Carlo Maria Viganò yang dinobatkan sebagai uskup agung oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1992.
Inilah untuk kali pertama Amerika Serikat memiliki presiden seperti Anda, berani melindungi hak hidup, tidak merasa malu untuk mengutuk penganiayaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia, berbicara tentang Yesus Kristus dan hak kebebasan yang harus dimiliki warga. Kita berada di pihak yang sama! (Carlo Maria Viganò, Uskup Agung Katolik untuk Amerika Serikat)
YANG WEI
Pada 7 Juni lalu, Uskup Agung Katolik untuk AS yakni Carlo Maria Viganò menulis sepucuk surat terbuka bagi Presiden Trump. Pada 10 Juni Trump mengunggah surat tersebut di akun Twitter-nya, dan mengatakan “sulit dipercaya”, “merasa sangat terhormat”, dan berharap agar “setiap orang dengan agama kepercayaan apa pun, harus membaca surat itu”!
Carlo Maria Viganò dinobatkan sebagai uskup agung oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1992 lalu, kemudian diangkat sebagai Sekretaris Jenderal pemerintahan Kota Vatican pada 2009, ia mereformasi keuangan Kota Vatikan dan mengubah angka defisit menjadi laba. Ia juga langsung mengeluhkan korupsi keuangan di Vatikan pada Paus Benedict XVI. Di tahun 2011 ia dimutasikan ke AS, selama berada di AS, ia telah meraih reputasi cukup baik di kalangan konservatif. Pada 25 Agustus 2015, ia menyampaikan surat sepanjang 11 halaman, yang menggugat Paus Francis dan pemimpin tertinggi gereja lainnya, karena telah menutupi pelecehan seksual yang dilakukan oleh Cardinal Theodore McCarrick.
Surat Uskup Agung Sebagai Introspeksi Diri
Surat dari uskup agung kepada Trump isinya padat mencapai ribuan kata, dalam surat itu tertulis: “Selama beberapa bulan terakhir ini, kita menyaksikan munculnya dua kubu dalam Alkitab yang saling bertentangan, yakni putra cahaya dan putra kegelapan. Putra cahaya merupakan bagian terpenting dari manusia, sementara putra kegelapan mutlak adalah minoritas. Akan tetapi, putra cahaya justru dikatakan ada diskriminasi tertentu, yang membuat mereka terpojok dalam perasaan minder dan lebih lemah secara moral dibandingkan dengan putra kegelapan, dimana kaum putra kegelapan kerap memangku jabatan penting di pemerintahan, politik, ekonomi, dan media massa. Orang-orang jahat dan orang yang berkepentingan atau ketakutan itu, telah menahan para putra cahaya sebagai sandera.”
Lalu, uskup agung menguraikan perbedaan mencolok kedua kubu yang berseberangan itu, “Di satu sisi, sebagian orang walau memiliki ribuan kelebihan dan kekurangannya, padahal motivasi mereka adalah ingin melakukan hal baik bagi kemakmuran tanah airnya, tulus dan jujur, bertanggung jawab pada keluarga, melakukan pekerjaan dengan baik, membantu orang yang membutuhkan, menaati perintah Tuhan, demi berhasil terbentuknya Kerajaan Surga. Di sisi lain, ada yang hanya melayani dirinya sendiri, tidak memiliki prinsip moral, ingin merusak keluarga dan negara, memanfaatkan pekerjaan untuk memperkaya diri secara berlebihan, memprovokasi perpecahan dan peperangan internal, serta mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan. Bagi mereka, jika tidak bertobat, ilusi sesaat kebahagiaan dan salah kaprah, suatu hari akan mendatangkan nasib mengerikan, karena telah menjauh dari Tuhan, dan selama-lamanya akan dikutuk.”
Uskup agung langsung mengungkit kekacauan masyarakat di saat ini, “Bapak Presiden, di tengah masyarakat, kedua badan yang bertentangan ini adalah musuh abadi yang akan eksis bersamaan, seperti halnya, Tuhan dan Setan yang merupakan musuh abadi. Sepertinya, putra kegelapan tengah melancarkan peperangan sengit melawan Anda, mereka memutuskan untuk menunjukkan kartu mereka, dan sekarang tengah melakukan rencana mereka.”
“Sepertinya mereka telah memastikan segalanya telah terkendali. Investigasi akan mengungkapkan, di tengah penanganan peristiwa darurat COVID-19, tidak hanya di sektor pengobatan medis, juga di sektor politik, ekonomi, dan media massa, mereka berada di tengah pergerakan sosial yang teramat besar ini ingin menentukan nasib manusia, tanpa mempedulikan telah melanggar kehendak warga dan perwakilan pemerintah atau tidak.”
