Sinyal Bahaya Dari Publikasi Perang Dingin oleh Beijing
Cover depan buku baru berjudul A Brief History of The Cold War.
Dipilihnya waktu pengumuman “kebijakan diplomatik” baru ini, terkesan sangat janggal, bertepatan dengan waktu digelarnya Rapat Beidaihe.
CHEN ZHOU
Baru-baru ini, Menlu Wang Yi dan Direktur Komisi Luar Negeri Pusat RRT, Yang Jiechi berturut-turut menyuarakan masalah hubungan AS-RRT, berpura-pura bersikap lembut, untuk memperoleh kesempatan dialog dengan AS, dan berupaya meredakan ketegangan. Namun pemerintah AS tanpa ragu terus mendorong langkah melepaskan keterkaitan dengan rezim PKT. Dialog Menhan AS-RRT yang bersifat memperingatkan, pelarangan piranti lunak intelijen Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan pengumuman sanksi bagi 11 orang pejabat RRT-Hong Kong, semua itu membuat taktik semu PKT mengulur waktu menjadi berantakan. Petinggi PKT mendadak berubah sikap setelah melihat tidak ada lagi harapan untuk menyelamatkan hubungan AS-RRT.
Pada 10 Agustus lalu, Kemenlu RRT tiba-tiba mengumumkan apa yang disebut “kinerja diplomatik Tiongkok sepanjang tahun ini dan fokus inti pekerjaan tahap berikutnya”, yang kembali menetapkan hubungan diplomatik terhadap AS, telah melontarkan sinyal berbahaya yakni mempersiapkan perang dingin secara menyeluruh, kartu as petinggi PKT pun dibuka. Kebijakan baru ini memilih waktu pengumuman yang relatif aneh, sangat mungkin karena ada konflik internal.
Mendadak Susun Ulang Kebijakan Diplomatik Mungkin Akibat Konflik Kekuasaan
Dokumen “kebijakan diplomatik” sepanjang hampir 3.000 kata itu terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama secara garis besar menerangkan kinerja diplomatik; bagian kedua menjelaskan prinsip diplomatik; bagian ketiga penyusunan pekerjaan diplomatik tahap berikutnya.
Dipilihnya waktu pengumuman “kebijakan diplomatik” baru ini, terkesan sangat janggal, bukan pada awal tahun, bukan pula akhir tahun, juga bukan pula adanya rapat penting tertentu atau pidato penting dari petinggi PKT dan bertepatan dengan waktu digelarnya Rapat Beidaihe. Peristiwa janggal ini menandakan, Rapat Beidaihe yang saat ini (11/08) tengah berlangsung, mungkin telah menimbulkan kontroversi sengit, atau mungkin akan mulai merebut kekuasaan kepemimpinan dalam pekerjaan terhadap luar negeri, rumor yang terkait peralihan kekuasaan yang sempat beredar sebelumnya mungkin sedang terbukti kebenarannya.
Kinerja diplomatik simpulkan hanya lemah dalam hubungan AS-RRT
“Kebijakan diplomatik” baru di awal mencakup yang disebut kinerja diplomatik sepanjang tahun ini, secara basa-basi terus mengumandangkan pujian “diplomasi kepala negara”.
Yang dimaksud dengan kinerja antara lain, “hubungan RRT-Rusia terus meraih perkembangan baru berkat kepemimpinan strategis pemimpin kedua negara”, “hubungan RRT-Eropa secara keseluruhan menjaga kerjasama sebagai pondasi utama”, “hubungan dengan negara tetangga terjaga baik”, “kekompakan dan kerjasama dengan Afrika, Arab, Latin Amerika dan banyak negara berkembang lainnya lebih diperkuat”.
Kinerja ini tentunya hanya bualan PKT sendiri untuk menutupi kesalahan kebijakan petinggi PKT. Setelah terjadi konflik di perbatasan RRT-India, Rusia jelas berpihak pada India, bahkan telah menunda penyerahan sistem rudal S-400 yang sedianya untuk dikirim ke Tiongkok ternyata dialihkan ke India.
