Trump tak lagi tutupi kemarahannya
ZHOU XIAOHUI
Karena PKT telah dengan sengaja menutupi fakta mengenai wabah, virus PKT (virus corona baru) telah menyebar cepat ke seluruh dunia, sampai saat ini telah mengakibatkan hampir 2 juta orang terjangkit, dan ratusan ribu jiwa lainnya meninggal dunia. Sebagai salah satu negara terkena dampak, AS hingga 11 April waktu setempat telah memastikan lebih dari 500.000 orang terjangkit, dan jumlah meninggal lebih dari 20.000 orang. Kondisi seperti ini membuat Presiden Trump semakin berang.
Pada 7 April, Trump secara terbuka mengkritik WHO, mengatakan organisasi tersebut telah “mengacaukan” tindakan pencegahan wabah di seluruh dunia, dan masih berkutat seputar kebijakan yang dibuat PKT, Trump juga memperingatkan akan mempertimbangkan menghentikan dukungan dana bagi WHO. Pada 8 April, setelah Direktur WHO Tedros memberi tanggapan keras disertai ancaman, Trump kembali mengkritik Tedros maling teriak maling, karena justru Tedros yang mempolitisir masalah ini, dan secara jelas menyebut dirinya dan WHO “berpusat pada Partai Komunis Tiongkok (PKT)”, dan “mereka mengatakan ‘semua baik-baik saja, tidak ada fenomena penularan antar manusia’, (semua negara) hendaknya tetap membuka perbatasan negara”.
Jika dikatakan ini adalah pernyataan tidak senang Trump terhadap PKT yang disampaikan dengan mengkritik WHO, maka pada 10 April dalam rapat briefing harian, terhadap wartawan yang bertanya apakah AS akan menuntut ganti rugi dari pemerintah RRT atas segala hal yang telah diperbuat, Trump menjawab dengan keras, langsung, dan tajam, serta penuh dengan corak warna emosional, sepertinya kali ini dia sudah tidak mau lagi menutupi kemarahannya terhadap PKT.
Jawaban Trump adalah: “Tidak ada seorangpun yang memperlakukan PKT dengan begitu keras, perhatikan kata-kata ‘keras’ yang saya pergunakan. Anda seharusnya tahu, Kemenkeu kita telah menerima pembayaran dari RRT kepada kita senilai miliaran dollar AS, ini adalah hasil transaksi yang telah saya capai dengan RRT... Saya meyakini PKT dan WHO lebih awal mengetahui merebaknya virus, tapi mereka tidak mau memberitahu dunia. Kami dapat menyelidiki masalah ini sampai tuntas, dan akan memublikasikan faktanya. Kami sangat marah akibat masalah ini, tapi saya pikir akan sedikit menunda penanganan terhadap WHO. Kami terus menjaga kontak dengan RRT, selalu ada dialog. Kami telah menyampaikan kemarahan kami ini pada Beijing, kami merasa sangat, sangat, sangat berang akan hal ini!”
Karena kemarahan yang luar biasa, maka melalui pernyataan Trump tersebut sedang memberitahu Beijing bahwa selain akan tetap bersikap keras dalam hal kesepakatan dagang, terhadap dampak wabah dan korban jiwa yang besar yang diakibatkan oleh virus PKT ini, AS pun tidak akan membiarkan begitu saja, di waktu mendatang akan mengumumkan hasil investigasinya dan menuntut PKT untuk bertanggung jawab. AS juga tahu bahwa WHO berkomplot dengan PKT, maka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah PKT. Mendengar pernyataan Trump yang tersirat seperti itu, apakah Beijing dalam sekejap telah merasakan “hawa dingin telah merasuk”?
Pada rapat briefing 10 April itu pula, saat ditanya wartawan mengenai apakah dukungan dana dari Xi Jinping bagi pemimpin Venezuela Nicolás Maduro yang telah dinyatakan buron oleh pemerintah AS, akan berpengaruh pada kebijakan AS, tanpa ditutupi Trump kembali menjawab dengan lugas, “Saya tidak pernah membicarakan masalah Venezuela ini dengan kepala negara RRT Xi Jinping. Jika benar terjadi demikian (maksudnya Xi Jinping mendukung Maduro), kami akan tidak senang. Baiklah, saya tidak senang.”
Trump tidak menutupi sikap keras dan kemarahannya terhadap Beijing, dibandingkan dengan pernyataannya sebelumnya yang selalu memberi muka pada Beijing, pada Xi Jinping, jelas ada perbedaan. Berubahnya pernyataan Trump selain dikarenakan seluruh lapisan AS baik oposisi maupun partai berkuasa dari atas sampai ke bawah menjadi semakin mengenal sifat PKT akibat wabah ini dan bersikeras melawan komunisme, juga adalah pertanda bahwa AS akan melakukan aksi besar di waktu mendatang.
