Eropa Kecam “UU Keamanan Nasional Versi Hong Kong”, PKT Canggung
Hall majelis umum parlemen Eropa. (Parlemen Eropa) IDEM DITO
ZHONG YUAN
Pada 19 Juni lalu, Parlemen Eropa meloloskan resolusi, “menghimbau Uni Eropa dan anggotanya mempertimbangkan, jika PKT memberlakukan UU keamanan baru di Hong Kong, maka akan diajukan gugatan terhadap PKT ke Mahkamah Internasional”, resolusi tersebut juga menilai bahwa “Uni Eropa harus menggunakan pengaruh ekonominya, dengan cara ekonomi menantang penindasan HAM oleh PKT”.
Resolusi tersebut mengecam keras intervensi PKT terhadap urusan Hong Kong, menuding diterapkannya “UU Keamanan Nasional” terhadap Hong Kong, merupakan serangan menyeluruh terhadap otonomi, hukum, dan kebebasan fundamental, secara serius mengancam keutuhan “satu negara dua sistem”, dan menghimbau Uni Eropa menggunakan segala cara yang memungkinkan untuk menekan PKT, menuntut perlindungan terhadap derajat otonomi yang tinggi bagi Hong Kong.
Resolusi yang dinamakan “tentang UU keamanan nasional di Hong Kong dan perlunya Uni Eropa melindungi otonomi tingkat tinggi Hong Kong”, diloloskan dengan suara mutlak, menandakan sikap tegas Eropa terhadap “UU Keamanan Nasional versi Hong Kong”, yang lagi-lagi menghantam telak PKT.
Pada hari yang sama, lewat video streaming Menlu AS Pompeo yang mengikuti KTT Demokrasi Copenhagen Eropa mengatakan, “Saya berharap saya akan mendengar lebih banyak dari Eropa, pernyataan terbuka tentang penantangan PKT.… mari kita suarakan dengan jelas dan yang lebih penting lagi adalah, dengan tindakan nyata. Di antara kebebasan dan tirani, mari kita memilih untuk tidak meninggalkan keraguan apa pun.”
Parlemen Eropa menanggapi dengan tegas, sejalan dengan AS memboikot PKT yang merusak kebebasan dan hukum di Hong Kong. Sinyal jelas yang dilontarkan Eropa, bersama dengan AS melawan PKT, juga merupakan hal yang paling ditakuti oleh PKT.
Pada 4 Juni lalu, PKT sempat mengakui, Uni Eropa telah membatalkan EU-China Summit yang rencananya diadakan pada September mendatang. Setelah itu, Xi Jinping menelepon Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk meminta bantuan, namun tidak ada perkembangan yang berarti.
Pada 7 Juni lalu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg juga menuding PKT dengan mengatakan, “Kami membutuhkan rekan negara yang sepaham, seperti Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan yang mempererat kerjasama… melindungi dunia yang dibangun di atas kebebasan dan demokrasi, bukan dengan penindasan dan intimidasi. Bangkitnya Tiongkok melalui PKT, secara mendasar telah mengubah keseimbangan kekuatan seluruh dunia, memperparah perebutan ekonomi dan teknologi di atas segalanya, ancaman terhadap masyarakat yang terbuka dan kebebasan pribadi semakin berlipat ganda, serta merampas nilai universal dan cara hidup kita.”
Pada 10 Juni lalu, Uni Eropa merilis sebuah laporan, yang lagi-lagi ditujukan pada PKT. Laporan menyebutkan, RRT dan Rusia telah berusaha “merusak pembahasan demokrasi”, dan dengan tindakan yang ditargetkan, telah mempropagandakan berita palsu tentang penanganan virus untuk memperkuat pencitraan pihaknya sendiri. Wakil Ketua European Commission for Values and Transparency Vera Jourova mengatakan, “Wabah yang melanda membuktikan, berita palsu tidak hanya merugikan kesehatan warga kita, terlebih lagi merugikan kesehatan pemerintahan demokrasi”, “Kami dengan jelas telah menyebutkan PKT dan Rusia”, “Jika ada bukti, kita tidak seharusnya menghindari untuk menyebut nama dan mengecam.”
Pukulan berturut-turut dari Uni Eropa membuat PKT sangat kewalahan, dan dipaksa kembali berpaling kepada Amerika. Pada 17 Juni lalu, Yang Jiechi bertatap muka dengan Pompeo, hasilnya sikap Amerika sangat dingin, niat PKT berdamai pun gagal. Di hari yang sama, para menlu G7 menyampaikan pernyataan bersama, “UU keamanan nasional yang tengah diusulkan akan secara serius merusak prinsip ‘satu negara dua sistem’ dan otonomi tingkat tinggi bagi wilayah (Hong Kong) tersebut”, “Kami mendesak keras pemerintah Tiongkok (PKT) mempertimbangkan kembali keputusan tersebut”. Ini menandakan, aliansi anti PKT telah mulai terbentuk.
PKT yang kembali kehilangan muka, seperti biasanya kembali berpaling pada Eropa, tiba-tiba mengumumkan dengan skala tinggi, pada tanggal 22 Juni akan diadakan pertemuan video conference dengan para pemimpin Uni Eropa. Untuk memperoleh kesempatan mengadakan rapat komunikasi demi menyelamatkan pamornya ini, PKT diperkirakan harus membayar sangat mahal, dan telah membuat janji yang tidak kecil. Namun hasilnya, rapat belum lagi dimulai, pernyataan dari Parlemen Eropa mengecam “UU Keamanan Nasional versi Hong Kong” telah lebih dulu tiba, pamor PKT lagi-lagi tersapu habis. (et/sud/sun)
0 comments