Uskup agung langsung menuding, “Kerusuhan beberapa hari ini telah diprovokasi oleh kelompok orang-orang ini, mereka melihat virus tanpa dapat dihindari telah mereda, dan tren besar lonceng peringatan masyarakat tengah melemah, dan mau tidak mau harus memicu kerusuhan di dalam negeri… di Eropa juga terjadi peristiwa yang sama, berbarengan dengan sempurna. Jelas, memanfaatkan gerakan unjuk rasa turun ke jalan, mungkin dapat membantu orang-orang tertentu meraih kemenangan dalam pilpres (di bulan November nanti)… Jika setelah beberapa bulan kemudian kita mendapati bahwa di balik pengrusakan dan tindakan anarkis ini, tersembunyi orang-orang yang berharap mendapatkan keuntungan dari tatanan sosial masyarakat yang telah hancur ini, lalu membentuk sebuah dunia yang tidak lagi ada kebebasan, itu sudah tidak mengherankan lagi…”
Uskup agung juga menjelaskan mengapa menulis surat ini, “Inilah untuk kali pertama Amerika Serikat memiliki presiden seperti Anda, berani melindungi hak hidup, tidak merasa malu untuk mengutuk penganiayaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia, berbicara tentang Yesus Kristus dan hak kebebasan yang harus dimiliki warga… kita berada di pihak yang sama”, “Mereka (putra kegelapan) tunduk pada politik yang korup, globalisasi, pemikiran terpadu, tatanan dunia baru… mereka menguasai dunia dengan cara mengusir Tuhan keluar dari pengadilan, sekolah, keluarga, bahkan dari gereja.”
Terakhir uskup agung mengatakan, “Warga Amerika telah dewasa, sekarang telah tahu mengapa media massa arus utama begitu enggan mewartakan fakta, dan berupaya bungkam dan mendistorsi realita, menyebarkan kebohongan yang bermanfaat bagi majikannya. Putra cahaya yang mayoritas tengah tersadar, tidak menerima kebohongan dari segelintir orang yang tidak jujur itu. Putra cahaya harus melangkah bersama, dan menyerukan suaranya. Tuan Presiden, tidak ada cara lain yang lebih efektif selain berdoa, berdoa agar Yang Maha Kuasa melindungi Anda, melindungi Amerika dan seluruh umat manusia agar terbebas dari serangan dahsyat musuh. Kebohongan putra kegelapan akan runtuh, konspirasi mereka akan terungkap, pengkhianatan di balik mereka akan terpapar, kekuatan mereka akibat ketakutan akan nihil tidak mendapatkan apa pun, segala sesuatu akan terungkap: suatu penipuan dari neraka.”
Laporan Kebebasan Beragama Internasional AS
Uskup agung menyampaikan kepercayaannya terhadap Presiden Trump dan pemerintah AS yang sekarang, pemerintah Amerika memang telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Pada 10 Juni lalu, Kemenlu AS merilis Laporan Kebebasan Beragama Internasional Tahun 2019, Menlu Mike Pompeo menegaskan, laporan yang dipublikasikan oleh Kemenlu ini telah membuktikan tekad AS untuk melindungi kehormatan umat manusia. Pompeo berkata, “Di RRT, penindasan terhadap semua agama yang dilakukan oleh pemerintah terus saja memburuk. PKT memerintahkan seluruh kelompok agama untuk tunduk kepada kepemimpinan PKT, memasukkan ajaran komunisme ke dalam ajaran dan penerapan agama. Di Xinjiang, banyak suku Uyghur yang dipenjara, penindasan di Tibet, terhadap umat Buddha, praktisi Falun Gong, dan umat Kristen masih berlanjut.”
Ia juga mengatakan, “Dua jenis bentuk pemerintahan kita tidak bisa dibandingkan. Kita memiliki sistem hukum; PKT tidak. Kita memiliki kebebasan berpendapat, menganut unjuk rasa secara damai; mereka tidak. Kita melindungi kebebasan beragama; PKT terus melakukan perang kepercayaan selama puluhan tahun. Perbandingan seperti ini adalah yang paling jelas: Di masa terbaik, PKT menerapkan komunisme. Di saat menghadapi tantangan terbesar, AS tetap berusaha menjamin kebebasan semua orang.”