Seperti dikatakan banyak analis dalam maupun luar negeri, selama PKT masih eksis, hubungan AS-RRT tidak akan kembali seperti sepuluh, atau dua puluh, bahkan tiga puluh tahun silam, melainkan akan semakin lama semakin memburuk. Karena pemerintahan Trump telah semakin mengenal secara sadar, PKT yang menguasai dunia dengan menghalalkan segala cara akan menjadi ancaman terbesar bagi seluruh dunia dan AS sendiri.
Pada 8 April lalu, pidato Menlu AS Pompeo mengenai perbedaan penanganan masalah pada saat krisis oleh rezim otoriter dengan pemerintahan demokratis merupakan sebuah catatan kaki penting yang membedakan AS dengan RRT secara fundamental. Ia berkata: Dalam hal mengatasi krisis, rezim otoriter lebih agresif, lebih banyak merampas HAM, lebih banyak berbohong. Secara permukaan mereka menyatakan telah menyelesaikan krisis, tapi sebenarnya justru semakin membahayakan seluruh warganya dan menempatkan seluruh dunia di tengah krisis. Sementara yang dilakukan oleh pemerintah demokratis adalah yang dilakukan AS saat ini, mereka membuat warga pulang ke rumah dengan selamat, menjadi sangat dermawan, mereka berbagi sumber dayanya, membantu seluruh dunia melawan wabah. Demokrasi adalah jawaban di masa krisis, bukan berkembang ke arah otoriter, sebaliknya, adanya krisis mungkin saja dapat mengubah otoriter berubah menjadi demokrasi.
Wabah memang telah membuat warga AS kembali melihat dengan lebih jelas perbedaan ideologi dan nilai universal AS dengan RRT serta akibat berbeda yang ditimbulkannya, melihat jelas kejahatan PKT di balik Perang Melampaui Batas yang dilakukan PKT. Virus PKT juga membuat warga AS menyadari peristiwa “11 September” atau “Pearl Harbour” model baru telah terjadi, yang bisa dilakukan AS adalah memenangkan perang yang tidak berasap ini. Dan untuk itu, AS mulai mempersiapkan diri secara menyeluruh.
Kemudian menengok lagi Beijing. Setelah tipu muslihat untuk mewujudkan ambisinya menguasai dunia telah terbongkar, semakin terpukul setelah AS dan negara Barat menerapkan ancaman keras maupun lunak, setelah tidak berhasil menjadikan AS sebagai kambing hitam asal muasal virus, petinggi PKT yang menemui jalan buntu dan terjepit masih tidak menyesuaikan tren sejarah dan mengubah diri, masih tetap ingin mempertahankan rezim komunisnya demi mempertahankan kekuasaan di tangan, sehingga memilih menyandera 1,4 milIar jiwa rakyat Tiongkok, terus melakukan upaya perlawanan terhadap AS, penguasa PKT baru-baru ini menangkap konglomerat properti vokal Ren Zhiqiang dan mendukung Maduro adalah bukti nyata.
Dari pilihan AS dan RRT dapat diprediksikan bahwa tak lama lagi, antara AS dengan RRT mungkin akan terjadi peristiwa besar yang akan berdampak bagi seluruh dunia. peristiwa besar ini akan berdampak pada beberapa sektor berikut:
Pertama, dalam menuntut pertanggung jawaban PKT terkait sumber asal virus dan menutupi fakta, AS akan seratus persen menuntut. Saat ini suara dari banyak negara dunia menuntut pertanggung jawaban PKT terus bermunculan, termasuk Presiden Trump dan banyak politikus AS sejak awal juga telah menegaskan: PKT harus bertanggung jawab. Menurut pernyataan resmi AS, termasuk sumber virus ini sekarang sudah diselidiki oleh instansi dan departemen terkait, begitu penyelidikan rampung, AS pasti akan memublikasikan bukti terkait, dan saat itu PKT mengaku atau tidak, harus bertanggung jawab atas kematian warga AS akibat virus, dan memberikan ganti rugi.
Senator AS Tom Cotton pada 10 April lalu kepada Fox News menyampaikan artikel berjudul “Covid-19 - Bagaimana Membuat PKT Bertanggung Jawab”, disebutkan delapan kebijakan untuk menuntut pertanggung-jawaban PKT, diantaranya mencakup 5 strategi dan 3 metode.
