga tidak bisa membuktikan dirinya bersih, jadi kini Bill Gates berada di posisi yang sangat canggung.
Sekarang dia ingin mengambil alih TikTok, langsung ada warganet mencuit di Twitter, “Jangan! Jangan biarkan Bill Gates mengendalikan warga Amerika dengan bentuk apa pun. Dengan begitu akan memperbesar nafsunya berekspansi ke seluruh dunia!”
Kikis dan rusak generasi muda, TikTok seharusnya dilarang
Membeli TikTok memang ibarat seutas jerami penyelamat terakhir bagi Microsoft. Karena sebelumnya Microsoft beberapa kali mencoba bertransformasi namun tidak berhasil, menghadapi raksasa teknologi seperti Google, Amazon, Facebook, Twitter dan lain-lain, Microsoft sepertinya tak berdaya. Baru-baru ini TikTok telah membajak banyak orang berbakat dari perusahaan teknologi raksasa lainnya, dan menjadi App dengan jumlah unduhan terbesar di dunia. Sekarang India telah memblokade TikTok, Jepang juga menyiratkan akan melarang TikTok, negara di Eropa sepertinya juga akan segera mengekor. Jadi Microsoft membeli TikTok, tidak hanya agar dapat menyambung pasar TikTok di AS yang telah mencapai skala tertentu, model operasi yang sudah matang serta banyak orang berbakat, sekaligus juga menjadikan pasar di India, Jepang, dan Eropa ke dalam peta bisnisnya.
Pertanyaannya adalah, dengan dibeli oleh Microsoft apakah dapat menghapus kekhawatiran pemerintah AS terhadap TikTok yang mengumpulkan informasi penggunanya? Bagi penulis, pertama, TikTok sejak awal telah menguasai data para pengguna AS, yang dijual kepada Microsoft hanya cangkang kosong, data besar yang sesungguhnya telah dirampas oleh PKT; kedua, Microsoft membayar 50 Miliar dollar AS (736 triliun rupiah) membeli TikTok, adalah ibarat bagian yang paling berguna telah diambil semua oleh PKT, sisa yang tidak berguna dijual dengan harga tinggi; ketiga, melakukan ini tidak hanya tidak menghukum PKT, justru menghadiahinya dengan uang; keempat, Bill Gates dan Microsoft bersahabat dengan PKT, di kemudian hari tetap akan mengacaukan AS; kelima, TikTok adalah aplikasi yang bisa menghancurkan manusia, kaum sayap kiri kulit putih hanya ingin memanfaatkannya sebagai “Tittytainment” saja, terus membuat pemuda Amerika mabuk di dalamnya, menghibur diri hingga mati.
Sebelumnya kita pernah membahas “Tittytainment” para elit sayap kiri kulit putih, yakni menyumpalkan dot bagi 80% penduduk, membuai mereka dengan kehangatan, bius, dan cara yang murah dan setengah memuaskan mereka untuk menghilangkan rasa tidak puas dari “warga yang terpinggirkan” itu, dengan demikian mereka pun akan diam, sehingga 20% para elit tersebut bisa tidur nyenyak tanpa rasa khawatir.
TikTok mampu memuaskan tuntutan “Tittytainment” ini, dengan hiburan permainannya bisa membuai kehidupan masyarakat, agar menghabiskan sebagian besar waktu mereka, membuat masyarakat tanpa sadar kehilangan kemampuan berpikirnya, membuat orang semakin terbiasa terlena dengan kondisi hidup “hiburan sampai mati”, sehingga berpikir pun semakin lama akan menjadi semacam kemewahan.
Jika Presiden Trump tidak bertekad menghapusnya, dan masih berharap TikTok akan memberi keuntungan bagi Amerika, atau menganggap seseorang di Amerika bisa memanfaatkan TikTok dengan baik, dan mengubah karakteristiknya. Penulis merasa risiko ini terlalu besar. Cara terbaik adalah, seperti India, melarang seluruh App dari PKT secara total.(et/lin/sun)
0 comments