Pada 2 Juni lalu, Presiden Trump menandatangani sebuah perintah administratif, yang tertulis “kebebasan beragama adalah kebebasan utama di Amerika Serikat”, “kebebasan beragama seluruh umat manusia di dunia adalah prioritas utama dalam kebijakan diplomatik AS, dan Amerika akan menghormati serta mendorong terciptanya kebebasan ini… Para pendiri negara kita tahu, kebebasan beragama bukan diciptakan oleh negara, melainkan merupakan berkat dari Tuhan bagi setiap umat manusia, itu adalah hak, dan hak ini adalah dasar yang dapat mendorong masyarakat kita untuk berkembang.”
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Laporan Kebebasan Beragama Internasional Tahun 2019 secara lebih rinci telah mencatat investigasi kalangan akademisi internasional terhadap kejahatan PKT merampas organ tubuh manusia. Laporan itu juga menyoroti kasus pengacara HAM Gao Zhicheng dan Jiang Tianyong. Laporan menyebutkan, “Gao Zhicheng sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. September 2017 lalu polisi menangkap pengacara HAM Gao Zhicheng, yang pernah membela kelompok umat Kristen dan praktisi Falun Gong serta kelompok agama lainnya.” Memang, dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya, pemerintah AS kali ini telah menerapkan kebijakan yang konkrit, menyoroti serta berupaya mengurangi penindasan terhadap agama yang terjadi di Tiongkok dan negara lain.
Uskup Agung Tidak Mengungkit Kekuatan Gelap Komunis
Uskup agung tentunya telah melihat kontribusi Trump dan pemerintahan kali ini bagi kebebasan beragama, juga melihat bahwa di balik kerusuhan yang terjadi di AS “terdapat kekuatan putra kegelapan”, sehingga ia menulis surat ini kepada Trump. Tidak diketahui apakah uskup agung tahu, bahwa kekuatan komunis di balik kaum ekstrimis sayap kiri seperti Antifa, memiliki keterkaitan dengan PKT. Baru-baru ini, media massa PKT terus memprovokasi kerusuhan di Amerika, dan memanfaatkan media sosial AS (yang bebas) untuk menyebarkan kebohongan pihak pemerintahan RRT yang terus berusaha menciptakan perpecahan masyarakat Amerika, serta berusaha menghalangi kaum konservatif untuk terus melanjutkan pemerintahan di Gedung Putih dan terpilih di DPR.
Yang dimaksud uskup agung dengan “putra kegelapan”, tidak hanya di Amerika dan Eropa, akar/sumber “putra kegelapan” berada di RRT, yakni partai sesat PKT. Trump telah melihat akar permasalahan sesungguhnya, juga tengah menggandeng kekuatan keadilan di seluruh dunia, Amerika bersama Eropa dan sekutunya sebagai “putra cahaya” akan kembali menggenggam sinar terang, bersiap-siap membasmi tuntas “putra kegelapan” PKT, “putra cahaya” di Tiongkok pun bakal kembali meraih kecemerlangan. (et/lie/sun)
Carlo Maria Viganò dinobatkan sebagai uskup agung oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1992 lalu, kemudian diangkat sebagai Sekretaris Jenderal pemerintahan Kota Vatican pada 2009, ia mereformasi keuangan Kota Vatikan dan mengubah angka defisit menjadi laba. Ia juga langsung mengeluhkan korupsi keuangan di Vatikan pada Paus Benedict XVI. Di tahun 2011 ia dimutasikan ke AS, selama berada di AS, ia telah meraih reputasi cukup baik di kalangan konservatif. Pada 25 Agustus 2015, ia menyampaikan surat sepanjang 11 halaman, yang menggugat Paus Francis dan pemimpin tertinggi gereja lainnya, karena telah menutupi pelecehan seksual yang dilakukan oleh Cardinal Theodore McCarrick.
Surat Uskup Agung Sebagai Introspeksi Diri
Surat dari uskup agung kepada Trump isinya padat mencapai ribuan kata, dalam surat itu tertulis: “Selama beberapa bulan terakhir ini, kita menyaksikan munculnya dua kubu dalam Alkitab yang saling bertentangan, yakni putra cahaya dan putra kegelapan. Putra cahaya merupakan bagian terpenting dari manusia, sementara putra kegelapan mutlak adalah minoritas. Akan tetapi, putra cahaya justru dikatakan ada diskriminasi tertentu, yang membuat mereka terpojok dalam perasaan minder dan lebih lemah secara moral dibandingkan dengan putra kegelapan, dimana kaum putra kegelapan kerap memangku jabatan penting di pemerintahan, politik, ekonomi, dan media massa. Orang-orang jahat dan orang yang berkepentingan atau ketakutan itu, telah menahan para putra cahaya sebagai sandera.”