Setelah mengerahkan seluruh daya upaya PKT akhirnya berhasil memperjuangkan KTT Streaming RRT-Eropa, tapi akibatnya justru mencoreng muka sendiri, Inggris, Prancis, Jerman dan negara Eropa lainnya ramai-ramai mengecam “UU Keamanan Nasional versi Hong Kong” dan menghentikan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong, serta mempersiapkan penerapan sanksi, di saat yang sama mempertanyakan tanggung jawab PKT yang telah menutupi pandemi.
Pasca diberlakukannya strategi Laut Tiongkok Selatan, negara ASEAN semakin mendekatkan diri pada AS, Jepang dan Australia semakin mempererat kerjasama dengan Amerika, serta mempersiapkan diri melawan PKT.
Secara diplomatik PKT sama sekali tidak ada kinerja apa pun, justru semakin dikucilkan, jadi terpaksa berkata, “efektif mencegah dan menetralisir tantangan resiko dari lingkungan di luar”. Terhadap hubungan AS-RRT yang merupakan inti diplomatik, PKT jelas tidak bisa menyimpulkan kinerja apa pun, hanya mengatakan menghadapi “tekanan” AS, “secara aktif membuat kebijakan dan mengembangkan hubungan dengan sesama negara besar”.
Prinsip diplomatik tidak ada hal baru tapi ada penyebutan baru
“Kebijakan diplomatik” baru sebanyak 1.000 kata ini menjabarkan prinsip diplomatik, sebagian besar adalah basa basi politik sebelumnya, tapi terdapat tidak sedikit cara baru. Di antaranya disebutkan, “tidak ada niat berkompetisi dalam hal sistem pemerintahan dengan negara lain, tak berniat melakukan perlawanan ideologi dengan negara lain”, “hegemoni negara pasti akan hancur adalah hukum mutlak sejarah, negara kuat pasti menjadi hegemoni bukanlah logika RRT”, “tidak mengekspor model RRT, tidak akan memaksa negara lain meniru cara-cara RRT”. Beberapa kalimat ini tidak diragukan adalah ditujukan bagi AS, termasuk juga negara Barat. Pada permukaan PKT sepertinya telah siap melepaskan hegemoni dunia, mau tidak mau melakukan taktik mundur, tapi dengan tetap memamerkan “negara kuat”, dan sengaja mengatakan “negara lain meniru”. Beberapa bulan lalu, PKT masih bicara soal keyakinan pada sistem, dan sempat menertawakan negara lain meniru penanggulangan pandeminya, di bulan Juni bahkan merilis buku putih penanggulangan pandemi, serta menjadikan Hong Kong “satu negara dua sistem”. Prinsip diplomatik PKT ini, seharusnya tidak ada yang sungguh-sungguh mempercayainya.
Selain itu Kemenlu juga mengatakan, “RRT tidak akan mengorbankan kepentingan orang lain demi perkembangannya sendiri”. Kalimat ini terdengar kurang realistis, tapi dikaitkan dengan perang dagang AS-RRT, serta PKT sengaja menutupi pandemi untuk menyebarkan virus dan mencari hegemoni dengan pandemi, PKT sebenarnya sedang menolak tanggung jawab, terutama juga mengatakan pada AS dan negara Barat, dalih seperti ini selain tidak ada kekuatannya, juga membuat orang merasa muak.
Kemenlu juga mengatakan, “Tetap membuka pintu negara sembari membangun”, “mutlak tidak akan goyah setiap saat”. PKT baru saja menyebutkan bakal memperkuat sirkulasi ekonomi di dalam negeri, tapi dengan cepat telah berubah dengan mengatakan membuka pintu negara, dua pernyataan yang saling kontradiksi ini hanya PKT yang bisa tak bosan-bosan melakukannya.
Kemenlu juga menciptakan jalur hubungan yang baru “berdialog dan tidak bertikai, berteman dan tidak bersekutu”, menyebutkan “sehati sepaham adalah rekan, mencari kesamaan menghargai perbedaan juga adalah rekan”. Ungkapan lama, dengan kata-kata baru, tapi telah mengungkapkan pola pemikiran PKT, rezim PKT selamanya tak pernah memiliki teman sejati, demi niatan memanfaatkannya, bisa sewaktu-waktu mengubah pernyataan.
