Membantai Habis Kaum Elit | Tujuan Terakhir dari Paham Komunis (11)
#Tiongkok #Komunis #PKT #KomunisTiongkok #PahamKomunis #TujuanPahamKomunis
Apa itu paham komunis? Apa tujuan terakhirnya? Mengapa bisa muncul partai komunis China? Esensi dari ideologi komunisme ini apa? Mengapa Elit Kebudayaan dan tokoh masyarakat harus dihabisi? Serial Tujuan Terakhir dari Paham Komunis ini akan menjawab semua pertanyaan kita.
Video Tujuan Akhir Komunis:
BAGIAN 1: https://bit.ly/2J2K7pB atau https://youtu.be/VVHC-XPjr4I
BAGIAN 2: https://bit.ly/2J83I7G atau https://youtu.be/B6vt3L2HWec
BAGIAN 3: https://bit.ly/2wAh7CK atau https://youtu.be/ifaMAsllRy4
BAGIAN 4: https://bit.ly/2QKiG88 atau https://youtu.be/VGd2nVKMJDk
BAGIAN 5: https://bit.ly/33NpKGt atau https://youtu.be/Of9xtugNTBw
BAGIAN 6: https://bit.ly/2UwttVP atau https://youtu.be/6AYWeuwHGWU
BAGIAN 7: https://bit.ly/2xK9F8q atau https://youtu.be/AoqXIT1q4ZY
BAGIAN 8: https://bit.ly/3aDwCbY atau https://youtu.be/G4kpS991TSQ
BAGIAN 9: https://bit.ly/2wtM4IP atau https://youtu.be/8ddgvwIDHNI
BAGIAN 10: https://bit.ly/2XqZCjy atau https://youtu.be/H63M_hIt8mI
Kelas sosial tuan tanah dan tokoh masyarakat di pedesaan; serta para pedagang dan kaum elit di perkotaan; para sarjana dan kaum elit kebudayaan lainnya, berkontribusi dalam mewariskan Kebudayaan Tradisional 5000 tahun bangsa Tionghoa.
Menghancurkan para kaum elit ini, merupakan satu langkah penting untuk menghancurkan Kebudayaan Tradisional. Ini sebabnya, PKT lalu menciptakan musuh, di pedesaan mulai membantai “tuan tanah” dan tokoh masyarakat, di perkotaan membunuh para “kapitalis”. Sambil menciptakan teror juga sekaligus merampok kekayaan masyarakat.
Gerakan PKT sebelum dan sesudah merebut kekuasaan yakni “Reformasi Lahan”, atau slogan “Ganyang Tuan Tanah - Bagi Lahan Garapan”, tepatnya adalah dengan kekerasan membunuh pewaris kebudayaan di pedesaan. Jelas PKT sama sekali tidak ingin memberikan tanah garapan kepada petani. Ia masih menggunakan muslihat yang sama, yaitu memberi sedikit rasa manis terlebih dulu kepada petani, setelah selesai membantai tuan tanah dan tokoh masyarakat, serta merusak kebudayaan di pedesaan, segera dengan gerakan “Kolektivisasi” mengambil kembali tanah garapan yang dibagikan kepada petani.
Hasilnya petani dalam skala besar masih tetap menelan penderitaan. Para pemilik modal di perkotaan juga menjadi sasaran pembantaian PKT. Ini bukan hanya demi merampok kekayaan mereka saja, namun juga karena mereka adalah pencipta kekayaan masyarakat, kekuatan yang mempertahankan kestabilan ekonomi masyarakat, juga pewaris dari Kebudayaan Tradisional, bahkan merupakan kelompok masyarakat yang memiliki pemikiran tentang hak kebebasan manusia seperti di Barat.
Para biksu dan pendeta Tao dalam agama, berperan penting dalam menyebarkan kitab-kitab kultivasi Buddha dan Tao. PKT mengarahkan ujung tombak ke bagian kebudayaan yang ada hubungan langsung dengan kepercayaan kepada Tuhan, yaitu “agama”, setelah melalui pembantaian, penghukuman, cuci otak, dipaksa kembali ke duniawi, menyimpangkan inti ajaran, berandal agama yang sudah tunduk kepada PKT diangkat sebagai kepala, untuk mendirikan Asosiasi Agama Buddha, Asosiasi Agama Tao dan asosiasi lainnya, lalu Asosiasi-asosiasi ini dipakai sebagai alat PKT dalam mengendalikan dan menghancurkan agama.
Tidak peduli itu adalah para biksu dalam agama, ataupun tokoh kaum elit di dunia sekuler, begitu lenyap, maka akan terjadi pemutusan tali kebudayaan. Yang berjalan beriringan dengan pemusnahan agama adalah gerakan “Reformasi Ideologi” PKT yang ditujukan kepada kaum intelektual. Lewat didikan Materialisme, Atheisme dan teori Evolusi, para pelajar secara sistematis dicuci otak, ditanamkan doktrin kebencian terhadap Kebudayaan Tradisional. Lalu menggunakan gerakan “Anti Kanan”, semua kaum intelektual yang tidak tunduk dijebloskan ke dalam kamp kerja paksa, dibuang ke lapis terendah masyarakat, dibunuh dengan “mangkuk nasi” dan “opini publik”, agar para cendekiawan yang dulunya memegang hak berbicara, dan mendominasi opini publik, berbalik menjadi pihak yang dibenci dan dipandang rendah.
Membantai Habis Kaum Elit
0 comments