Lalu, uskup agung menguraikan perbedaan mencolok kedua kubu yang berseberangan itu, “Di satu sisi, sebagian orang walau memiliki ribuan kelebihan dan kekurangannya, padahal motivasi mereka adalah ingin melakukan hal baik bagi kemakmuran tanah airnya, tulus dan jujur, bertanggung jawab pada keluarga, melakukan pekerjaan dengan baik, membantu orang yang membutuhkan, menaati perintah Tuhan, demi berhasil terbentuknya Kerajaan Surga. Di sisi lain, ada yang hanya melayani dirinya sendiri, tidak memiliki prinsip moral, ingin merusak keluarga dan negara, memanfaatkan pekerjaan untuk memperkaya diri secara berlebihan, memprovokasi perpecahan dan peperangan internal, serta mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan. Bagi mereka, jika tidak bertobat, ilusi sesaat kebahagiaan dan salah kaprah, suatu hari akan mendatangkan nasib mengerikan, karena telah menjauh dari Tuhan, dan selama-lamanya akan dikutuk.”
Uskup agung langsung mengungkit kekacauan masyarakat di saat ini, “Bapak Presiden, di tengah masyarakat, kedua badan yang bertentangan ini adalah musuh abadi yang akan eksis bersamaan, seperti halnya, Tuhan dan Setan yang merupakan musuh abadi. Sepertinya, putra kegelapan tengah melancarkan peperangan sengit melawan Anda, mereka memutuskan untuk menunjukkan kartu mereka, dan sekarang tengah melakukan rencana mereka.”
“Sepertinya mereka telah memastikan segalanya telah terkendali. Investigasi akan mengungkapkan, di tengah penanganan peristiwa darurat COVID-19, tidak hanya di sektor pengobatan medis, juga di sektor politik, ekonomi, dan media massa, mereka berada di tengah pergerakan sosial yang teramat besar ini ingin menentukan nasib manusia, tanpa mempedulikan telah melanggar kehendak warga dan perwakilan pemerintah atau tidak.”
Uskup agung langsung menuding, “Kerusuhan beberapa hari ini telah diprovokasi oleh kelompok orang-orang ini, mereka melihat virus tanpa dapat dihindari telah mereda, dan tren besar lonceng peringatan masyarakat tengah melemah, dan mau tidak mau harus memicu kerusuhan di dalam negeri… di Eropa juga terjadi peristiwa yang sama, berbarengan dengan sempurna. Jelas, memanfaatkan gerakan unjuk rasa turun ke jalan, mungkin dapat membantu orang-orang tertentu meraih kemenangan dalam pilpres (di bulan November nanti)… Jika setelah beberapa bulan kemudian kita mendapati bahwa di balik pengrusakan dan tindakan anarkis ini, tersembunyi orang-orang yang berharap mendapatkan keuntungan dari tatanan sosial masyarakat yang telah hancur ini, lalu membentuk sebuah dunia yang tidak lagi ada kebebasan, itu sudah tidak mengherankan lagi…”
Uskup agung juga menjelaskan mengapa menulis surat ini, “Inilah untuk kali pertama Amerika Serikat memiliki presiden seperti Anda, berani melindungi hak hidup, tidak merasa malu untuk mengutuk penganiayaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia, berbicara tentang Yesus Kristus dan hak kebebasan yang harus dimiliki warga… kita berada di pihak yang sama”, “Mereka (putra kegelapan) tunduk pada politik yang korup, globalisasi, pemikiran terpadu, tatanan dunia baru… mereka menguasai dunia dengan cara mengusir Tuhan keluar dari pengadilan, sekolah, keluarga, bahkan dari gereja.”
Terakhir uskup agung mengatakan, “Warga Amerika telah dewasa, sekarang telah tahu mengapa media massa arus utama begitu enggan mewartakan fakta, dan berupaya bungkam dan mendistorsi realita, menyebarkan kebohongan yang bermanfaat bagi majikannya. Putra cahaya yang mayoritas tengah tersadar, tidak menerima kebohongan dari segelintir orang yang tidak jujur itu. Putra cahaya harus melangkah bersama, dan menyerukan suaranya. Tuan Presiden, tidak ada cara lain yang lebih efektif selain berdoa, berdoa agar Yang Maha Kuasa melindungi Anda, melindungi Amerika dan seluruh umat manusia agar terbebas dari serangan dahsyat musuh. Kebohongan putra kegelapan akan runtuh, konspirasi mereka akan terungkap, pengkhianatan di balik mereka akan terpapar, kekuatan mereka akibat ketakutan akan nihil tidak mendapatkan apa pun, segala sesuatu akan terungkap: suatu penipuan dari neraka.”