Selain itu Kemenlu mengatakan, “Mendorong demokratisasi hubungan internasional, memprakarsai penyelesaian dialog masalah internasional berbagai negara, mendukung perluasan hak perwakilan dan hak berbicara bagi negara berkembang dalam masalah internasional”, menentang “hegemonisme”, “memainkan peranan negara besar yang bertanggung jawab”. PKT telah memperlihatkan pemikiran tipikal perang dingin, yang berupaya menggalang dukungan dari negara-negara dunia ketiga, untuk bersama melawan Amerika. PKT mengatakan anti-hegemoni, tapi PKT sendiri ingin menjadi kepala geng. Pernyataan terakhir telah menggulingkan seluruh prinsip sebelumnya yang terlihat begitu mulia.
Pekerjaan diplomatik tahap utama berikutnya adalah melawan AS
Prinsip diplomatik telah dipastikan, Kemenlu tentu tak akan melupakan “bersama-sama membangun komunitas manusia senasib”, ini juga menjadi topik utama pekerjaan diplomatik rezim PKT tahap berikutnya. Kemenlu menyebutkan, “menentang kekuasaan Amerika”, tapi juga mengatakan “tidak bentrok tidak berkonfrontasi, saling menghormati, kerjasama untuk menang bersama”, “bersama dengan AS membangun hubungan AS-RRT yang koordinatif, kooperatif, dan stabil”. Pernyataan Kemenlu membuat orang tidak habis pikir, berniat melawan AS tapi tidak berkonfrontasi, bahkan bekerjasama, tak heran Menlu AS Pompeo mengatakan, tidak mempercayai lagi ocehan dari PKT, harus melihat dahulu apa yang dilakukannya.
Kemenlu menyebutkan, “melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayah Tiongkok”, melindungi “status negara besar dan kehormatan bangsa”. Ini juga ditujukan pada AS, seharusnya tidak hanya mengungkap sikap PKT terhadap Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan, juga telah mengungkap rezim PKT bersiap untuk berseteru dengan pasukan AS.
PKT tentu mengetahui tidak mampu menandingi Amerika, maka ditekankan “akan mendorong hubungan rekanan dan kerjasama strategis menyeluruh yang baru dengan Rusia ke level yang lebih tinggi”, “mendorong agenda politik RRT-Eropa, bersama-sama mendukung multilateralisme”, juga “kerjasama dan hubungan bilateral RRT dengan Jepang, berupaya mengembalikan dan memperbesar kerjasama yang saling menguntungkan”, serta “menjaga perkembangan stabil ke arah yang baik dengan India”, “memperdalam saling mempercayai strategi dengan negara tetangga dan negara berkembang”, serta “terus berupaya mendukung negara Afrika dan negara berkembang lainnya”.
Pekerjaan diplomatik tahap berikutnya yang disebutkan PKT, dengan menentang AS sebagai poros, berusaha menggalang dan membangun kubu dengan PKT sebagai pusatnya, penempatan perang dingin dikembangkan sepenuhnya. Kemenlu menyimpulkan, “Akan lebih aktif terlibat dalam pengelolaan dunia”, “mendorong pembentukan komunitas manusia senasib”. Inilah yang disebut kebijakan diplomatik baru dari PKT, yang berambisi melepaskan diri dari pengucilan oleh dunia, telah meninggalkan berdamai pura-pura dengan Amerika, dan berbalik memposisikan perang dingin menyeluruh dengan AS. Akhirnya PKT telah merobek cadarnya sendiri, perang dingin yang dilakukannya dengan diam-diam terhadap AS selama beberapa tahun ini kini telah dinaikkan ke atas podium.
PKT tidak melepaskan ambisi hegemoninya, masih berusaha memanfaatkan perang dingin, menyelamatkan rezim PKT yang telah goyah. PKT jelas belum juga sadar, belum memahami fakta rezimnya telah dikucilkan dunia. AS melepaskan keterkaitannya dengan rezim PKT, bukan sedang melakukan perang dingin yang setara, AS tengah menggalang sekutunya, untuk mengobarkan sebuah perang kemenangan melawan rezim PKT. (et/sud/sun)
0 comments