Virus Komunisme dalam Memori Kanselir Merkel Bangkit Kembali
Pada 4 September 2019, menjelang kunjungan Kanselir Jerman Merkel ke Tiongkok, tokoh HAM Hong Kong dan partai politik Jerman mendesak Merkel mengemukakan masalah Hong Kong pada PKT. |
ZHANG LIN
Setelah Kongres Rakyat Nasional Tiongkok meloloskan “UU Keamanan Nasional versi Hong Kong”, baik pemerintah Inggris maupun AS bereaksi keras, Inggris langsung bertindak memberikan tiga sanksi terhadap PKT, sementara pemerintah Trump pun melakukan lebih banyak tindakan yang lebih keras terhadap PKT. Tindakan tersebut membuat warga Hong Kong bersorak dan gembira, mereka merasakan tidak dilupakan oleh dunia, masyarakat internasional selalu mendukung kekuatan mereka membela kebebasan.
Yang mengejutkan adalah, Jerman selain tidak memberikan sanksi apapun, malahan Kanselir Merkel mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menekankan bahwa RRT adalah rekan yang patut diperhatikan masyarakat internasional, Jerman akan mempererat kerjasama dengan Beijing dalam bidang keamanan, kesehatan, dan ekonomi. Saat PKT mengeluarkan “UU Keamanan Nasional versi Hong Kong” untuk menguji reaksi masyarakat internasional, tindakan Jerman ini justru mengisyaratkan bahwa PKT bisa semena-mena menindas Hong Kong, dan merampas kebebasan warga Hong Kong.
Di Twitter beredar suara menghujat pengkhianat dunia bebas Merkel. Penulis menitik beratkan, adalah virus komunis yang sejak dulu ditanamkan ke dalam benak Merkel oleh komunisme perlahan bangkit kembali di usia Merkel yang sudah mulai pikun, sehingga membuatnya begitu menurut pada PKT. Walaupun ayah Merkel adalah seorang dosen teologi, dia sendiri juga merupakan pemimpin partai politik sayap kanan yakni Christian Democratic Union (CDU) Jerman, tetapi bagaimanapun Merkel dilahirkan di Jerman Timur, dan sejak belia telah menerima pendidikan doktrin paham komunis yang menyeluruh, di dalam memorinya terendap sejumlah besar racun ini. Apalagi dalam kurun waktu cukup lama Merkel pernah menjadi informan bagi organisasi intelijen Jerman Timur yakni Stasi, yang menyerupai agen rahasia dalam organisasi intelijen komunis Soviet dan PKT. Walaupun Merkel menyatakan dirinya tidak pernah mengabdi dengan setia kepada Partai Komunis Jerman dan Stasi, hanya sekedar melakukan tugas, demi mendapatkan imbalan materi, serta kesempatan untuk bepergian ke luar negeri.
Tapi kata peribahasa, dekat arang akan bernoda hitam. Dalam kurun waktu lama Merkel berkutat dengan orang-orang komunis serta para agen rahasianya, dipastikan banyak waktu dan tenaga telah dihabiskannya mempelajari teori sesat komunisme, menggunakan konsepsi dan bahasa dalam kelompok komunis, semua itu sedikit banyak telah meninggalkan bekas yang cukup mendalam di dalam benak Merkel.
Perekonomian AS yang sejak dulu telah memasuki era informasi, kini tengah dengan cepat mengejar industri konvensional Jerman. Seperti melulu Tesla Motors, yang kemungkinan akan segera mengakhiri pilar ekonomi Jerman yakni industri otomotif. Hal ini membuat kaum nasionalisme di Jerman merasa ketakutan, itu sebabnya mereka mendukung Merkel untuk berpaling dari AS dan menjadi pro PKT. Banyak pula yang berpendapat, dalam beberapa tahun terakhir ini Merkel kerap berkunjung ke Tiongkok, khususnya ke Wuhan, mungkin dalam rangka pencangkokan organ, oleh sebab itu banyak rahasianya telah dikuasai oleh PKT, sehingga di saat krusial terpaksa harus mendukung mereka.
Yang lebih parah lagi adalah, di tengah pandemi virus PKT melanda seluruh dunia, dan menimbulkan kerugian teramat besar bagi perekonomian seluruh dunia, bertepatan dengan KTT G7 yang bakal diadakan di Amerika, Presiden Trump mengajak pemimpin tujuh negara membahas pemulihan ekonomi, tak dinyana Merkel menolak undangan tersebut, sebagai sikap bahwa dirinya berpihak kepada PKT.
Trump sangat jengkel, dan langsung membalas. Setelah menunda konferensi tersebut hingga September mendatang, Trump mengundang Australia, India, Korea Selatan, dan Rusia untuk menghadiri konferensi. Sejak awal Trump telah menilai konsep “G7” sudah ketinggalan zaman, sudah seharusnya membentuk kembali kerangka politik internasional yang baru.
Konsep negara peserta yang dikemukakan Trump ini, pada dasarnya agak tumpang tindih dengan daftar G10 atau sepuluh negara industri yang sebelumnya pernah dikemukakan oleh PM Inggris Boris Johnson, hanya saja Jerman berubah menjadi Rusia. Ini mungkin merupakan aksi balas Trump. Apalagi, Rusia merupakan musuh bebuyutan Jerman.
Namun konferensi tersebut hingga sekarang masih tiga bulan lagi, tidak tertutup kemungkinan Trump akan menyesuaikan kembali daftar peserta tersebut. Jika ditambah dengan Brasilia, maka bisa dikatakan merupakan 11 negara yang paling parah dilanda oleh virus PKT. Maka topik konferensi tersebut tidak diragukan lagi akan menjadi ajang menuntut kejahatan perang virus PKT, menuntut ganti rugi PKT, sampai membentuk pasukan aliansi 11 negara, untuk memporak-porandakan PKT! (et/sud)
0 comments