Mengucap
sumpah kepada surga, bumi, dan satu sama lain. Alunan musik tradisional
menandakan pesta dan perayaan. Ini adalah wujud pernikahan tradisional
di Desa Hahoe, Korea Selatan.
Anda
bisa menjadi relawan untuk menjadi pengantin wanita atau pengantin
pria. Pengantin baru hari ini adalah pasangan yang sudah menikah selama
15 tahun.
“Saya
sudah menikah selama 15 tahun. Saya melakukan "pernikahan" ini untuk
kesenangan saja. Tetapi ketika saya mengenakan pakaian lapis demi lapis,
saya jadi gugup (seperti pengantin asli),” kata pengantin wanita.
Angsa
liar setia pada pasangannya. Jika seseorang meninggal, yang lain akan
hidup sendirian. Angsa liar di pesta pernikahan adalah simbol harapan
bagi pasangan untuk setia selamanya.
Kim Cheng-Jen dari Korean Etiquette Institute menjelaskan makna yang lebih dalam akan pernikahan tradisional.
Dalam
pernikahan tradisional, pertama-tama kedua mempelai mengucap sumpah
kepada surga, bumi, lalu kepada masing-masing. Setelah sumpah diucapkan,
mereka tidak boleh bercerai atau beralih ke lain hati. Ini lebih dari
sekedar upacara. Ikatan ini memiliki makna yang mendalam,” ujarnya.
Ritual
ini berawal dari periode Joseon (1392-1897 A.D.) dengan pengantin pria
berpakaian biru sambil membungkukkan badan. Sebagai gantinya, pengantin
wanita akan menundukkan kepalanya.
Sebuah
labu yang dibelah berfungsi sebagai cangkir untuk pasangan ini minum,
menunjukkan bahwa mereka telah menyatu, sebuah tradisi dari Tiongkok
kuno.
"Saya
di sini untuk bersenang-senang, tetapi melihat sesuatu yang begitu
indah membuat saya benar-benar bahagia," kata seorang turis yang
menyaksikan upacara tersebut.
“Asumsi
saya ini akan membosankan, tetapi ternyata sangat menyenangkan... dan
bermakna. Saya sendiri berpikir untuk menikah secara tradisional,” kata
turis lain sambil berpikir.
Pernikahan
tradisional memiliki makna yang jauh lebih dalam, karena pernikahan ini
menghidupkan tradisi kuno dan membawa pengantin pria dan wanita kembali
dalam sejarah.
Selain itu juga memiliki tujuan lain, mempertahankan kebiasaan tradisional sehingga tidak akan terlupakan di masa depan.
Sekelompok
penari genderang berjalan di depan pengantin pria, sementara pengantin
wanita duduk di Jiaozi, sebuah kursi tandu, berkeliling desa dan menyapa
para tetua.
Desa yang tenang itu riuh dengan suasana meriah dan kehangatan.
0 comments