Laporan Kebebasan Beragama Internasional AS
Uskup agung menyampaikan kepercayaannya terhadap Presiden Trump dan pemerintah AS yang sekarang, pemerintah Amerika memang telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Pada 10 Juni lalu, Kemenlu AS merilis Laporan Kebebasan Beragama Internasional Tahun 2019, Menlu Mike Pompeo menegaskan, laporan yang dipublikasikan oleh Kemenlu ini telah membuktikan tekad AS untuk melindungi kehormatan umat manusia. Pompeo berkata, “Di RRT, penindasan terhadap semua agama yang dilakukan oleh pemerintah terus saja memburuk. PKT memerintahkan seluruh kelompok agama untuk tunduk kepada kepemimpinan PKT, memasukkan ajaran komunisme ke dalam ajaran dan penerapan agama. Di Xinjiang, banyak suku Uyghur yang dipenjara, penindasan di Tibet, terhadap umat Buddha, praktisi Falun Gong, dan umat Kristen masih berlanjut.”
Ia juga mengatakan, “Dua jenis bentuk pemerintahan kita tidak bisa dibandingkan. Kita memiliki sistem hukum; PKT tidak. Kita memiliki kebebasan berpendapat, menganut unjuk rasa secara damai; mereka tidak. Kita melindungi kebebasan beragama; PKT terus melakukan perang kepercayaan selama puluhan tahun. Perbandingan seperti ini adalah yang paling jelas: Di masa terbaik, PKT menerapkan komunisme. Di saat menghadapi tantangan terbesar, AS tetap berusaha menjamin kebebasan semua orang.”
Pada 2 Juni lalu, Presiden Trump menandatangani sebuah perintah administratif, yang tertulis “kebebasan beragama adalah kebebasan utama di Amerika Serikat”, “kebebasan beragama seluruh umat manusia di dunia adalah prioritas utama dalam kebijakan diplomatik AS, dan Amerika akan menghormati serta mendorong terciptanya kebebasan ini… Para pendiri negara kita tahu, kebebasan beragama bukan diciptakan oleh negara, melainkan merupakan berkat dari Tuhan bagi setiap umat manusia, itu adalah hak, dan hak ini adalah dasar yang dapat mendorong masyarakat kita untuk berkembang.”
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Laporan Kebebasan Beragama Internasional Tahun 2019 secara lebih rinci telah mencatat investigasi kalangan akademisi internasional terhadap kejahatan PKT merampas organ tubuh manusia. Laporan itu juga menyoroti kasus pengacara HAM Gao Zhicheng dan Jiang Tianyong. Laporan menyebutkan, “Gao Zhicheng sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. September 2017 lalu polisi menangkap pengacara HAM Gao Zhicheng, yang pernah membela kelompok umat Kristen dan praktisi Falun Gong serta kelompok agama lainnya.” Memang, dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya, pemerintah AS kali ini telah menerapkan kebijakan yang konkrit, menyoroti serta berupaya mengurangi penindasan terhadap agama yang terjadi di Tiongkok dan negara lain.
Uskup Agung Tidak Mengungkit Kekuatan Gelap Komunis
Uskup agung tentunya telah melihat kontribusi Trump dan pemerintahan kali ini bagi kebebasan beragama, juga melihat bahwa di balik kerusuhan yang terjadi di AS “terdapat kekuatan putra kegelapan”, sehingga ia menulis surat ini kepada Trump. Tidak diketahui apakah uskup agung tahu, bahwa kekuatan komunis di balik kaum ekstrimis sayap kiri seperti Antifa, memiliki keterkaitan dengan PKT. Baru-baru ini, media massa PKT terus memprovokasi kerusuhan di Amerika, dan memanfaatkan media sosial AS (yang bebas) untuk menyebarkan kebohongan pihak pemerintahan RRT yang terus berusaha menciptakan perpecahan masyarakat Amerika, serta berusaha menghalangi kaum konservatif untuk terus melanjutkan pemerintahan di Gedung Putih dan terpilih di DPR.
Yang dimaksud uskup agung dengan “putra kegelapan”, tidak hanya di Amerika dan Eropa, akar/sumber “putra kegelapan” berada di RRT, yakni partai sesat PKT. Trump telah melihat akar permasalahan sesungguhnya, juga tengah menggandeng kekuatan keadilan di seluruh dunia, Amerika bersama Eropa dan sekutunya sebagai “putra cahaya” akan kembali menggenggam sinar terang, bersiap-siap membasmi tuntas “putra kegelapan” PKT, “putra cahaya” di Tiongkok pun bakal kembali meraih kecemerlangan. (et/lie/sun)
0 comments