Kelima strategi tersebut adalah: Tidak memedulikan tuduhan PKT yang memutar-balikkan fakta; menyelidiki para pejabat PKT yang menutupi fakta wabah dan memberinya sanksi; membatasi instansi propaganda PKT (seperti Institut Konfusius) dalam menyebarkan berita palsu di dalam negeri AS; mengubah nama jalan di Washington DC tempat Kedubes PKT berada dengan nama Dokter Li Wenliang dan orang-orang yang melaporkan fakta wabah, agar semua pekerja di Kedubes PKT setiap saat selalu menghadapi nama para korban penindasan PKT; harus dipastikan sejarah mencatat fakta terkait “virus PKT” yang meluas ini, untuk memastikan PKT membayar mahal atas tindakan sembrononya.
Tiga metode adalah: Menurunkan derajat posisi PKT di PBB berikut seluruh lembaga internasional lain beserta badan penetapan kriteria teknis lainnya; AS seharusnya menggugat PKT di WTO, dan membatalkan perlakuan dagang khusus bagi PKT; mengikis pengaruh PKT di WHO. Selain itu, di AS sudah banyak orang menggugat PKT menuntut ganti rugi. Mengenai bagaimana membayar ganti rugi, tokoh politik AS ada yang mengusulkan bisa diambil dari beberapa sektor: Surat hutang USD yang dibeli RRT, aset yang disembunyikan PKT di luar negeri, menuntut PKT mengembalikan surat hutang Republik Tiongkok yang dibeli AS.
Tidak ada yang menyangkal, begitu AS menerapkan tindakan di atas, hantaman seperti apa yang akan diderita PKT dan pejabatnya, dan efek AS memberi contoh akan langsung ditiru dan meluas ke seluruh dunia.
Kedua, putusnya hubungan AS-RRT sudah di ujung tanduk, dan yang pertama adalah lepasnya hubungan ekonomi dagang. Walaupun rantai pasokan yang telah terbentuk selama puluhan tahun akan sangat sulit diubah dalam waktu dekat, namun beberapa tahun belakangan ini Trump mendorong industri manufaktur AS untuk kembali ke negaranya sudah mulai membuahkan hasil awal. Belum lama ini setelah Kemenlu AS mendesak dan juga mengisyaratkan “semua warga AS di RRT agar segera kembali ke AS, jika tidak kemungkinan tidak akan bisa lagi kembali untuk selamanya”, baru-baru ini Ketua Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow saat diwawancara Fox News dengan jelas menyatakan, satu kebijakan yang mungkin akan menarik perusahaan AS untuk ditarik dari RRT kembali ke AS adalah, pemerintah AS akan mendanai biaya modal bagi perusahaan AS yang hengkang dari RRT dan dipulangkan kembali ke AS.
Membuat warga AS meninggalkan Tiongkok, membuat perusahaan AS hengkang dari Tiongkok, adalah persiapan AS untuk melepaskan hubungan dari RRT, untuk menghindari pada saat itu terjadi warga dan perusahaan AS akan dijadikan sandera. Dan PKT yang kehilangan tenaga bantuan ekonomi AS, sama sekali tidak akan mampu menyelamatkan ekonomi dalam negeri yang tengah sekarat.
Ketiga, pada masalah Hong Kong, yang pada dasarnya telah terinfiltrasi pengaruh komunis Tiongkok, telah kehilangan kebebasan legislatif dan pers yang independen, jika AS menggerakkan “UU Demokrasi dan HAM Hong Kong”, dengan mencabut status zona perdagangan bebas Hong Kong, memberi sanksi kepada pejabat tinggi Hong Kong dan RRT yang mengendalikan Hong Kong, akan menjadi hantaman keras tambahan bagi PKT, yang tak akan mampu lagi mengandalkan Hong Kong untuk melakukan perdagangan secara penyaluran lewat Hong Kong dan penipuan moneter.
Keempat, pada masalah Laut Taiwan, jika PKT yang sudah terpojok hendak memprovokasi perang terhadap Taiwan demi mengalihkan isu, maka yang akan dihadapi PKT adalah tidak hanya pasukan AS yang akan melindungi Taiwan, juga akan diserang/dikecam dari berbagai penjuru oleh seluruh dunia, hal ini hanya akan semakin mempercepat kehancuran PKT.
Tak peduli bagian manakah dari hal di atas yang terjadi lebih dulu, hal itu dapat mengakibatkan hantaman dalam skala berbeda terhadap PKT, bahkan tanpa disadari akan menyulut keruntuhan PKT, dan ini mungkin menjadi sasaran terakhir bagi AS. Pada 9 April lalu, mantan penasihat strategis Gedung Putih kepada Fox News menuding PKT sebagai “kelompok mafia, adalah kelompok killer”, “tangan mereka penuh bersimbah darah manusia”, “seluruh rakyat Tiongkok, AS dan dunia harus mengadili kejahatan PKT”, “di pentas politik AS, selebihnya adalah suara latar, hanya (hancurkan) PKT yang menjadi topik utama!” (epochtimes/sud)
0 comments