Wanita Mantan Guru Kamp “Pendidikan Ulang” Tiongkok, Ungkap Pengalaman Buruknya di Xinjiang
Sayragul dikurung di dalam ruangan tahanan gelap yang luasnya kurang dari 20 meter persegi. Di tengah ruangan gelap itu terdapat sebuah meja dengan banyak alat penyiksaan, seperti pentungan logam, tongkat listrik dan sebuah kursi penuh paku. Dirinya pernah diikat kemudian disiksa sampai kehilangan kesadaran di atas kursi listrik.
ZHU LAN
Sayragul Sauytbay, seorang wanita asal Kazakhstan, menerima gelar “International Women of Courage” dari pemerintah Amerika Serikat karena mengungkap keberadaan kamp penahanan Muslim di wilayah Xinjiang, Tiongkok.
Pada 17 Juni 2020 lalu, Sayragul menerima wawancara eksklusif dengan media Jerman, Stern. Dalam wawancara itu, Sayragul mengungkap beberapa dokumen rahasia secara rinci yang membeberkan sikap Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap mitra ekonomi Barat. Jerman, yang berada di peringkat ke-5 dalam daftar musuh PKT yang paling berbahaya.
Sayragul pernah dipaksa mengajar di kamp “pendidikan ulang” di Xinjiang, Tiongkok. Sayragul mengatakan bahwa dalam dokumen rahasia Partai Komunis Tiongkok itu tertulis bahwa Jerman berusaha merusak perkembangan Tiongkok dan menyebarkan kebohongan tentang Partai Komunis Tiongkok dalam upayanya memecah belah rakyat Tiongkok.
Di dalam ruang kelas mengajar, Sayragul harus menggunakan konten bahwa demokrasi Barat sudah runtuh dan hancur untuk “mendidik” orang-orang yang ditahan di kamp. Sayragul percaya bahwa tujuan Partai Komunis Tiongkok melakukan hal ini adalah untuk mencuci otak para tahanan bahwa Partai Komunis Tiongkok satu-satunya hegemoni, guna memaksa mereka tunduk.
Stern dalam laporannya menyebutkan bahwa Sayragul telah menghabiskan waktu hampir 5 bulan sebagai guru dalam kamp “pendidikan ulang”. Sayragul menceritakan bahwa setiap hari terjadi penyiksaan dan eksperimen dengan obat-obatan. Bahkan dirinya juga pernah dihukum berat karena “melanggar tata tertib” kamp.
Sayragul dikurung di dalam ruangan tahanan gelap yang luasnya kurang dari 20 meter persegi. Di tengah ruangan gelap itu terdapat sebuah meja dengan banyak alat penyiksaan, seperti pentungan logam, tongkat listrik, dan sebuah kursi penuh paku. Dirinya pernah diikat, kemudian disiksa sampai kehilangan kesadaran di atas kursi listrik.
Dalam wawancara, juga disinggung mengenai peran yang dimainkan oleh kelompok-kelompok internasional besar di Xinjiang seperti grup Volkswagen (VW). Karena Presiden Volkswagen, Herbert Diess tahun lalu mengklaim bahwa dirinya tidak tahu tentang adanya kamp “pendidikan ulang” di Xinjiang.
Menurut Sayragul, dirinya bersedia untuk dipertemukan dengannya dan bertanya kepadanya apakah sebagai seorang Jerman dirinya tidak tersentuh oleh penyiksaan-penyiksaan yang terjadi di Xinjiang?
Sayragul Sauytbay berhasil tiba di Swedia pada 2019 untuk mendapatkan suaka politik. Tahun ini ia memenangkan Penghargaan “International Women of Courage” atau penghargaan Keberanian Wanita Internasional tahun 2020 yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Ia bersama keluarganya kini tinggal di Swedia. Belakangan Sayragul sering menerima telepon dari nomor-nomor asal daratan Tiongkok yang berisi ancaman. (et/sin/sun)
0 comments